Gadis Korek Api

Desember sudah datang dan suasana natal sudah mulai terasa di mana – mana. Di suatu kota, orang – orang berlalu lalang dengan membawa banyak belanjaan. Toko – toko penuh dengan cahaya lampu dan hiasan natal. Di pojokan jalan, tampak seorang gadis kecil sedang menawarkan barang dagangannya ke orang-orang yang lewat, walaupun sepertinya tidak banyak yang peduli pada tawarannya. Apa yang dijualnya? Ternyata yang dijualnya adalah korek api. Tidak banyak orang yang mempedulikan apalagi membeli barang dagangannya.

Seorang bapak-bapak tua dengan pakaian yang bagus menghampirinya dan berkata,
“ Hai gadis kecil, untuk apa kau menjual korek api? Itu barang yang tidak berguna. Kau lihat lampu neon yang kubeli ini? Ini barang teknologi tinggi yang jauh lebih berguna daripada korek api yang kau jual. Dan aku punya cukup uang untuk membeli teknologi ini, dan teknologi yang kubeli ini membuat rumahku terang dan aman. Tinggalkan saja korek api tu dan ikutlah ke rumahku dan kita bisa mengagumi hasil karya manusia yang membuat rumahku terang dan aman ini”.
Tapi gadis kecil itu tersenyum dan menolak dengan sopan.

Seorang pemuda yang berpakaian perlente dan sibuk berbicara di telepon genggamnya datang menghampirinya.
“ Hai gadis kecil, kenapa kau berdiri kedinginan di malam seperti ini menjual produk yang tidak menguntungkan? Produk yang kau jual itu tidak menarik bagi masyarakat sekarang, di masa lalu mungkin itu laris tapi tidak di masa kini. Kalau tujuanmu ingin mendapat keuntungan, kenapa kau tidak mengikutiku saja? Aku akan memberikan produk yang lebih baik, yang lebih sesuai untuk selera masyarakat sekarang untuk kau jual. Dan aku yakin kau akan mendapat keuntungan yang banyak. Bagaimana? “
Tapi gadis kecil itu juga menolak dan tersenyum.

Seorang remaja yang berpakaian modis datang menghampirinya dengan muka heran.
“ Jaman sekarang masih ada yang jualan korek api? Kau ini benar-benar ketinggalan jaman. Sekarang bukan jamannya lagi anak muda berjualan korek api, ini jaman modern. Sama sekali ga keren jualan korek api itu. Kenapa kau tidak ikut denganku? Aku akan mengajarimu bagaimana seharusnya seorang anak muda hidup di jaman modern ini. Aku jamin pasti akan lebih menarik daripada berjualan korek api.”
Tapi, lagi-lagi gadis kecil itu tersenyum dan menolak.

Dan ketiga orang itu pu semuanya pergi dan gadisk kecil itu tetap berjualan.

Dan pada malam itu, terjadilah pemadaman listrik PLN ( yang sepertinya semakin sering mendekati akhir jaman ini ^^ ).

Dan lampu yang semula terang mendadak padam. Rumah yang terang dan aman mendadak menjadi gelap dan dingin.

Di usianya yang semakin tua ternyata tetap tidak membuat mata bapak tua itu menjadi lebih tajam, bahkan sebaliknya. Kegelapan membuatnya tidak dapat berjalan kemana-mana.

Teman bisnis yang berbicara dengannya di telepon juga tidak dapat membantunya menunjukkan arah.

Dan teman-teman sepermainannya sama-sama kebingungan dalam gelap, dan seperti orang buta menuntun orang buta, mereka semakin jauh tersesat.
Dan saat itu, tampak satu nyala api kecil di kejauhan. Ketiga orang yang tersesat ini melihat dan menghampiri terang itu yang ternyata gadis kecil tadi yang menyalakan korek api yang dipegangnya.

“ Kenapa kau masih berjualan di sini?”, tanya mereka.
“ Kami pikir kau sudah menyerah dan pulang, kenapa kau masih bertahan menjual korek api di tengah kegelapan seperti ini?”

“ Karena Terang paling dibutuhkan di dalam gelap”, jawab gadis kecil itu.
“ Aku tahu tidak banyak orang yang mencari Terang ketika kedaan tampak cerah dan aman. Karena itu, yang kulakukan adalah mempromosikan daganganku, supaya ketika gelap datang, orang-orang tahu kemana mereka harus mencari Terang. Dan sebagai penjual Terang, aku harus siap ketika orang-orang datang da meminta Terang yang kupunya.”

“ Tapi, orang-orang tidak mempedulikan dan mengejekmu. Apa kau tidak merasa sedih?”

“ Tidak apa. Aku tahu resiko pekerjaanku sebagai penjual Terang, seperti rumah sakit yang dijauhi kala sehat dan didatangi ketika sakit, aku tahu kalau orang hanya mencariku ketika gelap datang.”

“ Dan sekarang gelap telah datang, dan kami melihat nyala Api yang kau nyalakan”

“ Jadi, sekarang bawalah Korek Api ini dan bawalah Terang ke rumah dan keluargamu, ke tempat kerja dan rekan bisnismu, kepada teman-temanmu supaya tidak ada lagi orang yang tersesat dalam gelap dan terhilang ke dalam gang sempit kotor dimana pencuri siap untuk merampas segala miliknya”


PS: Cerita gadis korek api ini sebenarnya berasal dari cerita anak-anak karangan Hans Christian Andersen yang kemudian saya modifikasi. Kalau mau baca cerita aslinya, ini link di wikipedia http://en.wikipedia.org/wiki/The_Little_Match_Girl.
Selamat Natal dan Tahun Baru buat semua.

Number 37

Namaku 37. Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa namaku 37? Aku sendiri pun tak ingat sejak kapan namaku 37. Yang kuingat hanya sejak kecil , sejak aku mulai bisa berpikir, orangtuaku selalu berkata, “ Kau ini memang anak nakal dan tak bisa apa-apa. Selamanya kau hanya akan menjadi 37. Kau tak akan pernah bisa menjadi 100. Jangankan 100, 40 pun tak akan akan pernah bisa. Kenapa kau tidak bisa seperti sepupumu, si 73. Lihat, bahkan orangtuanya bangga karena punya anak seperti 73. Kau ini benar-benar kebalikannya!”.

Ketika aku mulai bersekolah, ternyata teman-temanku pun mengatakan hal yang sama. Mereka juga memanggilku 37. Dan saat itu aku baru menyadari kalau namaku ditentukan oleh orang-orang di sekitarku. Mereka yang menentukan namaku dan bagaimana aku harus dipanggil, mereka yang menentukan posisi dan jalan hidupku sebagai 37. Terkadang aku berusaha menjadi orang yang lebih baik, lebih pintar dan lebih berprestasi. Mungkin kalau aku berusaha lebih, mereka akan melihat kalau aku mirip dengan sepupuku,si 73. Mungkin mereka juga akan memanggilku 73 dan mungkin orangtuaku akan bangga padaku. Alas, ternyata mereka tetap memanggilku 37. Bahkan orangtuaku pun berkata,” Kau ini 37. Sejak lahir pun kau sudah 37. Jangan mimpi berlebihan. Terima saja nasibmu.” Dan begitulah hidupku dimulai dan berlanjut, dengan membiarkan orang-orang di sekitarku menentukan hidupku.

Tapi, aku tidak sendirian. Teman-temanku pun mempunyai namanya masing masing. Lihat si 92. Sebenarnya kami semua memanggilnya 22 di belakangnya, tapi dia suka marah kalau kami memanggil nama sebenarnya. Kemanapun dia pergi dan siapapun yang dia ajak bicara, dia selalu mengenalkan dirinya sebagai 92. Dengan sombong dia selalu bercerita kalau namanya 92. Kasihan sebenarnya karena dia tidak sadar kalau kami tertawa dan mencemooh di belakang punggungnya. Tentu saja kami tak pernah memanggil nama sebenarnya, 22, dengan terang-terangan. Dia akan marah dan menantang berkelahi siapapun yang berani memanggil nama aslinya. Karena itu biasanya kami hanya menjauhinya dan mentertawakannya dari jauh.

Dan lihat si 88, dia sedikit lebih beruntung dari si 92/22. Sebenarnya 88 juga bukan nama aslinya, itu nama ayahnya. Ayahnyalah yang sebenarnya bernama 88. Entah sejak kapan diapun menyebut dirinya 88 dan orang-orang di sekitarnya yang takut dengan ayahnya pun memanggilnya 88. Tak ada yang tahu siapa sebenarnya nama aslinya, dan mungkin dia sendiri pun tidak akan pernah tau. Tidak seperti si 92/22, tak ada orang yang mentertawakannya dan semua orang memanggilnya 88. Tapi, bagiku itu agak menyedihkan karena seumur hidupnya dia tidak akan pernah dipanggil dengan nama aslinya. Selamanya dia akan selalu dipanggil dengan nama ayahnya

Tapi mungkin yang palig aneh dari semuanya adalah si 13. Walaupun namanya paling jelek, tapi dia selalu tertawa kalau ada yang mengejeknya. Aku pernah bertanya padanya,

“ Apa kau tak keberatan kalau orang mengejek namamu?’

“ Tidak, aku tidak keberatan karena itu bukan namaku sebenarnya. Namaku sebenarnya adalah 100. Karena itu walaupun mereka mentertawakanku, aku tidak peduli.”

“ Bagaimana mungkin namamu 100? Siapa yang memanggilmu begitu?”

“ Kau tidak mengenal Orang yang memanggilku. Tapi Orang itu mengatakan kalau namaku sebenarnya adalah 100. Dan aku mempercayainya.”

“ Kenapa kau bisa percaya perkataan orang itu?”

“ Karena Orang itu mau mati untuk membuktikan kalau perkataannya bisa dipercaya. Dia mau mati untuk menunjukkan kalau namaku sebenarnya adalah 100 dan bukannya 13. Dan aku percaya padaNYA.”

“ Tapi kau tidak terlihat seperti orang yang bernama 100…”

“ Aku tahu, masih perlu waktu bagiku untuk menjadi 100. Seorang pematung terkenal pernah berkata kalau dia sebenarnya tidak membuat patung dari batu. Tapi sebenarnya di dalam batu itu sendiri sudah ada patung, yang dia lakukan hanya membuang bagian-bagian yang jelek dan tidak diperlukan untuk memunculkan patung yang sebenarnya sudah ada dari awal. Begitu juga ketika Orang itu memanggilku 100, Dia bukan hanya sekedar memanggil nama tapi dia juga memberikan nama 100 itu dalam diriku. Yang perlu aku lakukan adalah membuang bagian-bagian jelek dari diriku untuk memunculkan nilai 100 itu.”

Pendapat yang aneh, tapi aku bisa mngerti pendapatnya. Di duniaku, nama kami semua ditentukan oleh orang lain. Kalau orang lain memaggilku 37, jadilah namaku 37. Karena itu kami sangat takut akan perkataan orang lain dan kami selalu berusaha supaya orang lain memanggil kami denga nama yang lebih baik.Kami melakukan segala cara supaya orang lain menghargai kami. Sebagian dari kami membuat nama baru dan memaksa orang lain memanggil kami dengan nama itu, seperti 92/22. Dan sebagian lagi mungkin meminjam nama orang lain, seperti si 88. Tapi kebanyakan mungkin sepertiku, menerima begitu saja nama yang diberikan orang lain dan membiarkan nama itu menentukan arah hidup kami.

Tapi si 13 berbeda, dia tidak peduli dengan nama yang diberikan orang lain. Baginya, hanya nama pemberian Orang yang mati untuknya itu yang dia pegang. Dan dia percaya nama itu miliknya dan suatu hari nanti dia akan bisa memakai nama itu dengan bangga. Ketika kutanya apakah dia tidak peduli dengan perkataan orang lain, dia cuma tersenyum dan berkata kalau hanya ada 2 orang yang perkataannya dia pedulikan yaitu orang yang dia sayang dan orang yang dia hormati. Di luar itu, apakah mereka memanggilnya raja atau pengemis, dia tidak peduli. Mungkin dia terdengar gila, tapi setidaknya dia tidak membiarkan hidupnya diatur oleh perkataan orang lain. Dia tidak peduli perkataan orang lain karena nama 100 yang diberikan kepadanya itu lebih berharga daripada semua omongan orang lain.

Mungkin sebenarnya kamilah patung-patung yang bodoh. Kami mebiarkan orang lain memahat diri kami dan membentuk diri kami bukan seperti apa yang kami inginkan tapi seperti apa yang orang lain inginkan.Tapi si 13 memahat dirinya sendiri, dia tahu seperti apa bentuknya seharusnya dan yang dia lakukan hanya mebuang bagian-bagian yang tidak diinginkan. Sementara kami hanya bisa menerima nama yang tidak kami inginkan, dia membentuk namanya sendiri.

Namaku 37, ini bukan nama yang kuinginkan tapi ini nama yang diberikan orang lain untukku.


PS: Michaelangelo yang mengatakan kalau dia tidak membentuk patung, tapi patung itu sendiri sudah ada di dalam batu dan yang dia lakukan hanya membuang bagian-bagfian yang tidak perlu. Begitu juga dengan tukang bakmi, ketika melihat adonan tepung, yang dilihat tukang bakmi adalah bakmi di dalam adonan tepung itu. Tukang bakmi tidak membuat bakmi, yang dilakukan hanya memunculkan bakmi yang sebenarnya sudah ada di dalam adonan tepung itu.^^

Momotaro dan Iblis Hitam

Alkisah, di suatu desa terpencil di kaki gunung, tinggallah sepasang kakek nenek yang sudah tua dan ga punya anak. Suatu hari waktu sang nenek sedang mencuci di sungai, dia menemukan buah persik yang terapung. Dia membawa pulang persik itu pulang ke rumah untuk dimakan bersama si kakek. Waktu nenek mau membelah buah persik itu jadi 2 bagian, dia menemukan seorang bayi kecil di dalam buah persik itu. Mereka membesarkan bayi itu dan memberinya nama Momotaro.

Momotaro tumbuh menjadi anak yang nakal dan seringkali dia pulang ke rumah dalam keadaan kotor dan terluka. Walaupun begitu, kakek dan nenek itu tetap merawatnya dengan baik, memandikan dan merawat lukanya. Perlakuan kakek dan nenek yang baik perlahan-lahan merubah sifat Momotaro menjadi lebih baik dan membuatnya tumbuh menjadi remaja yang bisa diandalkan.

Suatu hari Momotaro mendengar kabar kalau di desa sebelah muncul mahluk yang membuat takut para penduduk. Para penduduk menyebut mahluk itu Iblis Hitam. Momotaro yang ingin membantu penduduk desa sebelahnya memutuskan untuk pergi ke sana dan menghancurkan Iblis Hitam yang mengganggu penduduk. Walapun kakek nenek itu khawatir tapi mereka tahu kalau Momotaro harus pergi dan mencari jalan hidupnya sendiri. Jadi, mereka melepasnya pergi dan memintanya untuk kembali kapanpun juga.

Dalam perjalnan ke desa sebelah, Momotaro bertemu dengan mahluk – mahluk hutan yang ingin ikut dengannya. Mereka adalah seekor burung beo, seekor monyet dan seekor kucing berwarna putih. Mereka juga mendengar berita mengenai Iblis Hitam dan memutuskan ingin memberi pelajaran pada mahluk yang mengganggu ketentraman daerah mereka.

Ketika mereka sampai di desa sebelah, mereka menemukan para penduduk yang datang menyambut mereka dengan gembira. Mereka selama ini merasa takut pada Iblis Hitam yang kerap kali muncul dan membuat anak-anak mereka menangis dan berlari ketakutan. Berulang kali mereka mencoba menyingkirkan mahluk itu tapi selalu gagal.

Momotaro dan ketiga temannya masuk ke pedalaman gunung untuk mencari mahluk itu. Dan belum begitu jauh mereka masuk ke pedalaman, mereka menemukan mahluk itu sedang duduk di dekat sungai. Setelah diperhatikan, mereka bisa mengerti kenapa penduduk desa menyebutnya Iblis Hitam. Mahluk itu berbentuk seperti manusia tapi sekujur tubuhnya berlumuran lumpur berwarna hitam. Sebagian dari lumpur itu sudah mengeras dan sebagian lagi masih basah dan lengket dan sepertinya berbau busuk karena banyak lalat yang mengerubungi tubuhnya.

Mereka bertiga berunding bagaimana caranya menghadapi mahluk ini. Momotaro ingin berbicara dulu dengan mahluk itu untuk mencaritahu kenapa dia menakuti penduduk desa tapi ketiga temannya mencegahnya dan berkata kalau dia tidak perlu bersikap baik kepada iblis. Ketiga temannya memutuskan kalau mereka sebaiknya maju terlebih dahulu sebelum Momotaro untuk memberi pelajaran kepada mahluk itu. Sesuai giliran, burng beo akan maju terlebih dulu, kemudian monyet, kucing dan terakhir barulah Momotaro.

Burung beo terbang berputar di sekeliling mahluk itu dan berkata,” Ini salah, ini sangat salah. Tubuhmu kotor sekali dan baumu sangat memuakkan. Ini salah, ini sangat salah, tidak seharusnya seseorang bisa punya tubuh sekotor dan sebau ini. Ini salah, ini sangat salah, kau tidak seharusnya hidup dekat dengan penduduk desa. Ini salah, ini sangat salah, kau mahluk yang sangat salah”. Burung beo terus menerus berteriak tapi mahluk itu hanya diam saja. Burung beo pun terbang kembali dengan muka puas karena dia sudah mengajar mahluk itu.

Monyet, yang maju sesudah burung beo, bahkan lebih kasar lagi. Dia meloncat-loncat dan menjerit-jerit dengan marah kepada mahluk itu. Monyet mengambil kerikil, batu kecil dan buah busuk dan melemparkannya pada mahluk itu dengan marah. Mahluk itu awalnya hanya menyingkir tapi monyet terus melemparinya sampai akhirnya mahluk itu marah dan berusaha mengejar monyet. Monyet berlari kembali dengan muka puas dan berkata kalau dia sudah membuktikan kalau mahluk itu jahat dan berbahaya dan dia sudah memberinya pelajaran.

Kucing, yang maju sesudah monyet, maju dengan pelan-pelan dan melangkah dengan anggun. Dia duduk di depan mahluk itu dan sibuk membersihkan bulu putihnya dan berkata,” Kau lihat bulu putihku ini?Aku membersihkannya tiap hari sampai seputih ini. Sungguh berbeda dengan dirimu yang kotor itu kan? Kau hitam, berlapis lumpur dan bau sekali. Lihat aku, buluku putih bersih,dan manusia senang memeluk diriku. Lihat dirimu, siapa yang mau dekat dengan mahluk bau dan kotor sepertimu?”. Kucing berbaring sambil bermalas-malasan sambil membersihkan bulunya dan ketika dia melihat mahluk itu hanya diam saja, kucing pergi kembali dengan muka puas karena sudah mengajar mahluk itu mengenai kebersihan..

Momotaro yang maju terakhir, berjalan menghampiri mahluk itu dan duduk di depannya.

“Hai, namaku Momotaro, tapi kau boleh memanggilku Momo. Sepertinya kau bukan mahluk jahat walaupun penampilanmu menakutkan. Siapa kau sebenarnya?”
Mahluk itu membuka mulutnya dan berkata,

“ Aku bukan mahluk jahat, aku juga dulu penduduk desa itu. Aku lahir dan dibesarkan di desa itu dan sampai aku berusia 16 tahun, aku masih hidup bersama mereka. Waktu itu penampilanku masih sama seperti anak lain.”

“ Kenapa kau bisa jadi seperti ini? Kenapa kau bisa berlumuran lumpur?”

“ Aku anak yang nakal. Waktu kecil aku sering pulang bermain dalam kedaan kotor dan berlumpur. Tapi tidak ada orang yang membersihkanku dan aku tidak bisa membersihkan diriku sendiri. Dan entah sejak kapan, lumpur –lumpur yang menempel itu semakin banyak dan menjadi keras bahkan berbau busuk. Pelan-pelan penduduk desa mulai menjauhiku, dan tak lama kemudian mereka mencoba mengusirku”

“ Kenapa mereka ingin mengusirmu?Bukankan kau juga bagian dari mereka?”

“ Mereka takut anak-anak mereka jadi terbawa kotor dan bau kalau bergaul denganku. Dan mempunyai tubuh bau dan kotor sepeti ini berarti tidak ada orang yang mau mempekerjakanku karena semuanya takut terbawa kotor. Aku terpaksa mencuri makanan untuk hidup. Terkadang mereka memergokiku dan mengejarku dan aku terpaksa menakut-nakuti mereka supaya mereka berhenti mengejarku.”

“ Karena itu mereka membencimu?”

“ Karena itu mereka membenciku. Mereka bukan hanya takut padaku tapi mereka juga takut kalau mereka jadi kotor kalau bersentuhan dengan diriku.”

“ Hmmm, kau tahu, aku juga dulu sepertimu. Aku juga anak yang nakal dan seringkali pulang ke rumah dalam keadaan kotor dan belepotan lumpur”
Mahluk itu menatapnya dengan heran dan bertanya.

“ Tapi kau tidak kelihatan kotor sekarang. Kau terlihat bersih bahkan penduduk desa menyambutmu ketika kau datang. Mereka melihatmu bagaikan seorang pahlawan, sangat berbeda degan diriku yang dipandang sebagai iblis. Kenapa kau bisa jadi seperti ini? Bagaimana caramu membersihkan diri?

“ Aku tidak membersihkan diriku sendiri. Ada Kakek Nenek yang mengurusku sejak kecil. Setiap kali aku pulang dalam kedaan kotor, mereka sudah menanti di depan rumah dan berlari menyambutku bahkan ketika aku masih jauh. Mereka menyiapkan air mandi panas yang nyaman dan menyabuni diriku sampai bersih, lengkap dengan bedak dan minyak telon.”

“ Tapi, tidakkah mereka marah ketika kau berulang kali pulang dalam keadaan kotor? Tidakkah mereka menjadi jijik dan membuang dirimu?

“ Tidak, mereka tetap menyambutku. Tentu saja mereka menegurku dan mengajar supaya aku tidak selalu terjatuh dalam lumpur. Tapi, mereka tidak pernah menolakku sekalipun aku jatuh berulang kali. Dan sekarang aku selalu berusaha untuk pulang dalam keadaan bersih karena aku menyayangi mereka.”

“ Kau beruntung. Kau punya Kakek Nenek yang baik, aku tidak punya seorangpun yang seperti itu.”

“ Kalau begitu kenapa kau tidak ikut pulang bersamaku? Kakek dan Nenek pasti mau menerimamu. Dan aku yakin mereka juga akan menyiapkan sabun dan air mandi dan obat-obatan untuk membersihkan dirimu dan menyembuhkan lukamu”

“ Tapi, apa kau tidak takut menjadi kotor kalau bersamaku? Dan bagaimana kalau penduduk desa menghinamu?

“ Jadi kenapa? Aku juga dulunya anak nakal dan sama kotornya. Kalau sekarang aku bersih itu bukan karena usahaku sendiri tapi karena Kakek Nenek yang menyayangiku.”

Jadi, momotaro pulang bersama teman barunya diikuti dengan ketiga temannya yang bersungut-sungut dengan kesal karena mereka merasa tidak sepantasnya mahluk kotor itu berjalan bersama mereka. Mereka begitu marah dan kesal, ketika mereka sampai ke rumah Momotaro dan Kakek Nenek segera memandikan mahluk itu dan menyiapkan makan malam buat mereka, mereka menolak untuk ikut makan bersama-sama. Jadi, ketika Mootaro, teman barunya, Kakek dan Nenek makan malam bersama, burung beo,monyet dan kucing memilih kembali ke dalam hutan.


Kalau hanya sekedar berkata “ ini salah, itu salah”, burung beo juga bisa.
Kalau hanya sekedar marah-marah dan menunjuk-nunjuk dan melempar batu, monyet juga bisa.
Kalau hanya sekedar lenggak lenggok pamer putihnya kekudusan, kucing juga bisa.


PS: OK, cerita ini memang simpel dan childish karena sebenarnya ini cerita yang saya bikin untuk jadi buku anak-anak. Momotaro sendiri sebenarnya legenda rakyat Jepang dan dalam cerita sebenarnya Iblis itu bukan di desa sebelah tapi di satu pulau. Teman seperjalanan Momotaro pun sebenarnya burung, monyet dan anjing. Kenapa di cerita ini jadi kucing? Karena setelah melalui pemikiran mendalam dan pengamatan berbulan-bulan terhadap kucing tetangga yang perutnya suka diiket tali dan ditarik-tarik anak kecil ( …poor cat…), disimpulkan kalau kucing itu lebih pesolek daripada anjing.

Oh, dan mengenai akhir ceritanya, teman baru Momotaro yang tadinya Iblis Hitam sekarang bekerja sebagai penjual bakmi di desa Momotaro.

TES : Apakah Kamu Orang Kristen atau Orang Gila?

Hal paling traumatis yang pernah saya alami waktu kecil adalah dipeluk orang gila. Gimana rasanya? Ya kaya dipeluk orang gila, cobain aja sendiri gimana rasanya deh. Ceritanya terjadi waktu saya masih kelas 4 SD dan waktu itu saya lagi maen sama temen saya ke satu supermarket. Waktu pulang, ternyata di depan supermarket itu ada orang gila yang lagi duduk. Tahu darimana orang gila? Soalnya dia pakai kemeja pink dengan celana ijo dan kaos kaki item bertotol-totol kuning ? Ya nggalah, tau sendiri orang gila kaya gimana, pakean kotor,rambut gimbal dan ngomong-ngomong sendiri. Dianya sih diem aja dan ga keliatan mau ngapa-ngapain jadi kita lewat aja di depannya dengan cuek. Dan tiba-tiba, jreng..jreng,,jreng, dianya bangun dan meluk pinggang gw. Namanya anak 4 SD ya paniklah, langsung gw berusaha kabur dan lari sambil pegangan ke baju temen gw yang, nyebelin banget, juga berusaha lari ninggalin gw yang lagi dipeluk orang gila. Akhirnya sih gw berhasil lepas dan langsung lari sambil deg-degan. Walaupun kaget tapi ga kenapa-kenapa sih soalnya orang gilanya juga ga mukul ato gimana. Yang nyebelin justru sampe sekarang gw masih nyimpen kesumat sama temen gw yang berusaha kabur ninggalin gw. Ferdinand! Kalo lu kebetulan baca tulisan gw, ati-ati aja ya kalo di jalan. Ngancem? Nggalah, maksudnya di Jakarta kan lalu lintasnya padet jadi harus ati-ati di jalan gitu.

Jadi, apakah maksud cerita di atas? Apakah orang gila itu melambangkan dosa atau saya mau cerita soal pertemanan sejati? Sebenarnya sih ga ada artinya, saya cuman cerita sedikit soal dendam masa kecil ini soalnya saya pengen nyerita sedikit soal orang Kristen dan orang gila. Apakah ada bedanya antara orang Kristen dengan orang gila? Pasti jelas beda lah, kita semua tahu orang gila itu kaya gimana. Baju kotor,rambut gimbal dan suka ngomong marah nangis sendiri. Atau kalaupun dia masih punya keluarga yang ngurus tetep saja kelakuannya ngomong marah nangis sendiri dan sepertinya dia ga peduli dengan keadaan sekitar. Tentu saja beda dengan orang Kristen yang pake baju rapih dan melayani di gereja kan? Tentu saja bagi orang dunia yang tidak mengenal Yesus, kita tampak seperti orang gila yang mempercayai sesuatu yang tidak terlihat, mungkin tampak sama konyolnya dengan orang yang mengaku diculik alien. Tapi bukan ini yang ingin saya bahas karena saya ga peduli dengan pandangan orang lain. Yang ingin saya tahu, ketika saya memandang diri saya di depan cermin apakah yang saya lihat? Orang Kristen beriman ataukah orang gila yang berhalusinasi?

Kenapa seseorang menjadi gila? Selain karena masalah yang disebabkan karena alasan-alasan fisik seperti kerusakan syaraf atau otak karena berbagai hal, menurut saya seseorang menjadi gila karena dia tidak kuat menanggung trauma. Misalnya, seseorang yang kehilangan suami yang disayanginya kemudian beranggapan kalau suaminya masih hidup dan tetap mengobrol dengannya seperti biasa walaupun bagi orang lain tentu saja dia terlihat seperti orang gila yang berbicara sendiri. Ketika seseorang menghadapi trauma yang sangat menyakitkan atau kedaaan yang menyedihkan, umumnya kita menghadapinya dengan menangis dan marah atau mengutuk atau banyak makan untuk menghadapi kenyataan itu. Tapi bagi sebagian orang, kenyataan itu terlalu menyakitkan untuk dihadapi samapai-sampai mereka menyangkal kenyataan tersebut dan membuat dunia sendiri dimana kenyataan itu tidak pernah terjadi. Dalam dunia yang mereka buat, kenyataan yang menyakitkan itu tidak pernah terjadi dan mereka memilih untuk tetap tinggal di dalam dunia impian itu.

Dalam dunia nyata mungkin suaminya meninggal tapi dalam dunia buatannya suaminya tidak meninggal dan setiap hari dia tidak kesepian karena suaminya tetap ada di sampingnya. Masalahnya hanya mereka yang tahu dan bisa tinggal di dalam dunia buatan mereka sendiri itu. Kita sebagai orang normal yang tinggal dalam dunia nyata tentu saja melihat mereka sebagai orang aneh. Saya pernah baca di satu artikel, tapi lupa dimana, tentang seorang ahli jiwa yang mengatakan menyadarkan orang gila mungkin merupakan tindakan yang kejam karena mungkin mereka lebih bahagia hidup dalam dunia mereka yang sempurna daripada menghadapi dunia nyata yang menyakitkan. Pada dasarnya orang gila adalah seseorang yang menghindari kenyata dan lari ke dalam dunia sempurna buatan mereka sendiri dan menyangkal realita.

Dan siapa dari kita yang ga mau melakukan hal itu? Ketika kita merasa sedih, tidakkah kita terkadang berharap kalau kita bisa sepeeti burung unta yang memasukkan kepalanya ke dalam lubang gelap di tanah dan melupakan kenyataan apapun yang ada? Seandainya kita punya kekuatan untuk membuat dunia sempurna dan tinggal di dalamnya tidakkah kita akan langsung menggunakan kekuatan itu? Sayangnya dunia nyata tidak bisa dirubah dengan simsalabim abrakadabra hocuspocus dan kita terpaksa mencari cara lain untuk menghindari kenyatan. Sebagian dari kita membuat dunia sendiri dan berhalusinasi, sebagian mungkin memilih alkohol atau obat untuk melupakan realita dan sebagian lagi, anehnya, mengambil agama dan menyebutnya iman.

Ada perbedaan yang sangat tipis antara beriman dan melarikan diri seperti orang gila. Mungkin terlalu tipis sampai terkadang kita tidak menyadari jalan mana yang sedang kita ambil. Seberapa tipis? Seorang Kristen dengan semangat mengatakan kalau kematian tidak menakutkan baginya, bahwa kematian adalah hal yang menyenangkan karena dia bisa bertemu dengan Yesus. Dan dengan semangat dia mengatakan kalau dia ingin mati muda supaya bisa cepat bertemu Tuhan.Bagaikan seorang kekasih yang tidak sabar ingin segera pulang untuk bertemu kekasih hatinya yang tinggal di negeri jauh dan kerinduannya terdengar sangat romantis dan semua orang yang mendengar berkata “Awwww, so sweet”.

Tapi apa yang terlihat sebagai iman dan kerinduan mungkin hanya ilusi. Kenyataannya, orang Kristen ini tidak punya keluaga, tidak punya tujuan hidup dan tidak punya seseorang yang disayangi.Kenyataan di depan mata bukanlah kenyataan yang menyenangkan tapi kesepian yang menyakitkan. Dan ketika realita tidak menyenangkan, dia memilih untuk lari dan berharap Tuhan segera memanggilnya ke surga. Keinginannya pergi ke surga bukanlah karena kerinduan pada Tuhan, kerinduan untuk pulang ke rumah Sang Kekasih bukanlah karena dia mencintai kekasihnya tapi karena pekerjaan di kantor terlalu berat.

Tidak sulit untuk mati dan pulang ke surga, tapi tetap hidup dan menghadapi kenyataan dan menghasilkan sesuatu dalam hidup yang bisa dengan bangga kita bawa pulang ke hadapan Tuhan adalah hal yang sangat sulit. Berani mati untuk Tuhan tidak selalu berarti lebih berani dari seseorang yang memilih hidup untuk Tuhan. Seandainya orang Kristen ini dipanggil pulang ke surga, apakah dia senang karena akan menemui Tuhan ataukah lega karena akhirnya lepas dari realita yang menyakitkan? Buat saya, sikap saya meremehkan kematian dan keinginan pulang ini bukanlah iman tapi cara saya untuk berusaha lari dari realita.( Ya, saya orang Kristen dalam cerita di atas….)

Hanya karena kita lari kepada Tuhan bukan berarti itu iman. Oh, kita semua memang pada umunya baru nyari Tuhan dalam masa-masa sulit. Ga ada yang salah ketika kita menghadapi realita yang menyakitkan dan kita langsung berteriak memanggil Tuhan. Tuhan memang mengijinkan hal-hal buruk terjadi supaya kita memanggil namaNYA. Tapi ada perbedaan yang jelas antara seorang anak yang kesulitan mengerjakan PR dan kemudian memanggil ayahnya untuk membantunya mengerjakan PR itu dengan seorang anak yang juga kesulitan mengerjakan PR dan memanggil ayahnya dan kemudian lari ke pojok sambil menutup mata dan telinga dan berharap ayahnya mengerjakan semua PR itu baginya. Keduanya menghadapi PR yang sama, keduanya menghadapi kesulitan, keduanya memanggil ayahnya dan percaya kalau ayahnya bisa menyelesaikan PR itu tapi sementara anak yang pertama bernama iman, anak yang kedua melarikan diri dari realita dan masalah.

Saya selalu suka perumpamaan tentang iman yang ditulis Max Lucado, “ Iman adalah burung yang bernyanyi di saat hari masih gelap”. Iman adalah burung yang membuka matanya, mengetahui kalau di sekelilingnya masih gelap tapi tetap memilih untuk bernyanyi. Dan burung gila adalah burung yang menutup matanya, berhalusinasi kalau matahari sudah terbit dan kemudian berkicau.

Masih kurang jelas soal perbedaan antara orang Kristen dan orang gila? Ok, saya masih punya satu cerita lagi walaupun kali ini bukan tentang saya. Seorang teman pernah berkata kepada saya kalau orang Kristen sebaiknya jangan terlalu banyak nonton berita karena berita sekarang isinya cuma kejahatan kriminal dan kekejaman,bencana alam dan kesusahan dan semua berita itu berpotensi melemahkan iman kepada Tuhan. Orang Kristen sebaiknya lebih rajin baca Alkitab daripada denger berita-berita tentang dunia yang ga penting, dengan begitu kita bisa punya iman dan pengenalan yang lebih kuat tentang Tuhan.

Seorang suami punya kebiasaan yang aneh, setiap kali malam tiba dia selalu mengambil penutup mata dan menolak untuk melihat istrinya. Kenapa? Karena istrinya tidak memakai make-up dan dia menolak untuk melihat istrinya tanpa make-up. Dia cuma mebuka penutup matanya di pagi hari waktu istrinya sudah selesai mandi dan berdandan. Ketika ditanya kenapa dia bersikap seperti itu, alasannya karena dia takut dirinya tidak mencintai dirinya istrinya lagi kalau dia sampai melihat istrinya dalam keadaan tidak cantik. Supaya dia tidak meninggalkan istrinya makanya dia memakai penutup mata supaya dia tidak melihat istrinya pake daster butut, rol rambut di kepala, masker muka lengkap dengan irisan ketimun di mata dan mulut yang ileran di waktu tidur. Cinta yang murni dan sejati kan?
Yah, cerita diatas cuma pemisalan dan dalam kenyataan ga ada suami gila kaya gitu.

Atau ada? Ada banyak hal yang terjadi di dunia di sekeliling kita, ada hal baik dan ada hal buruk, bahkan sangat buruk. Tapi itu tetaplah dunia yang kita tinggali, dunia tempat Tuhan bekerja, dunia yang dibentuk dan diatur oleh Yesus. Seberapa pun mengerikan dan menjijikkan, dunia yang kita tinggali adalah dunia yang diijinkan tuhan untuk tetap eksis. Dunia orang Kristen bukankah hanya di dalam gedung gereja dimana semua orang saling sopan santun dengan yang lainnya, ketika orang sehat menengok orang sakit dan orang yang kehilangan orang yang disayanginya dikuatkan oleh pelayan gereja, ketika semua orang merayakan Natal sambil berpegangan tangan dan menerima hadiah, ketika anak-anak berlarian di sekolah minggu dalam kostum kelinci dan mencari telur yang tersembunyi.

Dunia yang kita tinggali adalah dunia yang sama dimana anak-anak kecil dijual untuk kepuasan seksual orang-orang yang seumuran dengan usia ayah bahkan kakeknya, dunia di mana ada anak – anak yang kelaparan, dunia dimana seorang suami memukuli istri dan anaknya, dimana para wanita dipajang di etalase dan diperlakukan seperti barang, dunia di mana seorang anak kecil ditelanjangi, dijebloskan ke dalam kandang anjing, difilmkan dan filmnya dijual di internet untuk orang-orang sakit jiwa, dunia dimana seorang dokter bernama Mengele bisa mengoperasi tawanan kamp konsentrasi tanpa obat bius untuk mengetahui ketahanan mereka atas rasa sakit. Semuanya terjadi di dunia di sekeliling kita dan karena alasan yang amat sangat sulit dimengerti, Tuhan mengijinkan semua itu terjadi.

Tuhan yang kita sembah di dalam gereja dan Tuhan di luar gereja yang mengijinkan semua hal itu terjadi adalah Yesus yang sama. Tapi seperti suami gila dalam cerita di atas, kita menutup mata dengan alasan kita takut kehilangan cinta kita pada Tuhan. Cinta yang murni dan sejati?

Billy Graham mempunyai seorang rekan sepelayanan di masa mudanya, keduanya melayani Tuhan dengan kesungguhan yang sama, sampai pada satu titik. Keduanya menghadapi pertanyaan yang sama, kenapa Tuhan yang penuh kasih mengijinkan terjadinya penderitaan di tengah dunia? Kenapa ada kelaparan dan penderitaan di berbagai tempat? Bagaimana mungkin Allah yang penuh kasih berdiam diri melihat semua itu? Billy Graham memilih untuk tetap percaya pada kebijaksanaan Tuhan sementara temannya menjadi seorang atheis.

Ketika kita melihat bagian terhitam dunia,bisakah kita meragukan Tuhan? Ya! Mungkinkah kita meninggalkan Tuhan? Ya! Apakah lebih baik kita menutup mata dan duduk di pojok? Bagi saya ngga. Saya ingin melihat semua yang terjadi yang Tuhan ijinkan, tidak peduli apakah itu terlihat baik atau tidak, sekalipun itu mungkin beresiko menjadikan saya seorang atheis.Kenapa? Karena tidak adil bagi Sang Istri kalau saya memakai penutup mata, karena yang saya berikan kepadaNYA bukanlah cinta tapi kebohongan. Tidak peduli apakah itu daster butut atau masker menyeramkan, saya ingin mengenal Sang Istri sepenuhnya.

Jadi, apakah kita orang Kristen atau orang gila?

Tergantung, apakah kita menghadapi kenyataan bersama Tuhan atau lari ke pojok dan menghindari kenyataan.

Surat Pembaca : Keluhan Untuk Rumah Sakit

Kepada redaksi, saya adalah seorang pasien yang menderita sakit parah dan datang berobat ke rumah sakit X di kota Y. Ternyata saya menemukan banyak hal yang membuat saya jadi malas datang lagi ke rumah sakit. Surat pembaca ini saya buat bukan untuk menjelekkan nama rumah sakit tapi dengan harapan rumah sakit X bisa menjadi lebih baik dan lebih banyak pasien yang datang dan disembuhkan.

Ketika saya pertama kali datang ke rumah sakit X, saya cukup senang karena saya disambut dengan baik. Perawat dan suster menyalami saya bahkan memberikan saya suvenir. Seorang administrator yang sopan menanyakan nama dan alamat saya dan mencatatnya di komputer. Beberapa di antara mereka menyempatkan diri mengobrol sedikit dengan saya. Tapi kegembiraan saya itu tidak berlangsung lama karena semua sambutan itu hanya di pintu masuk saja, sesudah itu saya dibiarkan sendiri di pojok aula. Bahkan ketika saya kembali lagi ke rumah sakit minggu depannya untuk pemeriksaan rutin, dokter dan perawat sibuk menyambut pasien lain yang baru masuk tapi hanya memandang sekilas kepada saya. Mungkin saya memang terlalu manja, tapi sejujurnya saya mengharapkan sambutan itu tidak hanya di pintu masuk dan hanya pada kunjungan pertama. Bagaimanapun, saya sakit parah dan saya membutuhkan seorang perawat atau dokter yang menemani saya dan mengatakan kalau saya akan baik-baik saja, saya akan menerima obat, penyakit saya akan dihilangkan dan tubuh saya dipulihkan. Saya takut akan penyakit saya, saya takut akan kematian dan yang saya butuhkan bukanlah senyum manis, sekotak suvenir dan kartu anggota rumah sakit. Yang saya butuhkan adalah seorang perawat yang akan menemani dan menenangkan saya dan meyakinkan saya bahwa saya akan disembuhkan.

Keluhan lain yang ingin saya sampaikan adalah keengganan dokter atau perawat untuk menjelaskan pengobatan yang saya terima. Sebelum saya datang ke rumah sakit ini, saya juga mengunjungi rumah sakit – rumah sakit lain yang menawarkan pengobatan “alternatif” untuk penyakit saya. Semuanya menganjurkan supaya saya berolahraga untuk menghilangkan sel yang sakit. Menurut mereka, 1 jam olahraga menghasilkan 1 sel yang sehat. Semakin banyak saya berolahraga,semakin banyak sel sehat yang saya hasilkan dan jika suatu waktu jumlah sel yang sehat lebih banyak dari jumlah virus, saya akan sembuh. Masalahnya, jumlah virus dalam tubuh saya terlalu banyak sampai saya tidak mampu lagi untuk berolahraga. Bahkan sekalipun olahraga itu menghasilkan sel yang sehat, itu tidak berarti virus dalam tubuh saya menghilang. Mereka terus menggerogoti tubuh bahkan juga merusak sel sehat yang baru dihasilkan. Hanya rumah sakit ini yang menawarkan obat yang mampu menghilangkan semua virus sekaligus tanpa harus berolahraga.

Masalahnya, ketika saya meminta penjelasan bagaimana cara kerja obat itu; kebanyakan dari mereka tidak mau, atau mungkin tidak bisa menjelaskan. Yang mereka bilang hanya supaya saya percaya saja dan jangan bertanya hal yang aneh-aneh. Saya tahu bahwa supaya pengobatan itu bisa bekerja, saya harus percaya pada Dokter yang memberikan obat itu. Dan saya percaya dan bersedia menelan obat itu, tapi apakah itu berarti saya tidak boleh menanyakan tentang bagaimana obat itu dibuat, apa khasiat obat itu, apakah obat itu asli atau palsu, kenapa rumah-rumah sakit alternatif lain mengatakan kalau obat itu palsu dan tidak mungkin ada obat yang sebegitu manjurnya bisa menghilangkan virus tanpa perlu usaha sedikitpun. Apakah karena harus percaya berarti saya tidak boleh mempelajari pengobatan ini? Seringkali ketika pasien dari rumah sakit lain yang tertarik pada pengobatan rumah sakit ini dan bertanya-tanya kepada staff rumah sakit harus pulang dengan kecewa karena staf yang berjaga tidak bisa menjawab pertanyaan mereka.

Tapi yang paling mengesalkan dan paling membuat orang malas datang ke rumah sakit adalah sikap mantan pasien di rumah sakit ini. Ada banyak pasien yang berhasil disembuhkan rumah sakit ini yang sering datang berkunjung. Banyak di antaranya bahkan membantu pekerjaan rumah sakit dengan menjadi perawat atau menjadi asisten dokter atau bahkan menjadi dokter. Sebenarnya, bukankah mereka semua mantan pasien yang kemudian juga menerima pengobatan yang sama dan sembuh? Tapi kenapa seringkali para mantan pasien ini justru memandang rendah bahkan menolak pasien yang baru datang. Betul ketika pasien itu pertama kali datang dia disambut dengan baik, tapi setelah mereka tahu kalau penyakitnya sangat parah, mereka pun menjauhinya. Memang kenapa kalau sakitnya parah? Bujkankah karena sakitnya parah maka dia datang ke rumah sakit? Kalau rumah sakit menolak menerima orang sakit, kemana lagi mereka harus pergi? Apakah mereka harus pergi ke rumah sakit alternatif lain dan berolahraga tanpa pernah sembuh? Atau kalau mereka juga ditolak di sana berarti mereka harus mati di jalanan dan terlupakan? Bukankah Pemilik Rumah Sakit itu sendiri tidak pernah menolak siapapun? Kenapa para dokter dan perawat yang hanya pekerjaNYA menolak pasien yang sakit parah seolah-olah mereka mahluk menjijikkan yang tidak pantas tinggal di rumah sakit.

Oh, mereka memang tidak secara langsung mengusir pasien yang sakit parah, mereka hanya membiarkannya di pojok ruangan dan melupakannya. Orang yang sakit parah membutuhkan waktu sampai tubuh mereka pulih sepenuhnya, virusnya tentu saja sudah dihilangkan oleh obat. Tapi virus itu sendiri sudah merusak tubuh mereka sedemikian rupa sampai mereka tampak menjijikkan. Mereka memerlukan orang yang membalut borok dan luka mereka, dan jika rumah sakit menolak melakukan hal itu….kemana lagi mereka pergi selain kembali ke jalan dan membuat luka mereka terinfeksi lagi?

Kenapa mantan pasien cepat sekali melupakan bagaimana rusaknya tubuh mereka sendiri sebelum mereka menerima pengobatan? Mungkin karena mereka tidak pernah sadar kalau mereka pernah punya virus di tubuhnya. Mungkin mereka bahkan tidak pernah sadar virus itu merusak tubuhnya. Dan mungkin mereka tidak pernah meminta obat itu karena mereka tidak membutuhkannya. Mereka cukup puas dengan suvenir dan kartu anggota rumah sakit.

Kualitas pelayanan rumah sakit harus diperbaiki bukan supaya nama rumah sakit X terkenal kemana-mana, bukan supaya dokter rumah sakit jadi terkenal dan dipanggil bicara kemana-mana, bukan supaya rumah sakit tampak ramai dan sibuk. Kualitas pelayanan harus ditingkatkan karena banyak pasien yang sekarat yang membutuhkan pengobatan. Rumah sakit adalah Rumah yang menerima orang sakit, dan menyembuhkannya.

PS: Nama dan alamat ada pada redaksi. Surat pembaca ini ditulis oleh seorang mantan pasien yang sekarang bekerja sebagai tukang bakmi di depan rumah sakit X.

Seandainya Saya Superman

Saya akan bingung…bukan bingung mau ganti kostum yang model gimana karena saya ga akan mau pake kostum model lama dengan celana dalam merah diluar. Tapi bingung mau melakukan apa? Punya kekuatan yang besar memang bagus, tapi apa yang harus dilakukan dengan kekuatan yang bisa menjungkirbalikkan dunia ini?
Hmmm…superman kan pahlawan kebenaran yang melawan kejahatan kan? Jadi gimana kalo saya melawan kriminalitas saja? Nangkepin penjahat di seluruh dunia?

Masalahnya, penjahat itu yang mana yah? Memang ada tukang rampok atau preman terminal yang emang jahat, tapi kan ada juga orang yang nyuri karena terdesak kebutuhan, misalya untuk biaya makan anak di rumah. Masa superman nangkap mereka juga? Kan harusnya dibantu?
Kalo gitu sekarang nyari preman-preman aja lah. Tapi, menangkap mereka juga ga akan menyelesaikan masalah. Mereka jadi preman bukan karena terlahir dengan muka preman, tapi seringkali juga karena kemiskinan membuat mereka mengambil jalan pintas. Selama ada kemiskinan, tentu saja akan selalu ada kejahatan. Kalau perut lapar, urusan benar dan salah itu nomor 2.

Baik, karena akar kriminalitas adalah kemiskinan, berarti sebagai superman saya harus memberantas kemiskinan kan? Daripada ngegunting daunnya lebih baik dicabut akarnya sekalian kan?Gimana caranya memberantas kemiskinan yah? Cara paling gampang mungkin meniru rekan superhero lain, Robin Hood. Tapi masa superman mencuri? Biarpun untuk orang miskin tapi kan tetep aja mencuri. Lagipula , dalam jangka panjang ga akan ada orang yang mau berusaha bekerja menjadi kaya karena nanti kalau sudah kaya pastinya dirampok. Lebih baik diam dan menunggu superman membawa hasil rampokan. Gimanapun juga ga boleh seorang superman yang menjadi simbol kebenaran memakai cara salah untuk mencapai hasil yang baik. Kalau orang laih juga meniru dengan melakukan cara yang salah untuk mencapai hasil yang mereka anggap baik, gimana caranya superman mau melarang?

Tapi, bumi ini kan kaya, di suatu tempat pasti masih ada tambang emas yang belum ditemukan kan? Dan saya punya sinar X yang bisa melihat menembus tanah. Kalau tambang emasnya sudah ketemu kan tinggal dibagi-bagi kan ke semua orang miskin di seluruh dunia. Masalahnya, kalau tiba-tiba banyak emas bermunculan yang di jual di pasaran, harga emas turun drastis dong. Wah, ekonomi bisa terganggu dong. Dan yang lebih penting, emang bagus memberi emas langsung ke tangan orang lain? Bagaimana kalau pada akhirnya mereka hanya diam menunggu superman menyelamatkan mereka? Bukankah seharusnya seseorang bekerja supaya bisa makan? Kalo ga kerja ya ga makan, harusnya gitu kan? Jadi masalahnya, seseorang miskin karena ga ada usaha atau pekerjaan yang baik kan?

Kalau begitu superman harus mengusahakan lapangan kerja, kan kata pepatah lebih baik memberi pancing daripada ikan. Masalah baru muncul, ga banyak pekerjaan yang bisa meereka lakukan karena ga ada keahlian yang mereka punya. Kurangnya pendidikan formal dan pendidikan keahlian membuat mereka ga punya banyak pilihan dalam bekerja kecuali pekerjaan kasar yang tentu saja bayarannya murah. Seandainya mereka terdidik tentunya mereka bisa mendapat pekerjaan dengan bayaran yang lebih baik. Jadi yang mereka butuhkan sebenarnya pendidikan. Pendidikan harusnya membuat mereka mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, pekerjaan yang baik tidak lagi membuat mereka miskin dan karena mereka tidak lagi miskin harusnya mereka tidak melakukan kriminalitas dan dunia ini aman dan superman bisa pensiun dini.

Tapi apakah kalau pendidkan dan pekerjaan terjamin berarti semuanya baik-baik saja? Apakah itu berarti orang-orang akan menjadi lebih baik, menjadi warga negara yang baik yang tidak merugikan orang lain? Apakah pendidikan menjadikan seseorang selalu mengambil pilihan yang benar dan tidak akan pernah berbuat jahat? Hmmm, saya meragukan hal itu. Kenyataannya negara maju pun masih membutuhkan hukum dan polisi. Ah, ini dia, hukum! Pendidikan dan pekerjaan saja tidak cukup untuk menjadikan seseorang baik, mereka harus dipaksa menjadi baik Dan apalagi yang lebih baik selain hukum? Bukankah hukum menjamin seseorang pasti berlaku tertib? Ini dia jawabannya…superman harus mencari peraturan hukum yang adil yang bisa menjamin semua orang menjadi baik.

Nah, masalahnya sekarang hukum mana yang harus saya tegakkan? Apakah hukum negara saya atau kode moral agama saya? Atau mungkin cukup pandangan pribadi saya saja? Kalau menurut saya itu salah, ya salah. Dan kalau menurut saya itu benar, ya benar.Tapi kan orang lain belum tentu setuju dengan kebenaran saya. Setiap orang punya pandangan kebenarannya sendiri yang tentu saja mereka yakini paling benar. Hanya karena superman berpikir itu benar belum tentu itu juga benar bagi orang lain. Masalahnya bukanlah siapa yang lebih benar, tapi masalahnya adalah apa yang harus kita lakukan dengan orang lain yang punya pandangan berbeda dengan kita? Bagi saya aborsi adalah kejahatan, tapi mungkin bagi orang lain itu adalah pilihan proibadi yang tidak merugikan siapapun. Jalan tengah ga ada, diperdebatkan terus menerus pun ga ada habisnya, jadi harus bagaimana?

Mungkin superman harus lebih keras dan tegas, bagaimanapun dia harus mengeakkan hukum kan? Masa menegakkan hukum dengan lemah lembut? Jadi, sebagai superman akan saya paksa semua orang untuk mengikuti hukum versi saya. Setuju ga setuju semua harus mau. Supaya tidak terjadi perdebatan, hanya ada satu versi kebenaran yang berlaku yaitu hukum versi superman.Semua orang yang mempertanyakan dan meragukan versi hukum ini akan ditangkap supaya tidak mengganggu ketertiban. Dan suapaya tidak ada lagi yang meragukan hukum yang berlaku, sebaiknya kaum intelektual ditiadakan saja. Kenapa? Karena biasanya orang pintar yang suka berpikir macam-macam dan mempertanyakan kebenaran suatu hal. Orang bodoh biasanya ga nanya macam-macam selama kebutuhan mereka tercukupi. Dan bagaimana caranya supaya kaum intelek menghilang? Tentu saja dengan membatasi bahkan kalau perlu menghilangkan pendidikan. Pendidikan yang ada cukup hanya hukum superman, dengan begitu semua orang akan mengikuti hanya 1 jalan dan tidak akan ada lagi perang dan keributan. Bukankah kebanyakan perang diakibatkan perbedaan ideologi?

Sampai sini sepertinya judulnya harus diganti deh jadi “ Seandainya Saya Diktator”. Sebagai superman, saya ingin membuat dunia ini jadi lebih baik, tapi kenapa malah salah jalan jadi diktator? Dimana saya salah belok? Saya yakin pendidikan dan pekerjaan yang layak dan hukum itu diperlukan, jadi dimana belokan yang salah?

Pendidikan memang menjamin tersedianya roti di meja makan, tapi itu tidak menjamin semua keluarga duduk bersama di meja makan. Dan orangtua yang mengambil keputusan yang salah mengakibatkan rumah tangga berantakan yang memunculkan masalah sosial yang lain. Anak-anak yang terlantar secara emosional turun ke jalan bukan karena mebutuhkan uang tapi karena melarikan diri dari rumah dan bergabung dengan anak-anak lain yang bermasalah. Dan kumpulan orang –orang yang bermasalah hanya akan melahirkan masalah yang lebih besar. Dan sekalipun hukum bisa menekan masalah ini, tapi hukum tidak bisa memotong akarnya Pada dasarnya, kita memang cenderung selalu melakukan hal yang salah. Hukum memang bisa memaksa seseorang berlaku baik tapi hukum tidak menjadikan seseorang baik.Hukum tidak selalu memunculkan moralitas yang baik. Hukum adalah polisi yang berjaga di perempatan dan tidak ada mobil yang melanggar lampu merah sekalipun jalanan sepi. Moralitas adalah pengendara mobil yang berhenti di lampu merah sekalipun jalanan sepi dan sekalipun tidak ada polisi. Hukum tidak menjamin seseorang menjadi lebih baik, ia hanya menjamin mereka berlaku tertib sesuai hukum yang berlaku.

Seandainya yang superman inginkan adalah dunia yang tertib, tidak ada pertengkaran dan keributan, mungkin superman harus jadi diktator. Tapi seandainya saya menginginkan hal yang lebih, seandainya saya menginginkan seseorang melakukan hal yang benar karena mereka memilih untuk melakukan hal yang benar dan bukan karena mereka diperintahkan untuk itu, saya perlu sesuatu yang lebih dari hukum.

Bagaimana dngan agama? Bukankah agama mengajarkan hal yang baik? Betul, tapi sama halnya seperti pendidkan atau hukum, agama hanya bisa mengajarkan kumpulan kode etik dan moral, tapi agama tidak bisa membuat seseorang melakukan kode moral itu karena pilihan pribadi, bukan karena dipaksa atau karena mengharapkan balasan.

Yang diperlukan manusia adalah sesuatu yang mendorong mereka untuk melakukan hal yang benar, sesuatu yang bukan dipaksakan dari luar, tapi yang bekerja dari dalam. Mungkin suatu kekuatan atau kuasa, mungkin sesuatu yang bekerja secara supranatural mengubahkan manusia menjadi manusia baru. Ah, manusia membutuhkan Tuhan! Loh, bukankah agama tidak akan berhasil? Bukan, Tuhan bukanlah sekumpulan kode etik dan moral. Tuhan adalah Pribadi dan Kekuatan yang memampukan kita menjadi manusia baru, yang membuat kita menjadi lebih baik. Agama mengajarkan hal yang baik tapi Tuhan memampukan kita melakukan hal yang baik.Yang menjadikan seorang anak baik bukanlah nasihat Bapa, tapi kebersamaan dengan Bapa

Masalahnya Tuhan yang mana? Ada banyak agama dengan tuhannya masing-masing di dunia ini. Tuhan yang mana yang dibutuhkan manusia?Memang betul seperangkat aturan atau kode moral yang paling bagus sekalipun ga akan ada gunanya kalau kita ga punya kemampuan untuk menjalankannya, dan hanya Tuhan yang bisa memberikan kita kemampuan untuk itu. Masalahnya Tuhan yang mana?

Seandainya saya superman, tentunya saya superman Kristen karena saya percaya pada Yesus. Tapi, apakah itu berarti saya harus memaksa semua orang menjadi Kristen? Apa gunanya seseorang mengikut Yesus karena dipaksa? Gereja mungkin jadi penuh tapi surga tidak akan bertambah seorangpun. Dan kalau seseorang hanya menulis agamanya Kristen di ktp tapi hatinya ga percaya Yesus, bagaimana caranya Yesus mengubah hatinya menjadi lebih baik? Lagipula, kalau saya memaksakan orang lain menjadi Kristen, bukankah saya akan mengulang kesalahan yang sama dengan menjadi diktator? Pada akhirnya, tiap orang harus menentukan sendiri Tuhan mana yang dia butuhkan. Dan sebagai superman, saya tidak bisa ikut campur karena itu adalah pilihan pribadi setiap orang.

Seandainya saya jadi superman, saya akan pulang ke rumah, melipat kostum kebanggaan dan menyimpannya di gudang. Saya akan berhenti menjadi superman dan beralih profesi menjadi pria yang lebih baik, suami yang lebih baik dan ayah yang lebih baik. Karena dunia ini tidak membutuhkan pahlawan super manusia baja, yang dunia butuhkan adalah orang-orang biasa yang menunjukkan seperti apakah Tuhan itu lewat kehidupan mereka. Supaya setiap orang mengenal Yesus bukan dari kostum biru merah yang saya kenakan tapi dari kehidupan saya.

Seandainya saya jadi superman, saya tidak akan memerlukan kekuatan super. Karena yang Tuhan butuhkan bukanlah pahlawan super berkostum biru merah. Karena yang Tuhan butuhkan adalah orang biasa yang bersungguh hati mencari Dia suapaya Tuhan bisa melimpahkan kekuatanNYA kepada orang itu.



PS: daripada jadi superman, saya lebih memilih menjadi tukang bakmi. Dan seandainya saya jadi tukang bakmi, tentu saya akan membuka warung bakmi.Terimakasih sudah mampir ke warung saya.

Keledai Mengejar Wortel?

Ada yang suka baca Donal? Bukan…bukan selebaran paket diskon burger tapi Donal Bebek dan 3 keponakannya. Pertama kali saya baca Donal waktu kelas 1 SD, waktu itu harganya masih 750 perak per majalah. Sekarang sih udah ga baca lagi soalnya majalah Donal yang sekarang udah ga serame dulu jadi males mau beli juga.

Apa tulisan saya sekarang bakalan ngebahas Donal? Ngga…saya cuma ngomongin Donal soalnya ada satu cerita di Donal yang pengen saya ceritain. Ceritanya Donal punya 1 keledai yang pemalas dan ga mau kerja. Biarpun dimarahin dan dipaksa, tetep aja keledai ini ga mau jalan. Pokonya keras kepala banget keledai ini sampe Donal putus asa. Untungnya keponakannya, yang selalu lebih pinter dari si Donal ini, punya ide. Mereka gantung wortel di ujung pancingan kemudian wortel ini diayun-ayunkan di depan si keledai. Keledai ini yang ngeliat wortel di depan mata tentu saja jadi pengen makan dan berusaha maju ngambil wortel itu dan akhirnya mau jalan. Tentu saja karena wortel itu digantung di tongkat pancingan, mau jalan sejauh apapun tetep aja mulut keledai itu ga akan pernah bisa ngegigit wortel yang berayun-ayun di depan matanya.

Pertanyaannya, apakah keledai itu sekarang jadi keledai baik-baik? Apakah keledai itu layak dipuji sebagai keledai yang rajin dan kalau perlu dijadikan teladan bagi para keledai lain? Apakah keledai ini berhak mendapat sebutan Keledai Of The Year dan muncul di majalah Time sebagai salah satu Keledai Berpengaruh Abad 21? Atau muncul di acara Oprah sebagai Keledai Yang Peduli Kekeledaian?

Tentu saja keledai ini memang terlihat sangat rajin dan patuh, disuruh jalan ya jalan, disuruh belok ya belok. Masalahnya, keledai ini berjalan karena ada wortel yang berayun di depan matanya. Selama wortel itu masih berayun di depan matanya, bagaimana kita tahu kalo keledai ini bekerja karena memang dia keledai yang baik dan bukannya bekerja karena ingin makan wortel? Tentu saja keledai ini bisa bertapa,ikut seminar pengendalian diri ataupun menyangkal keberadaan wortel tapi selama wortel itu masih tergantung di depan mata, bisakah kita 100% mengatakan kalau keledai ini memang keledai yang tulus bekerja dengan rajin?

Ketika seekor keledai berjalan karena menginginkan wortel, tentu saja ini hal yang wajar, tetapi itu tidak menjadikan pekerjaannya sebagai sesuatu yang spesial dan itu tidak menjadikan dirinya sebagai Keledai Terajin. Kenapa? Karena pekerjaan yang dilakukannya tidak dilakukan karena dirinya rajin tetapi karena dia melakukannya untuk dirinya sendiri, untuk makan malamnya.

Selama kita masih mengejar surga, selama surga itu terus berada di luar jangkauan kita dan berayun-ayun di depan mata kita, perbuatan baik apapun yang kita lakukan ga akan pernah ada artinya. Inilah penyebab utama kenapa kita tidak bisa memperoleh surga lewat perbuatan baik, karena perbuatan baik apapun yang kita lakukan untuk memperoleh surga pada akhirnya menjadi dosa baru yaitu keegoisan. Ketika seseorang menolong orang lain untuk kepentingannya sendiri, apakah para malaikat bersorak dan Tuhan tersenyum?

Tentu saja kita bisa melatih diri kita dan berusaha tidak egois, masalahnya selama surga itu masih berayun-ayun di depan mata kita, bisakah kita dengan yakin mengatakan kalau kita berjalan sepenuhnya karena kita tulus dan bukannya karena menginginkan surga? Mustahil, selama wortel itu masih bergantung di depan mata, tak ada seorangpun dari kita yang akan bisa yakin kalau motivasi kita untuk berbuat baik sedikit pun bukan karena wortel.

Dan Tuhan tahu itu, sudah terlalu banyak manusia yang datang kepadaNYA dan sambil berlutut, mereka mengeluarkan cincin berlian dan berkata,” Menikahlah denganku. Aku akan memberikan cincin kawin ini untukMU tapi sebagai gantinya Kau harus mengurus rumahku,membersihkan,memasak dan mencucikan bajuku. Terimalah lamaranku…”. Pada dasarnya, yang manusia tawarkan pada Tuhan bukanlah kasih melainkan proses perekrutan pembantu dan negosiasi harga supaya rumah kita tetap bersih,sehat dan aman. Tidak heran Tuhan berkata kalau semua perbuatan kita yang terbaik hanya berupa kain kotor di mataNYA.

Kembali kepada keledai tadi, sekarang pemiliknya udah ganti, bukan Donal lagi tapi Yesus. Dan apa yang Yesus lakukan? Dia mengambil wortel di ujung pancingan dan memberikannya pada keledai tadi. Astaga, bodo banget??? Kalo gitu kan keledainya ga akan mau jalan lagi kalo udah ga ada wortel di depan mata. Bahkan bukan cuma ga mau jalan tapi mungkin malah hidup seenaknya. Mungkin keledai tadi malah sibuk ngejar-ngejar keledai betina dan bukannya kerja. Atau malah beli obat yang engga-engga dari keledai berjaket kulit,berkacamata hitam dan bertato di belokan jalan ( catatan: tidak berarti semua keledai berjaket kulit,berkacamata hitam dan bertato pengedar…) .

Tentu saja Tuhan tahu itu, ketika dia memberikan surga dengan syarat yang amat sangat super duper kebangetan gampang sekali yaitu cukup mengakui Dia sebagai Tuhan, tentu saja Tuhan tahu resikonya. Tapi yang Dia inginkan adalah manusia yang datang kepadaNYA karena mengasihiNYA dan bukan manusia yang datang dengan membawa formulir perjanjian pembantu.

Dan ketika wortel itu Tuhan hilangkan dari hadapan mata kita, sekarang kita bisa melihat dengan jelas. Kita bisa memutuskan apakah kita ingin mengikut Tuhan karena kita ingin mengikut Dia atau karena wortel di sakuNYA.Apakah kita keledai baik-baik ataukah keledai oportunis. Keputusan Tuhan untuk memberikan keselamatan di tangan kita dengan gratis membuka pintu bagi kita untuk menjadi manusia yang lebih baik. Untuk menjadi seperti Tuhan yang melakukan segala sesuatu karena kasih dan bukan karena keegoisan. Untuk memberikan cincin pertunangan berlian dan bukannya formulir perjanjian. Dan untuk mengatakan “Aku mengasihi Tuhan” tanpa harus menggigit lidah sendiri.

Mungkinkah kita sepenuhnya menjadi manusia yang tidak egois? Ga mungkin juga, sampai kita mati pun kita ga akan pernah mempunyai hati yang bener-bener murni. Apapun perbutan baik yang kita lakukan, sedikit banyak pasti akan selalu disertai keinginan –keinginan lain. Mungkin kita tidak lagi melakukan perbutan baik untuk mencicil KPR kita di surga, tapi mungkin kita melakukan perbuatan baik karena mengharapkan berkat, karena kita menginginkan penghormatan dan penerimaan orang lain, karena kita ingin menjadi seseorang yang berarti dan nama kita terukir dengan tinta emas dalam sejarah.

Kalau begitu apa bedanya kita dengan orang lain yang melakukan perbuatan baik untuk mencapai surga, bukankan pada akhirnya kita semua mahluk egois? Nope, ada perbedaan yang sangat jelas. Sama jelasnya dengan perbedaan seseorang yang membayar pelacur dan seorang suami yang memberikan hadiah pada istrinya. Membayar surga dengan perbuatan baik membatasi kita untuk selamanya dalam hubungan jual beli. Hubungan ini ga akan pernah menjadi hubungan kasih karena pada dasarnya memang jual beli, aku memberi A dan Kau memberi B. Tapi, ketika wortel itu dihilangkan, hubungan kita dengan Tuhan bukan lagi jual beli karena ga ada barang yang harus Tuhan berikan pada kita dan ga ada barang yang harus kita berikan pada Tuhan. Hubungan kita dengan Tuhan sekarang menjadi hubungan kasih dan kita punya kesempatan untuk menjadi manusia yang lebih baik yang mengikut Tuhan karena kita mengasihiNYA. Tentu saja akan ada keegoisan dalam hubungan kasih kita dengan Tuhan tapi berapapun keegoisan itu ga akan bisa merubah hubungan kasih menjadi jual beli. Sama ga mungkinnya berapapun kasih yang terlibat bisa merubah hubungan jual beli menjadi kasih.

Sebagai tambahan, ada satu pertanyaan lagi yang pengen saya share. Seandainya perbuatan baik ga bisa menebus surga, bagaimana denga hukuman? Bisakah kita menebus surga dengan hukuman? Mungkin dengan cara menyakit diri sendiri atau mungkin diam di neraka beberapa ratus tahun? Well, kita ganti saja wortelnya dengan tendangan. Apakah keledai tadi berjalan karena tendangan atau karena dia keledai baik-baik? Apakah kita menjalani hukuman karena kita menyesali kesalahan kita ataukah karena keegoisan kita mengejar surga? Dan seandainya kita mau menerima hukuman bukan karena menyesal melainkan karena keegoisan kita, bukankah dosa egois ini juga harus dihukum? Dan jika kita mau menerima hukuman dosa egois ini karena kita menginginkan surga bukankah berarti kita melakukan dosa double egois? Dan bukankah dosa double egois ini juga harus dihukum? Dan seandainya kita menerima hukuman dosa double egois ini karena kita menginginkan surga bukankah berarti kita melakukan dosa triple egois? Dan bukankah dosa triple egois ini juga harus dihukum? Dan seandainya kita mau menerima hukuman dosa triple egois ini………………….

Info tambahan : Wortel banyak mengandung vitamin A dan baik untuk mata. Keledai engga.

….BRRRETTTTTTTT…

Ada yang masih ingat bagaimana rasanya ketika pertama kali bertemu Yesus? Saya dari kecil ikut sekolah minggu dan bayangan pertama tentang Yesus yang saya kenal adalah boneka bayi di palungan. Jenggot palsu yang dibikin pake pensil dan kain yang dililit-lilit. Dan tentu saja anak-anak perempuan yang pake rok berenda sambil membawa tongkat bintang. Entah kenapa dari kecil sepertinya saya sudah ditakdirkan untuk memerankan Yusuf, kalo ga salah 3x dari SD sampe SMP. Bayangan pertama tentang Yesus bagi seorang anak seperti saya tidak terlalu mengesankan, saya lebih tertarik dengan Simson atau Daud soalnya kalo guru sekolah minggu cerita, ceritanya jadi seru kaya film action. Tapi Yesus selalu muncul sebagai bayi di palungan di kandang domba dan seringkali cuma muncul setahun sekali di malam Natal. Paling ngga saya cuma inget cerita Yesus di hari Natal doang karena itu yang dipentasin.

Tentu saja ga semua punya kesan yang sama dengan saya mengenai kesan pertama bersama Yesus. Bagi sebagian orang mungkin Yesus adalah Allah asing yang disembah suku lain dengan kebiasaan-kebiasaan aneh seperti naro bayi di palungan,nyari telor di halaman dan pake kalung salib.

Mungkin bagi sebagian orang Yesus adalah gambar di ruang tamu yang sudah turun temurun bersama keluarga. Nama Yesus bukanlah nama yang aneh karena setiap orang yang dilahirkan di keluarganya otomatis menjadi Kristen. Bagi mereka, Yesus adalah bagian dari tradisi yang menyertai merekasejak lahir. Lahir dibaptis,menikah di gereja dan dikuburkan di pemakaman Kristen.

Mungkin sebagian lagi seperti bangsa Israel di kaki gunung Sinai. Yesus begitu menakutkan, terlalu tinggi untuk disentuh dan Yesus bukanlah Alah yang bisa ditemui oleh orang biasa. Dan seperti anak-anak yang pertama kali masuk TK, mereka mendekati Tuhan sambil bersembunyi di balik jaket pendeta,penatua,atau pelayan manapun di gereja yang selalu terlihat sibuk setiap minggu. Pertemuan dengan Yesus bukanlah pertemuan pribadi tapi pengajuan proposal melalui pihak ketiga. Dan mereka titipkan doa,harapan dan hak mereka untuk menentukan benar dan salah ke tangan orang lain dan berkata,” Berbicaralah pada Tuhan untuk kami”

Di masa kecil saya, Yesus dan sekolah minggu adalah bagian tak terpisahkan dari pergaulan anak-anak kecil di kota saya. Sekolah minggu adalah pelengkap taman kanak-kanak dan orangtua mengirimkan anak mereka ke gereja bukan untuk mengenal Yesus tapi supaya bergaul dengan anak-anak lain. Dan bagaikan tradisi, saya datang tiap minggu ke gereja, masuk SMP dan SMA Kristen tanpa pernah berpikir,” Siapakah Yesus?”

Bahkan ketika di SMA saya lahir baru dan mulai membuka mata pada nama Yesus, saya bersembunyi di balik baju pembimbing. Di hadapan Yesus rasanya saya cuma cucu keponakan cicit kutu yang keinjek,dikubur,diinjek-injek lagi,disemen di atasnya dijadiin trotoar dan diinjek-injek lagi. Terlalu berlebihan yah? Ya deh, cuma anak kutu yang diinjek dst….

Apakah itu cukup? Duduk di kaki gunung dan mengamati Musa yang terengah-engah memanjat gunung Sinai untuk bertemu dengan Tuhan? Paling tidak,apakah kita ga ingin melihat dan memegang ujung jubahnya Tuhan? Seandainya pun kita ga bisa memandang muka Tuhan secara langsung apakah kita paling tidak bermimpi, seperti Perseus dalam legenda Romawi, melihat sekilas pantulan wajahnya di cermin? Beranikah kita datang dan memelukNYA?

Seandainya hari ini saya meninggal,apa yang akan saya perbuat begitu sampai ke surga? Apakah saya akan berdiri ragu-ragu di depan pintu gerbang surga? Berjalan bolak balik sambil menggigiti kuku jari tanpa berani melangkah melewati pintu surga? Apakah saya akan mengintip dari balik pintu dengan takut-takut? Ketika melihat Yesus,apakah saya akan langsung berlutut dengan sangat takut? Ataukah saya akan bengong? Ataukah saya akan berlari dan langsung memelukNYA? Saya ga tahu, tapi yang saya tahu Yesus akan langsung lari ke arah kita dengan tangan terbuka sambil membawa baju dan cincin sementara panitia pesta besar turut berlari di belakangNYA.

Terkadang kita cukup puas mengamatiNYA dari jauh, terkadang kita hanya mengenalNYA sebagai Allah yang Maha Kuasa yang menentukan berkat dan hidup mati kita. Terkadang kita hanya mengenal tanganNYA dan bukan diriNYA. TanganNYA yang memberikan berkat, yang mengijinkan bencana, yang menentukan hidup dan mati kita. TanganNYA yang kita cari dan kita sembah. Saya bertanya-tanya, seandainya saya mempunyai keberanian ..bukan,bukan keberanian..lebih tepat kalau kerinduan, untuk mengangkat muka dan melihat wajahNYA, apakah yang akan saya lihat?

Sejujurnya, saya ga tahu. Saya ga mengenal Tuhan,saya cuma mengenal tanganNYA. Seperti apakah Tuhan itu? Apa yang Dia sukai? Apa yang membuatNYA tertawa? Apa yang membuatNYA sedih dan marah?Apakah Dia punya warna favorit? Apakah ada tempat di dunia atau di surga yang menjadi favoritNYA? Apakah Tuhan juga senang bermain ? Atau berolahraga? Atau bernyanyi? Apakah Yesus bermain bola di surga?
Apakah Yesus juga tersenyum ketika melihat matahari terbit?
Apakah Yesus juga merasa gemas ketika melihat anak kucing yang baru belajar berjalan dan mengejar ekor induknya?
Apakah Dia tersenyum melihat anak anjing yang mengejar buntutnya sendiri?
Apakah Yesus juga suka mendengar joke yang lucu? Sekalipun terkadang joke itu menyindir umatnya sendiri? Apakah selera humornya bagus?

Apakah aneh ketika saya menanyakan hobi Tuhan? Betul, itu memang aneh. Tapi saya mempertanyakan hal itu karena saya ga mengenalNYA. Saya ga mengerti seperti apa Yesus itu selain bahwa Dia Allah yang mengasihi kita. Tapi saya ingin mengenalnya lebih dekat lagi. Saya ingin mengenalnya bukan sebagai Allah Alam Semesta, tapi sebagai seorang Pribadi.

Saya ingin bertemu muka dengan muka denganNYA. Bukan, yang saya inginkan bukanlah sesuatu yang bersifat supranatural. Saya tidak meminta supaya malam ini Yesus muncul di kamar dan saya bisa memandang wajahNYA. Yang saya inginkan adalah berhenti memandang tanganNYA dan mengangkat muka memandang wajahNYA. Untuk mengenalNYA bukan sebagai Boss yang membagikan bonus di akhir bulan dan liburan panjang ke surga di akhir tahun. Tapi mengenalNYA sebagai seorang Pribadi.

Masih perlu waktu yang sangat lama untuk belajar memahami Tuhan, sampai dipanggil pulang pun saya yakin saya tetap ga akan mengenal Tuhan sepenuhnya. Adalah satu hal untuk mempertanyakan apakah Tuhan tertawa juga ketika mendengar joke yang bagus. Tapi hal yang sangat berbeda ketika saya berusaha memahami kenapa Tuhan mengijinkan hal buruk terjadi. Kenapa Tuhan mengijinkan anak-anak kecil dilecehkan, dijual dan dimanfaatkan habis-habisan? Kenapa Tuhan mengijinkan anak-anak di belahan dunia yang satu kelaparan sementara di belahan dunia yang lain ada anak-anak yang masuk gym dari umur 10 tahun karena obesitas? Kenapa Tuhan mengijinkan perang ? Kenapa Tuhan mengijinkan hal buruk terjadi kepada orang-orang yang mengikutiNYA?

Saya ga akan berlagak sebagai seorang bijaksana yang bisa menjawab semua pertanyaan itu.Bisa saja saya menghindar dan melupakan pertanyaan- pertanyaan ini. Kenapa tidak? Tuhan menciptakan dunia yang indah dengan binatang-binatang yang luar biasa, Tuhan memberkati hidup kita, untuk apa kita memikirkan hal-hal lain? Bukankan cukup kita tahu kalau Tuhan itu baik? Ya, tapi itu berarti saya hanya mengenal separuh dari dirinya. Bukan berarti separuh lagi dari Tuhan itu jahat, tapi kenyataanya Dia mengijinkan hal-hal itu terjadi. Tentu saja hal buruk adalah rancangan setan, tapi seperti Ayub, Tuhan mengijinkan hal itu terjadi. Menerima dan memahami hal itu bukanalah perkara yang mudah. Tapi saya ingin mengenal Dia seutuhnya.

Paling tidak, ketika saya pulang ke surga nanti, saya berharap saya ga akan bengong ketika melihat Yesus . Paling tidak, ketika Yesus berlari menghampiri saya, saya juga berlari menghampiriNYA. Apakah saya terlalu berlebihan? Apakah saya terlalu kurang ajar dengan mencoba memahami dan mengenal Tuhan sebagai Pribadi? Untuk memandang wajahNYA? Saya ga tahu, tapi saya ga punya niat hanya duduk di kaki gunung Sinai, hanya berdiri di depan bait Allah. Kenapa ?

Karena…BRRRETTTTTTTT…..tabir bait suci terbelah ketika Yesus disalib. Dan saya ingin mengintip lewat robekan itu. Mungkin yang akan saya lihat ketika mengintip adalah Allah dengan muka menyeramkan dan pedang terhunus dan dengan marah mengusir tukang ngintip ini. Tapi mungkin juga yang akan saya lihat adalah seorang pria berjenggot yang tersenyum dan dengan tangan terbuka mengundang saya masuk. I think I’ll take my chance.

Kok Adam Diciptain Duluan?

Kenapa yah Adam diciptain duluan dan Hawa diciptain belakangan? Kenapa ngga dua-duanya dibikin bersamaan? Kenapa mesti satu-satu sih? Ada ngga yang pernah mempertanyakan masalah ini? Sebenernya ini bukan masalah baru karena penciptaan Adam yang terlebih dulu ini seringkali dijadikan dasar untuk merendahkan kaum perempuan dengan alasan karena perempuan diciptakan sesudah Adam berarti perempuan lebih rendah derajatnya dan harus menurut pada kaum pria. Kalau memang ini jawabannya, itu berarti saya harus tunduk pada kaum kucing dan sapi karena mereka lebih dulu diciptakan daripada Adam.

Saya ga terlalu tertarik ngeributin apakah pria lebih tinggi derajatnya daripada perempuan karena menurut saya baik pria maupun wanita adalah pewaris Allah yang setara. Saya lebih tertarik pada kenyataan bahwa Allah tidak menciptakan pria dan wanita dalam waktu yang bersamaan. Bukan hanya mereka tidak diciptakan bersamaan tapi juga Adam sempat hidup seorang diri bersama para binatang ( Kejadian 2:19 ) sebelum akhirnya Tuhan mengambil tulang rusuknya.

Jujur aja, kalau saya baca Kejadian 2 sepertinya Allah seperti ilmuwan yang coba-coba. Bikin Adam, taro di Taman Eden dan kemudian diamati. Diambil kesimpulan kalau Adam tidak baik seorang diri dan Allah memberikan teman baginya. Allah tidak langsung memberikan Hawa tapi justru memberikan binatang hutan kepada Adam. Adam tidak menemukan teman yang sepadan baginya di antara binatang-binatang tersebut dan Allah mencoba sekali lagi. Kali ini Ia membuat seorang perempuan dari tulang rusuk Adam, dan kali ini Adam menerima.

Eureka…Allah mengusap keringat di dahinya dan gembira karena percobaanNYA akhirnya berhasil dan Adam gembira. Seperti inikah proses penciptaan manusia? Allah yang memakai jas lab putih lengkap dengan kacamata tebal dan buku notes yang mencatat setiap gerak gerik Adam?Buat saya ini perkara yang aneh karena ga mungkin Allah seperti itu. Ketika Dia membuat Adam, pastilah Dia sudah punya rencana yang jelas dan Dia juga sudah tahu masa depan manusia dan tentu saja rancangan Hawa sudah ada di pikirannya sejak awal dan bukan hasil proses coba-coba.

Tuhan tentu tahu kalau Hawa lah yang dibutuhkan Adam, tapi Adam sendiri mungkin ga tahu. Pernah nonton film Tarzan yang produksi Disney? Film lama sih dan mungkin banyak yang ga pernah nonton. Anyway, Tarzan dibesarkan di tengah keluarga kera dan walaupun tahu dirinya berbeda dari gorila tapi Tarzan belum pernah bertemu dengan manusia lain. Sampai suatu hari dia bertemu Jane dan langsung jatuh cinta dan tahu kalau yang dia inginkan adalah Jane. Akhirnya, hepi ending lah, mana mungkin Disney bikin film yang ga hepi ending ( ..ada yang tahu gimana cerita Bambi? Ga pernah nonton…katanya sedih endingnya? )

Apakah Adam kesepian? Pernahkah Adam melihat ke bintang-bintang dan bertanya-tanya kenapa begitu banyak bintang tapi hanya ada dia seorang diri? Ataukah Adam berjlan-jalan di musim gugur saat daun berjatuhan dan duduk mengamatinya seorang diri? Bukankah ada Allah di sampingnya? Masihkah Adam kesepian ketika Allah sendiri duduk di sampingnya?

Oh, saya yakin duduk bersama Allah pasti sangat menyenangkan. Mengobrol tentang berbagai macam hal dan mentertawakan anak kucing yang baru belajar berlari dan terguling-guling. Tapi Allah adalah Allah dan tetaplah Allah, sedekat apapun hubungan Allah dan Adam tetap saja Adam adalah manusia dan Allah adalah Allah. Apakah itu berarti kita ga bisa bersahabat dengan Tuhan? Apakah kita ga bisa berteman dengan papa kita? Tentu saja bisa tapi papa tetaplah papa dan bukan teman main kita yang selevel.

Ada begitu banyak binatang yang menemani Adam, apakah Adam tetap kesepian? Mungkin memang menyenangkan bermain gulat dengan panda. Empuk,berbulu dan lucu. Sayangnya Adam tidak akan pernah bisa pergi dinner dengan panda karena pasti susah kalau harus memotong bambu dengan garpu dan pisau.

Dan mungkin menarik ketika Adam mengobrol dengan burung beo yang cerewet dan bawel. Tapi bisakah Adam bercakap –cakap mengenai masalah alam semesta dengan beo?

Ketika Adam memandang ke atas, disana ada Allah yang mengasihinya. Dan ketika Adam memandang ke bawah, di sana ada binatang-binatang yang menghormatinya. Tapi ketika Adam menandang ke samping…adakah yang memegang tangannya dan berjalan di sampingnya?

Tuhan tentu tahu kalau Adam akan kesepian dan membutuhkan seseorang. Ketika Tuhan mengatakan bahwa manusia itu tidak baik seorang diri, Tuhan tidak mengatkanhya sambil terkejut dan berkeringat seolah-olah itu kejadian yang tidak terduga yang tidak ada dalam rencanaNYA. Tuhan mengatakan hal itu sama seperti seorang ayah yang melihat anaknya menggambar-gambar di kertas dan berlari-lari di taman;” Sudah waktunya dia masuk TK dan bermain dengan teman-teman yang lain”. Sang ayah tentu tahu kalau suatu saat nanti anaknya harus masuk TK, dia hanya sekedar mengkonfirmasi hal itu.

Mungkin Tuhan melihat kesepian Adam atau kebingungannya atau kesedihannya. Apapun alasannya, Tuhan tahu kalau waktunya sudah tiba dan berkata,” Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja”. Dan Tuhan menjadikan Hawa,penolong yang sepadan dengan adam, yang akan berlari bersamanya. Tidak di depannya dan tidak juga di belakangnya tapi di sampingnya.

Dan menurut saya itulah alasannya, supaya Adam tahu bahwa yang dibutuhkannya adalah penolong yang sepadan, yang tidak berada di atasnya dan di bawahnya tapi disampingnya.

Kita semua punya alasan masing-masing kenapa kita menginginkan seorang pasangan. Kebanyakan dari kita menginginkan seseorang yang menyayangi kita dan memperhatikan kita. Mungkin sebagain dari kita kehilangan kasih sayang ketika kita kecil dan sambil berjalan kita bertanya-tanya; adakah seseorang yang akan menyayangi kita? Kebanyakan dari kita berharap akan adanya seseorang penyelamat, seorang ksatria berkuda yang akan melindungi dan menyayangi kita seumur hidup. Ga aneh kalau tema cerita soap opera atau sinetron pada dasarnya adalah cerita Cinderela yang diremake berulang kali.Kita menginginkan seorang pasangan yang akan membahagiakan kita seumur hidup, yang akan selalu berjalan di depan dan menghadapi setiap rintangan dan yang perlu kita lakukan hanyalah mengikutinya. Apakah aneh kalau kemudian banyak yang kecewa dan cinderela kembali ke dapur yang gelap? Atau sebaliknya, kita menganggap pasangan kita warga kelas 2 yang posisinya berada di bawah kita dan harus selalu berjalan di belakang kita.

Apakah salah kalau kita menginginkan pasangan kita menyayangi kita? Tentu saja ngga, yang sering kita lupakan justru bahwa pasangan kita juga ingin disayangi sama seperti kita menginginkannya. Pasangan kita bukanlah tong kasih sayang yang biasa kita kuras tiap hari terus menerus. Pasangan kita bukanlah hanya sekedar dekorasi rumah untuk dipamerkan kepada para tamu.

Intinya sih yang Adam butuhkan dan yang kita butuhkan adalah seseorang yang berjalan di samping kita, bukan di depan dan di belakang.

Two Pornstar

I Got your attention? Good. Dengan judul seperti ini pasti banyak yang penasaran pengen baca. Entah karena tertarik atau mungkin ada pikirin lain, whatever..itu ga penting. Yang penting saat ini anda sedang membaca tulisan ini dan bertanya-tanya cerita tentang apa nih? Dan mungkin ada beberapa yang merasa kecewa karena sepertinya isinya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Jangan pindah channel dulu, saya memang akan bercerita tentang dua orang bintang film porno, yang satu dari Amerika dan yang satu lagi dari Jepang. Sudah mulai tertarik? Nah, sekarang lebih baik cerita yang hepi ending dulu atau yang sad ending dulu? Yang hepi ending aja dulu deh. Kenapa yang hepi ending dulu? Karena saya yang nulis. Mau protes?

Shelley Lubben. Mungkin ada yang baru dengar pertama kali dan mungkin ada yang pernah dengar. Cerita hidupnya emang luar biasa dan cukup banyak blog atau website yang menceritakan kesaksian hidupnya. Saya sendiri pertama kali mendengar namanya di salah satu forum di internet dan seminggu setelah saya membaca kesaksiannya, saya menonton kesaksiannya di acara Solusi di salah satu stasiun TV lokal di Bandung.

Dilecehkan secara seksual di umur 9 tahun, dan melarikan diri dari rumah di usia remaja, Shelley menjadi bintang film porno untuk bisa hidup. Mengalami stress,trauma dan ketergantungan pada obat-obatan dan alkohol, Shelley yang putus asa menemukan Tuhan dan bertobat. Perlu bertahun-tahun untuk memulihkan dirinya tapi kini bersama suaminya, Shelley mendirkan organisasi PinkCross yang bertujuan untuk melayani para pekerja seks dan bintang porno yang ingin melepaskan diri dari industri seks.

Terlalu pendek cerita biografinya? Jangan kuatir, cukup masukkan namanya, Shelley Lubben, ke kolom pencarian Google dan akan muncul banyak hasil pencarian. Termasuk websitenya sendiri www.shelleylubben.com dan website organisasi yang didirikannya http://www.thepinkcross.org. Ada banyak informasi mengenai kehidupan dan pelayanannya di sana.

Saya justru akan bercerita lebih banyak soal bintang film porno yang kedua yang mungkin lebih ga dikenal dan dilupakan orang. Sama sepeeti Shelley, saya secara kebetulan membaca cerita kisah hidup bintang porno yang kedua ini di salah satu forum internet, dan berbeda dengan Shelley, kisah hidupnya berakhir sad ending.

Ai Iijima, bintang film porno Jepang di tahun 90an dan menjadi bintang televisi sesudah dia keluar dari dunia film porno. Masa remajanya dilalui sama seperti remaja yang lain sampai suatu hari dia diperkosa dan hamil. Ai mengaborsi anaknya dan lari dari rumah. Berpindah-pindah pekerjaan sampai akhirnya Ai menjadi bintang film porno dan dalam sekejap langsung terkenal. Berbeda dengan bintang porno lainnya, sesudah Ai pensiun dari dunia film porno, dia menjadi salah satu bintang televisi yang terkenal. Cukup terkenal sampai dia bisa makan malam Junichiro Koizumi,walaupun saat itu Junichiro Koizumi masih seorang mentri dan belum menjadi perdana mentri.

Di umur 30-an, dia menderita masalah kesehatan dan depresi. Pada usia 36 tahun, di malam natal tanggal 24 Desember 2008, Ai Iijima ditemukan meninggal di apartemennya karena sakit. Sebenarnya, Ai sudah meninggal seminggu sebelumnya tapi mayatnya baru ditemukan seminggu sesudah dia meninggal ketika seorang temannya kebetulan datang ke apartemennya.

Saya membaca 2 berita ini dalam waktu yang berdekatan dan mau ga mau membandingkan kehidupan keduanya. Tidak banyak perbedaan pada masa muda mereka. Dilecehkan,lari dari rumah dan menjadi intang film porno untuk bertahan hidup.Dua-duanya mengalami masalah kesehatan dan depresi tapi sementara yang satu menemukan Tuhan dan hidup, yang seorang lagi meninggal sendirian dan ditemukan justru di malam natal yang menurut saya sangat ironis.

Dan saya bertanya-tanya, apa yang dipikirkan Ai Iijima sebelum dia meninggal. Apakah dia sempat mengenal Tuhan? Apakah dia meninggal dengan tenang dan tidak sendirian karena Tuhan beserta dia? Ataukah dia meninggal sendirian tanpa pernah mengenal Tuhan, bahkan mungkin membenci Tuhan karena hidupnya? Saya mencoba mencari tahu apakah mungkin Ai seorang Kristen, apakah mungkin dia sempat bertobat tapi sepertinya tidak ada artikel di Google yang menunjukkan hal itu. Teman-temannya justru mengatakan dia depresi sebelum kematiannya dan memang waktu berita kematiannya diumumkan kebanyakan menyangka dia bunuh diri sebelum hasil penyelidikan polisi menunjukkan dia meninggal karena sakit.

Mungkin aneh untuk merasa sedih untuk seorang asing yang tinggal di negeri asing yang baru saya tahu namanya hanya dari kolom gosip di forum. Tapi entah kenapa kematiannya bikin saya sedih, sedih karena jalan yang sama menuju 2 akhir yang sangat berbeda. Sedih karena dengan hidupnya seperti itu saya mengharapkan dia juga bisa mendapat akhir yang bahagia. Memang benar setiap orang memilih jalannya sendiri, tapi tidak adakah yang bisa saya lakukan untuk mengubah cerita hidupnya menjadi hepi ending?Tidak ada yang bisa dilakukan sekarang setelah orangnya meningal, berdoa sebanyak apapun tidak akan mengubah akhir cerita yang sudah terjadi. Tapi sejujurnya, saya masih berharap ketika suatu hari nanti saya pulang ke surga,saya akan menemukan dia di sana. Mungkin ada keajaiban dan mungkin pada akhir hidupnya ketika dia seorang diri, dia memutuskan untuk menerima Tuhan. Betul, saya ga mengenal Ai secara pribadi. Denger namanya aja pertama kali waktu baca berita kematiannya.Mungkin kenyataanya tidak seperti yang saya bayangkan, mungkin saja dia sudah mengenal Tuhan. Kalau memang benar sepeti itu, saya akan dengan senang hati mengaku salah karena menulis artikel yang tidak benar.

Kenapa saya menulis artikel ini? Karena saya ga ingin suaranya hilang begitu saja, saya ga ingin kisah hidupnya menghilang begitu saja dan ketika seseorang memasukkan nama Ai Iiijima di kolom pencaria Google yang muncul justru foto-fotonya sebagai bintang porno. Paling tidak, saya ingin orang membaca kisah hidupnya juga dan bukan hanya memandangi fotonya. Ga masalah sudah sedalam apa seseorang jatuh, mereka tetap membutuhkan Tuhan. Ga masalah sedalam apa mereka jatuh, Tuhan sanggup mengangkat mereka dan menjadikan mereka sesuatu yang baru dan berguna.

Mungkin ada yang berpikir kalau pendosa memang sepantasnya masuk neraka, bahwa bintang porno adalah mahluk kotor yang ga pantas dikasihani. Ketika seseorang terhilang, apakah kita harus bersorak dan betepuk tangan? Apakah kita harus bergembira dan bersyukur ketika seeorang meninggal tanpa pernah mengenal Tuhan? Kalau ada yang berpikir seperti itu, saya ga akan ribut dan berdebat, saya ga punya waktu untuk itu. Dan artikel ini bukan ditulis untuk orang suci. Artikel ini ditulis untuk Ai – Ai lain di luar sana yang putus asa dan merasa ga berharga, orang-orang yang pernah dilecehkan dan bertanya dimana Tuhan ketika hal itu terjadi. Saya ga bisa bilang saya mengetrti perasaan orang yang dilecehkan, tapi saya mengerti perasaan sendirian dan ditolak. Saya ga bisa memberi jawaban kenapa Tuhan diam ketika pelecehan itu terjadi, saya cuma tahu saya ga ingin melihat seseorang meninggal sendirian tanpa pernah mengenal Tuhan. Dan karena saya yakin Tuhan jauh lebih baik dari saya, saya yakin Dia juga tidak menginguinkan hal itu. Saya ga akan berpanjang lebar soal teori kenapa Tuhan mengijinkan penderitaan, yang saya tahu Tuhan tetap menrima siapapun yang datang, sedalam apapun dia jatuh. Artikel ini bukanlah artikel mengenai teori atau filsafat. Artikel ini hanya bercerita mengenai dua orang wanita yang berjalan di jalan yang sama tapi mengambil belokan yang berbeda di petigaan. Dan paling tidak, saya harap setiap orang yang berjalan di jalan yang sama dengan mereka dan menghadapi persimpangan yang sama, tahu kalo harapan itu ada. Dan saya berharap nama Ai Iijima tidak dilupakan begitu saja dan ada sesuatu yang bisa dipelajari dari hidupnya.