Kenapa Tuhan ijinkan penderitaan?

Mengapa Tuhan mengijinkan penderitaan? Pertanyaan paling umum yang sudah menghantui dunia mungkin sejak awal manusia jatuh dalam dosa. Kalau Tuhan itu begitu baik dan penuh kasih,kenapa Dia mengijinkan penderitaan. Ada yang berkata penderitaan muncul karena kesalahan manusia sendiri yang jatuh dalam dosa. Walaupun terdengar sebagai jawaban yang final dan secara langsung sepertinya jawaban ini menyatakan,” Jangan protes,ini salahmu sendiri. Tutup mulut dan terima saja”, tidak banyak orang yang bisa menerima jawaban ini. Adalah satu hal yang berbeda ketika seorang pembunuh kemudian menderita di penjara dengan seorang anak tak berdosa yang dibuang orangtuanya karena merupakan anak haram. Atau anak kecil yang menderita kelaparan dan kurang gizi di negara-negara dunia ketiga. Atau anak kecil yang mati karena terkena bom di daerah perang. Apa salah mereka dan dimana keadilan Tuhan? Dimana kasih Tuhan? Adilkah seorang anak yang belum tahu salah dan benar kemudian harus mati unutk dosa yang dibuat oleh nenek moyangnya, Adam dan Hawa?

Selain kekacauan yang ditimbulkan gereja selama berabad-abad,pertanyaan ini mungkin menjadi alasan yang paling utama bagi seseorang untuk membuang agama dan menjadi atheis. Kalo menurut saya,teori evolusi bukanlah penyebab kenapa seseorang menjadi atheis tapi lebih merupakan pendukung atau alasan yang dapat diterima akal sehat untuk mengatakan Allah itu tidak ada. Saya pikir kebanyakan atheis tidak mengakui Allah bukan karena alasan yang murni berdasarkan akal sehat, tapi karena mereka tidak dapat menerima Allah. Alasannya bermacam-macam, mungkin karena mereka tidak dapat membuang gaya hidup yang berlawanan dengan Allah. Seseorang tidak mungkin menjadi gay tapi tetap mengakui Allah. Hanya ada 3 pilihan, tidak mengakui adanya Allah, mengambil cerita tentang Daud dan Yonatan dan mengatakan kalau Allah merestui homosexualitas,atau berusaha lepas dari ikatan homosexual dan bergantung pada kasih karunia Allah. Lee Strobel,seorang penulis buku terkenal, memulai karirnya sebagai seorang atheis. Dia berencana menulis buku yang menunjukkan bahwa Alkitab dipenuhi kebohongan dan tidak dapat dipercaya yang justru berakibat sebaliknya,Lee menemukan Alkitab itu benar dan dapat dipercaya. Tapi walaupun akal sehat Lee tahu bahwa Tuhan itu ada dan benar,dia tetap menemui kesulitan untuk mengambil pilihan meninggalkan gaya hidupnya yang tidak sesuai Alkitab untuk mengikut Tuhan. Lee memilih mengikut Tuhan dan bukunya menjadi berkat bagi banyak orang.

Alasan lain seseorang menjadi atheis adalah karena mereka tidak dapat menerima Tuhan yang mengijinkan penderitaan. Tuhan yang mengijinkan kelaparan dan perang dan eksploitasi anak-anak, menurut mereka tidak akan pernah ada. Saya pernah membaca di satu buku yang dikarang Philip Yancey yang bercerita tentang seorang teman Billy Graham yang menjadi atheis. Orang ini memulai pelayanan pada waktu yang sama dengan Billy Graham dan sama-sama sebagai penginjil. Pelayanan keduanya tumbuh sampai pada satu titik orang ini mempertanyakan kenapa Tuhan mengijinkan penderitaan karena dia melihat foto seorang anak di Afrika yang kelaparan. Tidak bisa menerima Allah yang mengijinkan penderitaan,orang ini memilih untuk menolak Allah dan menjadi atheis. Dan memang pertanyaan ini seringkali menyandung bukan hanya orang Kristen tapi juga agama lain. Ada yang berpendapat itu karma dari hidup sebelumnya dan ada yang berkata itu akibat dosa, tapi itu sulit menjelaskan bagaimana mungkin semua penduduk suatu daerah yang terkena bencana gempa atau tsunami semuanya punya karma yang jelek atau semuanya secara bersamaan harus bayar dosa, termasuk anak-anak. Dan suka ga suka suatu saat nanti kita,orang Kristen,akan berhadapan dengan pertanyaan ini. Kalaupun tidak ditanya orang lain,cepat atau lambat kita sendiri akan sampai pada pertanyaan ini. Apa yang akan saya tulis selanjutnya mungkin bukan jawaban yang terbaik, tapi ini jawaban yang saya dapat dan buat saya ini cukup.

Suatu ketka seseorang naik Halilintar di Dufan, sesudah turun dia ditanya gimana rasanya oleh temannya yang tidak ikut naik. Dia bilang,” Ngeri tapi senang,seru banget”. Dengan jawaban seperti ini, bisakah temannya yang ga ikut naik itu ngerti gimana rsanya naek halilintar? Paling dia bingung, kok bisa senang tapi ngeri?

Lain waktu seeorang makan mie di satu restoran, sesudah makan dia ditanya oleh temannya yang ga ikut makan soal gimana rasanya. Dia bilang,” Pedes tapi enak”. Apakah dengan dia mendengar jawaban seperti itu dia bisa tahu gimana rasanya?

Pertanyaan mengenai kenapa Tuhan mengijinkan penderitaan bukan pertanyaan yang bisa ditanyakan sementara kita hidup berkecukupan dan ga kurang suatu apapun. Jawaban kenapa Tuhan mengijinkan penderitaan hanya bisa dimengerti oleh orang yang sedang dalam penderitaan atau pernah menderita. Seperti halnya ketegangan naik halilintar dan rasa mie hanya bisa dimengerti oleh mereka yang naik dan makan,arti dari penderitaan hanya bisa dimengerti oleh orang yang mengalaminya. Seseorang yang hidupnya berkecukupan dan ga pernah merasa susah ga akan pernah mengerti kenapa Tuhan ijinkan hal itu . Seperti seorang penonton yang duduk di tepi lapangan dan sibuk berteriak mengatakan pemainnya bodoh dan wasitnya ga adil, penonton ini ga akan pernah mengerti jalannya pertandingan itu sendiri kecuali dia sendiri ikut dalam pertandingan.

Nick Vujicic adalah pelayan Tuhan yang ga punya tangan dan kaki. Bagi orang lain yang melihat, mungkin ada yang berpendapat kalo Nick adalah bukti kekejaman Allah yang mengijinkan lahirnya seseorang dengan cacat tubuh. Bagi orang atheis, Nick mungkin bukti yang menambahkan bahwa Allah yang mengijinkan hal seperti ini tidak mungkin ada. Nick sendiri bergumul dengan kenyataan ini, dan meyadari di kemudian hari bahwa kekurangannya justru menjadi senjata terhebat baginya untuk menceritakan tentang Tuhan. Seperti yang dikatakannya di KKR yang saya datangi,” Kalo seseorang seperti saya saja bisa dipakai Tuhan,apalagi kalian yang normal dan punya lebih banyak hal daripaya saya”. Nick tahu arti penderitaan dan dia menemukan jawabannya. Tapi jawabannya hanya bisa dimengerti sepenuhnya oleh Nick sendiri, diterima sebagian oleh sebagian orang dan mungkin ditolak seluruhnya oleh orang – orang yang tidak bisa menerima Tuhan yang mengijinkan Nick terlahir seperti ini.

Corrie Ten Boom kehilangan seluruh keluarganya di kamp Nazi selama perang dunia 2 karena Corrie dan keluarganya menyembunyikan orang Yahudi dari kejaran tentara Nazi. Setelah bertahan hidup di tengah penderitaan dan kehilangan semua keluarganya karena perbutan baik yang mereka lakukan, Corrie tidak keluar dari kamp sebagai orang yang pahit dan menolak Tuhan. Justru sebaliknya, Corrie berkotbah keliling menceritakan kebaikan dan kebesaran Tuhan. Bagi sebagian orang, Tuhan yang mengijinkan Nazi Jerman berkuasa dan membunuh banyak orang akan tampak sebagai Tuhan yang kejam dan tidak mempedulikan umatNYA. Tapi bagi Corrie, Tuhannya adalah Tuhan yang mampu menjangkau sampai tempat yang tergelap sekalipun.

Di buku Max Lucado yang baru yang judulnya The Cure for The Common Life, di Indonesia judulnya jadi “Temukan Sweet Spot Anda”, Max bercerita tentang seorang tahanan di Cina yang ditahan karena iman Kristennya. Di penjara dia harus mengurus pekerjaan yang paling dihindari semua tahanan dan penjaga yaitu mengurus kotoran manusia untuk dijadikan pupuk. Bagi sebagian orang, cerita ini mungkin menjadi bukti Tuhan yang mempermainkan umatNYA, tapi bagi tahanan ini tempat penampungan kotoran adalah tempat yang terindah baginya. Saking bau dan kotornya, penjaga penjara pun tidak mau mendekat ke tempat ini. Dan tahanan ini bersyukur karena tempat ini satu-satunya tempat di penjara yang tidak dijaga ketat dan karenanya dia bisa berdoa dan memuji Tuhan di sana dengan bebas tanpa takut diketahui penjaga.. Tempat penampungan kotoran ini menjadi taman pribadi baginya.

Buat saya pribadi, saya ngerti gimana rasanya susah. Saya tahu gimana rasanya kelaparan. Saya tahu gimana rasanya ditolak orang lain dan saya tahu gimana rasanya hidup hanya untuk hari ini tanpa mikir esok hari, hidup tanpa tahu masa depan itu ada atau ngga.Dan saya belajar justru di masa susah itulah saya mencari Tuhan karena ga ada lagi yang bisa diandelin selain Tuhan. Kalo saya hidup dengan nyaman, mungkin saya ga akan pernah nyari Tuhan karena saya ga akan pernah merasakan kebutuhan akan Tuhan.

Tentu saja saya tahu masih banyak orang yang lebih susah dari saya dan juga mempertanyakan kenapa Tuhan mengijinkan hal itu terjadi padanya. Bahkan, terlepas dari tingkat beratnya kesusahan,semua orang cepat atau lambat akan menanyakan pertanyaan yang sama,” Kenapa Tuhan mengijinkan ini terjadi? Kenapa Tuhan mengijinkan penderitaan di dunia?”. Saya mengerti jawabannya,Nick mengerti,Corrie mengerti dan tahanan itu juga mengerti. Tapi jawabannya ga akan bisa dimengerti kecuali kita sendiri mengalami kesusahan dan dalam kesusahan itu memanggil Tuhan.

Ketika Yesus menyembuhkan seorang yang buta sejak lahirnya ( Yoh 9 ),murid-muridnya bertanya pada Yesus siapa yang berbuat dosa sehingga orang ini dilahirkan buta,apakah dirinya sendiri atau orangtuanya? Dan Yesus menjawab bukan keduanya, orang ini dilahirkan buta karena pekerjaan – pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam orang buta ini. Kenapa Nick terlahir dengan kekurangan fisik? Supaya pekerjaan Allah dinyatakan dalam dia. Dan kenapa Corrie harus masuk kamp dan kehilangan seluruh keluarganya? Supaya pekerjaan Allah dinyatakan dalam dia.

Bisakah semua menerima jawaban seperti ini? Tidak, sebagian orang akan menganggap jawaban seperti ini hanyalah penghibur belaka, suatu kebohongan yang ditiupkan gereja untuk menyenangkan hati jemaatnya. Bagi sebagian orang,jawaban ini akan terlihat sebagai kurangnya akal sehat karena sudah dicuci otak oleh agama, bahwa Tuhan hanyalah candu dan permen yang membuat orang-orang yang kesusahan tidak gila dan membuat kekacauan. Bagi saya,saya ga peduli dengan omomgan orang lain. Saya sudah ikut bertanding dan saya tahu apakah Wasitnya adil atau tidak, sekalipun penonton bilang Wasitnya tidak adil dan pemainnya bodoh, saya ga peduli.

Kalau ada yang bingung sesudah baca dari atas sampai bawah, “..Terus jawabannya apa? Kenapa Tuhan mengijinkan penderitaan?” Saya cuma bisa bilang, untuk tahu rasa ayam goreng di suatu restoran hanya bisa dimengerti kalo kita pernah makan ayam itu. Dan jawaban kenapa Tuhan mengijinkan penderitaan hanya bisa dimengerti kalau kita sendiri pernah mengalmi kesusahan dan memanggil Tuhan. Selama kita masih berdiri di luar pertandingan,kita akan sulit untuk mengerti.

Walaupun saya bisa bilang saya mengerti kenapa Tuhan mendatangkan kesusahan dalam hidup saya, itu bukan berarti saya bisa tahu alasan kenapa Tuhan mengijinkan gempa atau tsunami yang membunuh ribuan orang. Saya ga tahu kenapa Tuhan mengijinkan perang dan kelaparan membunuh jutaan orang. Tapi saya bisa menerima kalo Tuhan mengijinkan hal itu bukan karena ga ada Tuhan atau karena Tuhan kejam, tapi karena dia punya tujuan. Apa tujuan itu? Saya ngga tahu tapi kalau Tuhan punya tujuan dengan membiarkan kesusahan terjadi dalam hidup saya,saya yakin Tuhan juga punya tujuan untuk semua kesusahan di dunia.

Sebagai tambahan, Billy Graham juga menghadapi pertanyaan yang sama seperti temannya,” Kenapa Tuhan mengijinkan penderitaan?”. Tapi sementara temannya menolak Tuhan dan menjadi atheis, Billy Graham berlutut dan berdoa dan menyatakan walaupun dia tidak tahu tujuan Tuhan mengijinkan penderitaan di dunia ,tapi dia tetap menerima dan percaya pada Tuhan.

Tuhan Yang Ga Masuk Akal

Apakah Tuhan kita masuk akal? Pertanyaan seperti ini ngga pernah muncul waktu saya masih kecil dan rajin datang ke sekolah minggu. Tiap tahun saat natal anak anak sekolah minggu semuanya berlatih untuk drama natal yang menceritakan kelahiran Yesus. Seringnya saya menjadi gembala walaupun pernah juga sekali menjadi Yusuf, sepertinya itu peran tertinggi yang pernah saya capai dalam masa karir akting yang singkat di masa kanak kanak. Tapi selama saat itu saya tidak pernah berpikir kalau Tuhan iu tidak masuk akal, semuanya baik – baik aja. Ngga ada yang aneh dengan drama natal dan ngga ada yang aneh dengan cerita kelahiran Yesus.

Sesudah saya dewasa, saya mulai bertanya – tanya…”Apakah Tuhan kita masuk akal?”. Kenapa saya bertanya seperti itu? Karena paling sedikit ada 3 hal yang menurut saya tidak masuk akal dan sulit dipercaya.Apa saja? OK, kita akan teliti satu – satu untuk memastikan apakah otak saya yang salah atau Tuhan memang tidak masuk akal.

Tuhan yang mau mati buat saya. Pencipta yang mau mati buat ciptaanNYA, seorang penyayang binatang yang mengorbankan dirinya ditabrak mobil supaya hamsternya ga dilindes mobil. Seorang direktur yang merelakan perusahaannya dijual dan hartanya habis supaya para pekerjanya tidak kekurangan, seorang presiden yang bersedia dipenjara supaya seorang perampok dan pembunuh bisa kembali ke keluarganya. Semua hal di atas tidak masuk akal, mana ada orang yang bersedia mati demi hamster, bersedia bangkrut demi pegawainya dan presiden yang mau masuk penjara demi seorang kriminal? Kalau hal seperti itu saja tidak masuk akal apalagi Tuhan yang mau mati demi manusia. Kabar Baik begitu tidak masuk akal dan mustahil sampai kebanyakan orang ga percaya. “Enak amat jadi orang Kristen, bikin dosa banyak – banyak udah gitu tinggal bertobat langsung masuk surga,mana ada kaya gitu?Kalo bikin dosa ya harus ditebus dong!”….”Apa? Si kurang ajar itu mau masuk surga?Sesudah menipu banyak orang? Mana mungkin, biarpun jadi Kristen sekalipun orang seperti itu sih pasti masuk neraka !”

Komentar – komentar kaya gitu sih bukan hal yang aneh. Saya malahan denger komentar itu dari mama saya sendiri. Sulit untuk percaya ada Tuhan yang mau mati demi umatnya supaya umatnya bebas dari dosa dan bisa masuk surga. Bayangan Tuhan bagi kebayakan orang berupa sosok raksasa di awan awan yang melemparkan petir saat kita berbuat salah dan memberikan emas jika kita berbuat baik. Mungkin untuk orang – orang yang baik Tuhan memang mau berkorban, tapi demi orang – orang jahat?Tidak masuk akal.

Saya pernah membaca di Reader Digest mengenai kejahatan seksual terhadap anak – anak. Salah seorang pelaku yang tertangkap memasukkan seorang anak perempuan berumur 3 tahun ke dalam kandang anjing tanpa pakaian. Pelaku memfilmkan anak kecil telanjang yang ketakutan dan meringkuk di dalam kandang kemudian menjual filmnya di internet kepada kalangan phedopil ( orang – orang yang mempunyai kelainan seksual menyukai anak – anak di bawah umur). Saya hampir tidak bisa membaca sampai selesai karena marah dan berkata kepada Tuhan,” Tuhan, sampah macam gini ga mungkin saya ampuni. Kalo saya ketemu orang kaya gini pasti saya pukulin abis – abisan.” Mana mungkin Tuhan mengampuni sampah kaya gini ?

Saya juga menonton film “Hotel Rwanda” yang menceritakan pembantaian ratusan ribu suku Tutsi oleh suku Hutu di Afrika. Dengan membawa parang, suku Hutu turun ke jalan dan membantai setiap orang suku Tutsi yang mereka temui. Begitu banyak orang yang dibantai memenuhi jalan – jalan raya sampai mobil yang dikemudikan tokoh utama film tersebut harus melindas mayat – mayat yang tergeletak di jalan raya supaya bisa terus maju. Film ini diangkat dari kisah nyata dan pembantaian itu benar – benar terjadi. Sekali lagi saya bertanya pada Tuhan, “ Kau mengampuni mereka? Beneran? Ga bohong?”

Kenyataannya Tuhan memang mengampuni mereka, hanya saja apakah orang – orang itu mau menerima pengampunan itu atau tidak terserah mereka. Kenapa saya tahu kalau Tuhan masih mengampuni mereka dan masih masih memberi mereka kesempatan? Karena mereka msih bernafas! Kalau Tuhan berpendapat mereka tidak layak diampuni dan memutuskan untuk meninggalkan mereka maka mereka pasti sudah mati. Selama seseorang masih hidup itu berarti selalu masih ada kesempatan yang terbuka bagi orang itu untuk bertobat sejahat apapun orang itu.

Matius 5:45 …yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Tuhan tidak memperlakukan orang jahat dengan cara yang berbeda. Tuhan tidak membuat matahari bersinar dan cuaca cerah di sekeliling orang benar dan langit mendung disertai hujan dan kilat menyambar di sekitar orang jahat. Bagi Tuhan semua orang, benar atau tidak benar, layak menerima pengorbananNYA.

Dalam otak saya, cukup masuk akal kalo Tuhan mau mati demi orang benar tapi sangat tidak masuk akal kalo Tuhan mau mati buat orang jahat. Tapi poin inilah yang menjadikan pesan Kristus berbeda dari agama lainnya. Tindakan Tuhan yang tidak masuk akal inilah yang membuat pesan Kristus menjadi suatu hal yang aneh, berbeda dan luar biasa. Semua agama lain menawarkan Hukum; taati semua hukum maka tuhan akan menerima kamu. Yesus menawarkan Kasih; Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu ( Matius 11:28). Percaya saja, ga usah susah payah, Aku akan menerimamu. Pernyataan yang luar biasa sulit dipercaya sampai – sampai di kalangan orang Kristen sendiri pun masih bayak yang berusaha mencari huruf – huruf kecil tersembunyi tak terlihat dari pernyataan ini yang meminta manusia supaya menaati sejumlah peraturan dan menjalankan sejumlah pelayanan supaya Tuhan berkenan padanya. Pesan Tuhan sangat jelas, “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan ( Markus 16:16)”, tidak ada embel – embel yang lain.. Hanya dengan percaya bahwa Tuhan mati bagi kita!

Saya pernah membaca berita beberapa waktu yang lalu mengenai keluarga yang terperangkap di rumah yang terbakar. Sang ibu memeluk anaknya untuk melindungi anak itu dari api selama mungkin. Saya juga pernah membaca di satu buku tentang seorang ibu dan anaknya yang terperangkap di dalam gedung yang runtuh karena gempa. Selama berhari – hari mereka terkubur di sana, sang ibu mengiris jarinya sendiri dan memberikan darahnya untuk anaknya yang masih kecil supaya bisa bertahan hidup dengan risiko dirinya sendiri semakin lemah dan bisa meninggal. Saya juga ingat kepada orangtua yang mempunyai anak gay yang ditolak masyarakat tapi tetap membela dan menyayangi anaknya.

Kalo saya memikirkan hal – hal di atas sepertinya tindakan Tuhan menjadi masuk akal. Saya yakin, Tuhan mempunyai moral dan kasih yang ratusan juta milyar kali lipat lebih hebat dari ibu – ibu di atas. Kalo kita yang jahat aja tahu apa yang baik buat anak – anak kita apalagi Tuhan. Tuhan pastilah tidak lebih bodoh dan jahat daripada kita. Kalo kita bisa mengasihi , Tuhan pasti bisa mengasihi milyaran kali lebih baik dari kita. Kalo karena kasih kita bisa berkorban demi anak – anak kita, Tuhan juga pasti bisa. Kalo kita bisa mati demi orang yang kita kasihi apalagi Tuhan. Cari seseorang di muka bumi ini dengan moral terbaik dan kasih terhebat, kalikan sejuta milyar kali dan kita dapatkan kurang dari 1%-nya Tuhan.

Sebagian orang mungkin bilang kalo kita hanya ciptaan Tuhan dan bukan anakNYA yang berarti Tuhan ga perlu mati buat mahluk rendahan seperti manusia. Well..saya sih ga percaya kalo Tuhan itu mirip ilmuwan sinting yang menciptakan manusia hanya karena iseng atau Tuhan itu seperti dewa jaman Yunani yang karena ga ada kerjaan terus ngurusin manusia supaya ga bosen. Seperti orangtua yang menantikan kelahiran anaknya selama 9 bulan, seperti itulah perasaan Tuhan sewaktu menciptakan manusia.

Hal kedua yang membuat saya lebih heran adalah kenyataan bahwa Tuhan mempercayai kita. Setelah Tuhan menerima kita ,Dia tidak meminta kita menyingkir ke belakangnya tapi justru menawarkan kita untuk menjadi wakilNYA di bumi dan mengurus pekerjaanNYA yang belum selesai di bumi.

Seorang pemilik modal ingin membangun sebuah perusahaan yang besar, untuk itu ia mulai mencari orang – orang yang bisa dipercaya untuk membangun dan mengelola perusahaan yang baru ini. Kalau menurut logika, seharusnya dia mencari orang – orang yang berpendidikan, berpengalaman ,berhasil dalam hidupnya dan tentu saja tidak menerima orang – orang yang gagal untuk menjadi pekerjanya. Mana ada orang pintar yang akan memilih orang – orang gagal untuk menjadi pekerjanya, kalaupun ada pastilah dia orang yang bodoh. Anehnya, pemilik modal ini tidak hanya menerima orang – orang pintar untuk menjadi pekerjanya tapi juga orang – orang yang gagal, bahkan sepertinya lebih banyak orang gagal yang menjadi pekerjanya daripada yang berhasil. Yang lebih aneh lagi pemilik modal ini ternyata Tuhan yang ingin membangun gerejaNYA di bumi.

Abraham adalah seorang pembohong yang rela mengorbankan istrinya sendiri untuk menyelamatkan nyawanya, Yakub adalah seorang penipu yang mencurangi ayah dan kakaknya, Yehuda menjual adiknya sendiri dan tidur dengan menantunya sendiri, Daud membunuh jendralnya dengan tipu daya dan merebut istrinya, Salomo dengan segala kebijaksanaannya yang luar biasa tapi tunduk di bawah kerlingan mata wanita, Musa dengan temperamennya yang meledak – ledak, Samson yang begitu perkasa tapi juga begitu buta bahkan sebelum dia dibutakan orang Filistin karena tidak bisa melihat niat Delilah yang sebenarnya.

Ketika Yesus memulai pelayananNYA di bumi, murid murid yang dipilihNYA pun aneh – aneh yang terdiri dari nelayan yang tak berpendidikan dan pemungut cukai. Misionaris pertamanya yang lari ke dalam kota memberitakan Yesus adalah perempuan Samaria yang kawin cerai 5 kali. Rasul yang diutusnya kepada bangsa – bangsa lain adalah mantan pembunuh dan murid yang menjadi dasar gerejaNYA justru seorang pengecut yang menyangkalnya 3 kali.

Augustine mempunyai orangtua yang unik, ayahnya seorang pagan penyembah dewa – dewi Romawi dan ibunya seorang Kristen. Semasa mudanya Augustine mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang pengikut paganisme dan menjalani masa muda yang tidak bermoral. Pada usia 18 tahun, Augustine sudah mempunyai seorang anak di luar nikah. Ibu Augustine mendoakannya terus menerus selama 32 tahun sampai akhirnya Augustine bertobat. Augustine menjadi salah seorang bapa gereja mula – mula yang sangat berpengaruh, tulisan –tulisannya berabad – abad kemudian mempengaruhi seorang biarawan muda bernama Martin Luther yang kemudian mereformasi gereja( buku Augustine yang palin terkenal, “Confessions”, bisa didownload secara gratis di Project Gutenberg, www.gutenberg.net).

Sepertinya, kebanyakan orang – orang yang Tuhan percayai untuk menjalankan tugas – tugas paling besar justru orang –orang yang paling gagal. Saya selalu heran kenapa Tuhan mau mempercayai orang –orang seperti kita yang punya banyak kelemahan dan kegagalan. Tuhan pasti tahu bahwa banyak dari kita akan jatuh, berkhianat dan meninggalkan Dia. Beberapa orang bukannya mengangkat namaNYA di bumi tapi justru mempermalukanNYA. Tuhan pasti tahu bahwa kebanyakan dari kita akan melalaikan tugas yang Dia percayakan kepada kita dan menganggap Dia seperti jin botol yang dengan beberapa kali melipat tangan dan beberapa patah kata yang diucapkan dengan memejamkan mata akan membuat Dia mengabulkan segala keinginan kita. Tuhan pasti tahu semua itu! Walaupun demikian Dia tetap mempercayai kita untuk pergi dan menjadikan semua bangsa muridNYA ( Matius 28:19). Sampai saat ini kita belum pernah melihat Tuhan yang frustasi karena melihat kepercayaanNYA disia-siakan. Kita juga ngga pernah melihat Tuhan mengirim pasukan malaikat untuk mengambil alih semua bentuk pelayanan di muka bumi dan menyuruh kita ke pinggir untuk menjadi penonton.Dengan segala kelemahan kita, Dia tetap memutuskan untuk mempercayai kita.

Beberapa waktu yang lalu saya ikut seminar Nick, seorang hamba Tuhan yang tidak mempunyai tangan dan kaki tapi melayani Tuhan dengan luar biasa. Saat itu saya membayangkan orangtua Nick yang harus menerima kenyataan bahwa Nick lahir dengan kelemahan fisik tapi tetap membesarkan Nick dan mempercayai bahwa suatu hari nanti Nick akan dipakai Tuhan. Saat itu saya berpikir, kalau orangtua Nick saja bisa mempercayai Nick, kenapa Tuhan ngga bisa mempercayai anak – anakNYA sendiri. Dia kan pasti jutaan kali lebih baik dari orangtuanya Nick. Ketika saya melihat Tuhan sebagai seorang pemilik modal yang ingin membangun perusahaan maka segala tindakanNYA yang memilih orang – orang gagal sebagai pekerjaNYA tampak tidak masuk akal. Tapi ketika saya memikirkan orangtua Nick, tindakanNYA menjadi masuk akal.

Hal yang paling sulit saya percayai bahkan sampai saat ini adalah Tuhan yang menginginkan kita bahagia. Bapa yang merencanakan segala sesuatu yang terbaik bagi masa depan kita, yang menyiapkan rancangan damai sejahtera bagi masa depan kita dan Bapa yang dengan asyik menyiapkan surga untuk mejadi tempat kita berjalan bersama – sama dia suatu saat nanti. Bagi si anak hilang, bapanya tidak hanya menyambutnya di depan pintu, mengadakan pesta, tapi juga menyiapkan masa depan yang indah untuknya.

Kalau ada hari libur saya suka sekali pergi ke salah satu mall di Bandung yang masih menyediakan lahan untuk taman dengan pohon – pohon besar. Pagi – pagi saya pergi kesana, beli cemilan dan minuman di supermarket kemudian duduk di bangku di bawah pohon. Saat – saat seperti itu saya bisa merasakan sekilas bahwa Tuhan ingin membahagiakan kita. Tidak ada yang kebetulan di muka bumi ini, segala sesuatu terjadi untuk mendatangkan kebaikan bagi orang – orang yang mengasihiNYA. Saya garis bawahi segala sesuatu karena itu berarti semuanya yang terjadi dalam hidup kita, Tuhan juga turut bekerja di sana.

Saat saya duduk di bangku, terkadang ada angin bertiup dan daun – daun bergoyang. Terkadang ada kadal yang melintas dan ada burung yang terbang lewat sambil ngomel dengan cerewet. Karena Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu, itu berarti Tuhanlah yang membuat angin bertiup, Tuhan yang menggoyangkan daun, Tuhan yang menyenggol si kadal supaya lari di depan saya dan Tuhan yang membuat burung tadi berbelok supaya terbang di depan saya. Pada saat yang sekilas itu saya merasa Tuhan sedang menyiapkan pertunjukan yang spesial dimana dia sendiri yang menjadi konduktornya di depan saya. Dalam masa yang sekilas ini saya bisa mengerti bahwa Tuhan sangat mengasihi kita sampe – sampe Dia mau repot – repot menyenggol kadal dan burung untuk menunjukkan bahwa Dia peduli dan sedang tersenyum kepada kita.

Baru – baru ini saya menonton film mengenai alam berjudul “Deep Blue” yang memfilmkan kehidupan hewan – hewan di laut. Saat itu saya bertanya – tanya apakah Tuhan sedang asyik mendandani bumi kita untuk menunjukkan bahwa Dia peduli? Ketika saya melihat berbagai macam ikan dan terumbu karang dengan warna – warna yang ajaib, saya berpikir ngapain Tuhan repot – repot merancang semua ini. Ketika saya melihat mahluk-mahluk di laut paling dalam muka bumi dengan bentuknya yang aneh – aneh dan ajaib saya lebih heran lagi. Mahluk – mahluk ini baru bisa dilihat manusia di abad ke 20 setelah kita mempunyai teknologi yang cukup maju untuk bisa menyelam ke laut dalam, walaupun begitu tetap saja Tuhan buat mahluk – mahluk ini sejak berabad - abad yang lalu. Kalau bumi kita ini hanya tempat pelatihan dan kita hanya sementara di sini, karena rumah kita yang sebenarnya di surga , kenapa Tuhan mesti repot-repot memperindah dunia ini. Kenapa tidak Dia bikin saja dunia ini dalam 2 warna,hitam dan putih saja, semua jenis ikan bentuknya sama dan semua mahluk di darat bentuknya juga sama? Bukankah itu lebih mudah? Ataukah jangan – jangan Tuhan seperti orangtua yang keranjingan mengecat dan menggambar sendiri kamar anaknya, membelikan berbagai boneka untuk menyenangkan anaknya dan selalu meluangkan waktu untuk bermain dengan anaknya dalam keadaan sesibuk apapun? Apakah Dia tidak bisa menahan diri untuk membahagiakan anak - anakNYA sehingga sekalipun Dia sudah menyiapkan surga, Dia tetap tidak bisa menahan diriNYA untuk memperindah bumi kita yang cuma sementara ini?

Sadhu Sundar Singh, seorang rasul Tuhan di India berkata,” Ada 2 buku yang layak dipelajari. Yang pertama Alkitab dan yang kedua Alam.” Beberapa orang menganggap alam ini terbentuk karena tidak sengaja dan bukan karena Tuhan. Mereka berpendapat alam ini terbentuk karena proses alami dan evolusi yang terus menerus. Bagi saya lebih sulit untuk mempercayai segala keindahan yang saya lihat, kucing manja dan hamster lucu, semuanya hanya karena proses kebetulan. Mempercayai dunia kita terjadi hanya karena proses kebetulan sama sulitnya dengan mempercayai ada angin ribut yang bertiup di pembuangan sampah dan sesudah angin ribut itu lewat ternyata sampah – sampah “secara kebetulan” menjadi pesawat jumbo jet yang bersih mengkilat. Bagi saya, lebih mudah untuk mempercayai bahwa alam bukannya tidak sengaja terjadi melainkan diciptakan Tuhan untuk menunjukkan kemuliaan dan kepedulianNYA kepada kita.

Tentu saja alam tidak selamanya ramah, bencana tsunami yang terjadi 2 kali baru baru ini menunjukkan itu. Apakah itu berarti Tuhan tidak menginginkan kita bahagia? Kalau dia menginginkan kita bahagia kenapa Dia mengijinkan tsunami yang menghancurkan dan membunuh banyak orang?

Saya pernah mengenal sepasang orangtua yang menolak untuk memarahi anaknya dengan alasan takut membuat anaknya sedih. Apapun kenakalan yang anak ini lakukan, mereka ngga pernah menegur anak ini. Apa yang terjadi? Anak ini tumbuh menjadi anak yang berandalan, ngga mau denger omongan orang lain dan bertindak semaunya sendiri. Apakah hal ini berarti mereka orangtua yang baik yang ingin membahagiakan anaknya? Mereka justru merusak masa depan anaknya sendiri!

Tuhan kita bukan orangtua gampangan kaya gini. Dia tahu, untuk menyiapkan masa depan yang baik untuk anakNYA terkadang dia juga harus menegur dengan keras. Saya belum pernah mengalami tsunami, karena itu saya ngga bisa berlagak mengerti apa tujuan Tuhan dalam mengijinkan peristiwa ini terjadi. Yang saya tahu, kehidupan saya pun tidak selamanya indah, ada juga masa masa susah dan sedih. Yang saya tahu, masa – masa itu mengajarkan banyak hal dan membuat saya menjadi lebih kuat.

Alam bukanlah sesuatu yang harus kita takuti ataupun harus kita sembah. Sama seperti Alkitab, alam menceritakan kemuliaan Tuhan. Dan saat saya melihat alam saya melihat Tuhan yang dengan asyik menggambar kamar tidur anak – anakNYA. Ketika saya duduk di bangku di bawah pohon, saya melihat Tuhan yang sebelah tanganNYA mengurusi peroalan dunia dan sebelah tanganNYA menggoyang daun, menyentil kadal dan burung sambil tersenyum. Saya kira Tuhan menikmati saat – saat itu sama seperti saya juga menikmatinya.

Tentu saja masih banyak hal – hal lain yang tidak masuk akal mengenai Tuhan. Tapi saat ini, ketiga hal inilah yang paling membuat saya heran. Pada akhirnya saya mengerti kenapa Tuhan tampak tidak masuk akal. Ketika saya memandang Tuhan hanya sebagai Tuhan yang bertahta di awan – awan maka semuanya itu memang tampak tidak masuk akal. Tapi ketika saya melihat Dia sebagai seorang Bapa yang merindukan anak – anakNYA maka semuanya tampak masuk akal.

Beberapa tahun yang lalu ada film berjudul “ Finding Nemo” yang menceritakan kisah yang terjadi di laut. Kita bisa saja menonton film ini seperti kita menonton film ilmu pengetahuan, dengan notes d tangan kiri dan pulpen di tangan kanan, siap mencatat setiap spesies laut yang muncul di film ini. Kita juga bisa saja menganggap film ini sebagai sumber pembelajaran moral dan etika, ingat hiu – hiu yang bertekad menjadi hiu yang penuh kasih dengan cara menjadi vegetarian? Tapi jika kita melakukan hal itu kita mungkin akan melewatkan cerita utama film ini, yaitu mengenai seorang ayah yang kehilangan anaknya dan melakukan segala cara termasuk menyebrangi lautan dan mempertaruhkan nyawanya untuk bisa bertemu kembali dengan anaknya.

Kita bisa menggunakan Alkitab sebagai bahan pembelajaran teologis, referensi etika, kitab sejarah ataupun kitab perilaku dan sopan santun tapi pada dasarnya bukankah Alkitab menceritakan seorang Bapa yang kehilangan anak – anakNYA dan begitu rindu untuk berkumpul kembali dengan anak – anakNYA sampai – sampai Dia bersedia mengorbankan diriNYA?
Sebagai Allah dia tidak masuk akal, tapi sebagai Bapa dia sangat luar biasa.

Tuhan Yang Berjerawat

Terkadang sulit buat kita untuk mendekat kepada Yesus karena kita terlanjur menganggap dia sebagai Tuhan yang jauh berada di surga. Terkadang kita merindukan Tuhan yang bisa merasakan apa yang kita rasakan, ikut menangis ketika kita menangis dan tertawa saat kita tertawa. Kita merindukan Tuhan yang bagaikan seorang teman di ujung jalan yang setiap saat bisa kita temui dan berbicara layaknya sebagai seorang teman.

Entah darimana kita mendapat gambaran sepertinya Tuhan itu seseorang yang bertahta di surga dan memerintah manusia tanpa bisa didekati. Entah darimana kita mendapat gambaran bahwa ketika Yesus berada di bumi ia mengenakan lingkaran putih di kepala dengan muka bercahaya dan malaikat-malaikat berjalan di sekelilingnya. Kita melupakan bahwa Yesus lahir kedunia ini bukan hanya sebagai Tuhan dan Juruselamat tetapi juga sebagai manusia sejati yang bisa merasakan berbagai macam emosi sedih, marah dan kecewa seperti halnya manusia normal.

Dalam salah satu bukunya Max Lucado bercerita bahwa seorang ibu datang kepadanya sambil marah-marah karena dalam salah satu bukunya ia bercerita bahwa Yesus itu berjerawat. Ibu itu bilang bahwa Tuhannya tidak mungkin berjerawat. Mengherankan sekali! Bukankah jerawat itu sesuatu hal yang alami buat seorang remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan? Jadi wajar saja kalau Yesus itu berjerawat,kan?
Kita mungkin menanggapi kemarahan ibu itu sebagai suatu hal yang konyol tapi diasadari atau tidak kita semua cenderung mengingat keTuhanan Yesus dan melupakan kemanusiaannya.

Tidak percaya? Kalau begitu coba hitung berapa kali kita menyebut Yesus dengan tambahan Tuhan di depan namanya menjadi Tuhan Yeus daripada hanya Yesus saja dalam setiap doa atau cerita kita kepada orang lain. Dan kalau soal jerawat itu terlalu biasa, coba bayangkan Yesus yang pergi ke WC.

Opps..jangan mengangap penulis artikel ini sebagai orang sinting yang menghina Tuhan. Saya hanya mencoba membayangkan Yesus sebagai manusia normal saat hidup di dunia ini dan bukannya sebagai suatu kuasa suci dengan lingkaran suci dan malaikat –malaikat pengikutnya.

Saya percaya bahwa ketika Yesus masih hidup di dunia ini, sebagai manusia ia juga pasti mengalami hal hal yang sama dengan manusia lainnya. Yesus pasti pernah lelah, berkeringat dan berbau sehabis bekerja, makan minum dan pergi ke WC seperti layaknya metabolisme manusia normal. Ataukah kebanyakan dari kita berpikir bahwa Yesus tidak pernah berjerawat dan mukanya selalu bersih dan halus sepanjang waktu? Ketika Yesus bekerja ia tidak pernah merasa lelah dan sehabis bekerja ia tidak pernah berkeringat dan tubuhnya memancarkan bau bunga-bunga surgawi? Sesudah Yesus makan dan minum maka segala sisa pencernaannya tidak pernah dikeluarkan melainkan raib secara mukzijat surgawi dan karenanya Yesus tidak pernah ke WC?

Kalau hal seprti di atas betul –betul terjadi pastilah Yesus sudah menjadi manusia aneh yang kalau tidak disanjung sebagai dewa maka pastilah dimasukkan kurungan sebagai pertunjukan orang aneh. Alkitab tidak pernah mencatat bahwa Yesus diperlakukan berbeda oleh orang-orang di sekelilingnya sebelum ia memulai pelayanannya. Ketika Yesus memulai pelayanannya ia bahkan diremehkan sebagai anak tukang kayu yang berarti Yesus dikenal di kotanya sebagai seorang anak tukang kayu dan bukan sebagai seorang sakti yang tidak pernah berkeringat dan tidak pernah ke WC atau dikenal sebagai seorang suci dengan lingkaran putih di kepala dan malaikat malaikat yang menunduk-nunduk di belakangnya.

Sungguh melegakan buat saya ketika menyadari bahwa Yesus pun pernah menjadi manusia normal. Ketika saya membayangkan masa kecil Yesus saya tidak membayangkannya sebagai anak kecil pemurung yang mengurung diri sepanjang hari untuk belajar kitab Taurat atau jika ia keluar rumah maka ia akan selalu memperingatkan orang-orang di sekitarnya akan dosa mereka dan bahwa neraka membuka mulutnya untuk menelan mereka. Saya membayangkan bahwa ketika masih kecil Yesus pastilah anak yang menyenangkan dan bukan anak aneh pemurung di atas.

Seperti halnya anak lain Yesus pasti bermain bola, main kejar-kejaran dan tertawa-tawa bersama teman-temannya walaupun saya percaya Yesus pasti tidak akan mencuri buah kurma tetangganya seperti yang biasanya dilakukan anak-anak sebayanya. Kalaupun ada yang tidak biasa dari Yesus mungkin kegemarannya membaca kitab taurat di waktu luangnya yang membuatnya mengherankan para pemimpin agama Yahudi di Yerusalem saat Yesus tertinggal oleh orangtuanya waktu mereka sekeluarga mengunjungi Yerusalem dan sifat-sifatnya yang baik dan menyenangkan. Melegakan juga mengetahui bahwa Maria tidak memperlakukan Yesus sebagai raja kecil walaupun ia tahu kebenarannya karena kalau Maria memeperlakukan Yesus secara istimewa, mana mungkin Yesus bisa tertinggal di Yerusalem sepeti Macaulay Culkin di Home Alone?

Ketika Yesus beranjak dewasa Yesus pasti dikenal sebagai seorang tukang kayu yang hebat karena setiap perabot yang dibuatnya dibuat dengan sepenuh hati sampai ke hal-hal yang paling detil. Mengingat wajahnya yang tampan, hatinya yang baik dan pekerja keras bukannya tidak mungkin gadis-gadis di dekat rumahnya mulai melirik Yesus, beberapa mungkin malah sudah jatuh hati pada Yesus. Bagaimanapun pria paling sejati dan sempurna di dunia ini hanyalah Yesus yang pasti membuatnya populer sebagai Mr.Right.

Ahh..saya mulai merasa ada beberapa dahi yang mulai berkerut dan mulut yang mulai mencibir dan perasaan bahwa penulis artikel ini semakin tidak menghormati Yesus.

Apakah lebih melegakan bagi kita semua jika saya menyatakan bahwa Yesus dewasa
terkenal sebagai orang yang dingin kepada wanita, tidak mau tersenyum kepada mereka dan menjauhi mereka seolah-olah kaum wanita adalah sumber dosa? Atau bahwa Yesus selalu membaca kitab Taurat sepanjang hari, tidak pernah keluar rumah dan bersosialisasi dengan sekitarnya? Apakah kita akan merasa nyaman bertetangga dengan orang semacam ini?

Jadi sebelum anda memboikot posting ini dan menuntut penulisnya digantung coba lakukan hal berikut; tarik nafas dalam-dalam, berhenti mengerutkan dahi dan pikirkan apakah Tuhan yesus itu orang menyebalkan yang tidak mau bersosialiosasi ataukah seorang menyenangkan yang mudah bergaul dan jika anda tetap berpikir bahwa posting ini harus ditutup…well, langsung saja hubungi admin.
Sebagai seorang mausia, Yesus pernah merasakan kekecewaan karena ditolak oleh saudara-saudaranya sendiri dan dianggap sebagai orang gila, kemarahan yang diluapkannya saat melihat pedagang-pedagang di bait suci, ketidaksabaran karena ketidakpercayaan murid-muridnya , dan kesedihan karena pengkhianatan dan penyangkalan murid-muridnya. Sebagai seorang manusia Yesus juga merasakan senangnya bermain dengan teman sebayanya, kegembiraan dan kelelahan saat membantu ayahnya di bengkel.

Di atas semua itu hal yang paling melegakan adalah karena Yesus juga menyerukan hal yang sama saat di kayu salib yang juga diserukan oleh berbagai generasi manusia sebelum dan sesudahnya; “Bapaku..Bapaku mengapa kautinggalkan aku….”
Yesus adalah Tuhan…hal ini tidak diragukan lagi. Tapi kita juga harus mengingat bahwa dalam segala kegembiraan dan kesusahannya Yesus menanggungnya sebagai seorang manusia. Jika suatu hari nanti kita mengalami kesusahan dan berkata bahwa Yesus tidak memahami perasaaan kita…percayalah, Ia tahu. Ia pernah menjadi manusia dan tahu bahwa untuk menjadi manusia di dunia yang tidak sempurna ini tidak mudah.
“Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”

Lain kali kita melupakan bahwa Yesus itu juga manusia, ingatlah bahwa Yesus juga pernah berjerawat.

Menjual Tuhan

Setiap dari kita adalah salesman - saleswoman-nya Tuhan yang berjalan keliling setiap hari menawarkan kasih Yesus kepada setiap orang yang membutuhkan. Terkadang ada orang yang " membeli" dagangan kita, ada pula yang menolak dan ada pula yang merendahkan dagangan kita. Tidak jarang bahkan ada orang yang marah dan mengepalkan tinju untuk mengusir kita dari halaman rumahnya. Tidakkah kita ingin menjadi salesman yang berhasil dan mendapat gelar " Salesman Of The Year " oleh Boss kita ? Belajarlah dari penjual - penjual lain di dunia.

Penjual yang baik mengutamakan kepuasan konsumen lebih daripada keuntungan pribadi.Anita Roddick, pendiri The Body Shop, memulai usahanya dengan tujuan memproduksi kosmetik murah, aman bagi tubuh, terjangkau banyak orang dan tidak merusak lingkungan. Bisnis yang dibangunnya sampai sekarang pun masih aktif mengkampanyekan daur ulang dan lingkungan yang sehat. Salesman Tuhan tidak melihat berkat dan upah yang dijanjikan tetapi melihat kebahagiaan orang-orang yang menerima Yesus.

Seorang penjual mewakili produk dan perusahaan yang dijualnya. Tidak akan ada seorangpun yang mau membeli minyak wangi dari salesman yang bau badan.Apakah anda,para ibu rumah tangga, akan membeli sabun pencuci dari penjual yang memakai kemeja luntur dan berbercak noda ? Perusahaan - perusahaan fast food besar menyadari hal itu dan menerapkannya dalam pelayanan mereka. Bukankah sangat menyenangkan membeli burger atau pizza dengan dilayani pegawai yang rapi dan selalu tersenyum, bahkan saat mereka sedang sibuk ?

Jika kita menjual produk kasih karunia, jangan kepalkan tinju dan menolak memberi maaf. Tunjukkanlah juga kasih karunia.

Jika kita menjual iman, janganlah menjadi orang seperti Abracacourcix dalam komik Asterix yang selalu takut langit jatuh di atas kepalanya.

Jika kita menjual produk bermerek Yesus, pakailah produk itu setiap hari. Jangan hari Minggu memakai produk Yesus tetapi Senin sampai Sabtu memakai produk Devil.

Penjual yang baik menjamin service yang berkelanjutan sesudah barang dibeli.Produk motor yang kita beli selalu disertai layanan garansi, service dan layanan jual kembali dengan harga tinggi. Belum lagi bonus - bonus seperti oli gratis, helm, jaket bahkan terkadang TV.

Jika barang dagangan kita dibeli, ajarilah konsumen tersebut bagaimana mempergunakan barang tersebut dengan baik. Sediakan layanan telepon jika sewaktu-waktu terjadi masalah atau jika ada hal yang ingin ditanyakan. Jika konsumen kita belum mempunyai " bengkel", bawa dia ke bengkel setiap Minggu. Jaga supaya konsumen kita tidak beralih ke lain produk, tetapi tetap setia kepada produk yang sudah dibelinya.

Penjual yang baik tidak berbohong mengenai barang dagangannya. Penjual yang baik dengan jujur mengatakan " efek samping" produknya selain kegunaan produknya. Setiap perusahaan farmasi tahu pentingnya memberitahukan efek samping obat-obatan yang diproduksinya. Mereka tidak ingin pembeli merasa tertipu dan kecewa setelah mencoba produk mereka.

Berkat memang menarik untuk dibicarakan dan tidak membuat orang takut, tetapi dalam jangka panjang akan membuat orang mengikuti Yesus hanya untuk berkatnya. Mengikut Tuhan tidak hanya berarti masa-masa gembira tetapi juga masa-masa sedih,frustasi dan terkadang kemarahan. Daud adalah seorang penjual yang sangat jujur dalam hal ini, kitab Mazmur tidak hanya berisi puji-pujian syukurnya kepada Tuhan tetapi juga ungkapan kesedihan,frustasi dan kemarahannya. Jujurlah kepada pelanggan kita dan bagikan pengalaman kita selama memakai produk Yesus , jangan tahan dan jangan malu.Jadilah salesman yang baik dan pada waktu pensiun nanti kita akan mendengar Tuhan berkata “Hai salesmanKU yang baik, masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan TUANMU”.Amin.

Menunggu Kaktus Terbakar

Gimana ya perasaan Musa waktu dia pergi dari Mesir sesudah membunuh? Musa waktu itu adalah orang muda yang penuh semangat dan ingin membela bangsanya,karena itulah ia membunuh orang mesir yang menyiksa teman sebangsanya. Terkadang saya bertanya-tanya apakah Musa merasa dirinya spesial dan punya panggilan yang khusus dari Tuhan? Bagaimanapun dia satu-satunya anak dari bangsanya yang berkesempatan mendapat pendidikan termodern di masa itu,bahkan bukan hanya sebagai rakyat biasa ataupun bangsawan biasa melainkan sebagai salah satu dari keluarga Firaun.Apakah Musa merasa dirinya punya takdir besar yang Tuhan rencanakan? Ketika Musa kabur dari Mesir dan berjalan keluar dari gerbang kota Mesir,apa yang dia pikirkan? Apakah seperti Terminator,Musa akan berkata “I’ll be back” dengan penuh percaya diri?

Saya ga tau apa yang Musa pikirkan saat itu tapi saya tahu kita semua ingin menjadi seseorang yang spesial. Seseorang yang unik dan punya takdir yang besar di masa depan. Apalagi bagi seseorang yang baru lahir baru,rasanya jiwa penuh dengan semangat dan cita-cita dan keyakinan kalau kita kan menjadi pelayan Tuhan yang besar dan luarbiasa di masa depan. Seorang teman pernah bilang kepada saya dengan sangat yakin kalo dia merasa dipanggil untuk menjadi presiden suatu hari nanti. Harus saya akui saya merasa aneh waktu mendengar hal itu. Memang itu bukan hal yang mustahil dan saya menceritakan hal ini bukan untuk mengejek panggilannya tapi untuk menunjukkan semangat seseorang yang baru bertobat. Tidak ada yang salah dengan mempunyai cita-cita yang tinggi karena memang seharusnya orang Kristen punya visi yang besar. Saya merasa aneh karena melihat rasa percaya dirinya yang begitu besar.

Kalo mau jujur,saya juga punya mimpi yang besar. Impian saya, puluhan tahun sesudah saya meniinggal,saya berharap masih ada orang yang membaca tulisan-tulisan saya dan diberkati oleh itu. Dengan kata lain saya menginginkan keabadian. Tapi seperti semua mimpi yang berkobar di awal,pada akhirnya mimpi itu cenderung meredup dan mulai hilang entah kemana. Tidak semua seperti itu,tapi saya lihat kebanyakan seperti itu,paling tidak saya seperti itu. Sebagian kehilangan mimpi karena masalah yang datang terus menerus membuat mereka kecewa pada Tuhan. Sebagian lagi mungkin mimpinya tergeser oleh mimpi yang lain,karir sukses dan gaji besar. Sebagian lagi mungkin memilih menjadi keluarga normal yang ga ekstrim. Sebagian lagi mungkin tetap melayani di gereja tapi pelayanan itu menjadi bagian dari pergaulan dan kehidupan sosial. Dan sebagian lagi mungkin seperti saya,bertanya-tanya apakah visi itu memang benar atau hanya sekedar khayalan saya yang sombong. Apakah mimpi itu terlalu tinggi dan mustahil dan hanya angan-angan masa muda yang berlebihan? Seperti anak kecil yang bermimpi menjadi superman,apakah saya juga bermimpi untuk menyelamatkan dunia dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik seperti anak kecil? Bukan sekali 2 kali saya dengar saran untuk meninggalkan cita-cita itu dan jadi orang yang normal saja,bekerja dan berkeluarga dan bikin usaha. Ga ada yang salah dengan menjadi pengusaha,banyak orang mempunyai panggilan sebagai pengusaha. Masalahnya,itu bukan panggilan saya. Ketika semua orang sudah memulai hidupnya msing-masing,saya tertinggal jauh di belakang dan masih bergelut apakah Tuhan benar-benar memanggil saya untuk suatu pekerjaan yang besar?

Karena itu saya tertarik pada apa yang dipikirkan Musa. Sesudah Musa meninggalkan Mesir,Musa menikah dan menjadi penggembala domba seperti kebanyakan orang di masa itu. Dalam tahun-tahun pertamanya sebagai pengusaha domba masihkah Musa memikirkan panggilannya sebagai seseorang yang spesial yang akan membebaskan bangsanya? Yang pasti pada akhirnya sepertinya Musa sudah melupakan hal itu. Bagaimanapun dia sudah mulai tua dan keluarganya sedang bertumbuh. Mungkin Musa sudah menerima kehidupannya yang tenang dan tidak berharap Tuhan akan memanggilnya lagi.Pasti sangat mengejutkan waktu semak itu terbakar dan Tuhan memanggilnya untuk membebaskan bangsanya. Musa yang dulu pasti dengan semangat langsung menerima perintah itu dan segera berangkat ke Mesir tanpa banyak pikir. Tapi Musa yang sekarang,yang sudah mulai tua dan impiannya sudah terkubur,adalah Musa yang ragu-ragu. Musa yang ga yakin benarkah mimpinya yang dulu sekarang menjadi kenyataan.

Atau seperti Yusuf yang melihat matahari terbit dan tenggelam setiap hari dari balik jeruji penjara.Oh,Yusuf cukup sukses,paling tidak di tempatnya sekarang berada di penjara Yusuf mendapat posisi yang paling tinggi di anatara semua narapidana. Tapi bukan itu mimpi Yususf,mimpi yang diperolehnya sejak kecil. Untuk setiap matahari terbenam yang dilihatnya,masihkah Yusuf memegang mimpinya? Tahun-tahun berlalu dan dia masih tetap di dalam penjara sementara di luar sana orang-orang meneruskan hidup mereka. Sulit untuk bermimpi ketika kenyataan di depan mata sangat gelap.

Musa yang tua sudah belajar untuk memakai otaknya dan bukan dengan emosi. Musa tahu kesulitan yang akan dihadapinya dan Musa meragukan kemampuan dirinya. Perlu sedikit amarah dari Tuhan supaya Musa mengerti kalo mimpinya sekarang sudah jadi kenyataan. Begitu juga dengan Yusuf,bayangkan shocknya Yusuf karena bangun pagi di penjara dan malamnya tidur di istana sebagai perdana menteri. Mimpinya sekarang sudah menjadi kenyataan.

Apakah saya Musa?Bukan. Apakah saya Yusuf?Bukan. Saya cuma seseorang yang punya mimpi terlalu tinggi dan mulai meragukan kewarasan saya sendiri.Benarkah Tuhan memanggil saya? Sejujurnya saat ini saya ga yakin. Tapi saya pun ga bisa membuang mimpi itu. Jadi? Pada akhirnya,saya pikir saya akan belajar dari kehidupan Musa saja. Lakukan apa yang bisa saya lakukan sekarang dan menunggu suatu hari nanti akan ada semak berduri yang terbakar. Dan karena semak berduri terlihat kurang indah kalo ditaro di ruang tamu,mungkin saya akan beli kaktus aja,yang penting sama-sama berduri. Dan saya akan menunggu kaktus itu terbakar.

Hell

Jangan suka mengambil barang milik orang lain, nanti kalau mati masuk neraka tangannya dipotong- potong pakai gergaji…..Jangan suka berbohong nanti di neraka lidahnya dijepit pakai tang panas….Jangan suka jahat ke orang lain nanti bisa disiksa habis – habisan di neraka lapis ke sembilan.

Terkesan familiar? Ada yang pernah mendengar peringatan – peringatan di atas? Sebagian dari kita mungkin pernah mendengar peringatan – peringatan semacam itu dari orangtua atau kakek nenek kita saat kita melakukan kenakalan. Biasanya saat seseorang membicarakan hukuman untuk sustu kejahatan pastilah berupa siksaaan di neraka.

Dalam film – film atau buku, neraka seringkali digambarkan sebagai tempat yang dipenuhi dengan api yang berkobar – kobar dan setan – setan yang berpesta pora menyiksa setiap manusia yang masuk ke dalamnya (..ingat film Constantine? ). Gambaran yang tertanam di dalam otak kita mengenai neraka dari kecil sampai dewasa tidak lebih dari siksaan kejam yang dilakukan terus menerus dan beratnya disesuaikan dengan kejahatan orang itu semasa hidup.

Di antara orang Kristen sendiri gambaran mengenai neraka ini seringkali tidak berbeda jauh. Sangat sedikit buku – buku yang menjelaskan mengenai neraka. Coba saja pergi ke toko buku rohani terdekat dan cari buku mengenai neraka, paling – paling hanya ada 1 – 2 buku saja. Tentu saja, lebih menyenangkan membicarakan jalan – jalan emas dan orang – orang yang saling mengasihi di surga daripada membicarakan tempat siksaan kekal yang penuh dengan ratapan dan kertak gigi. Tapi, Alkitab sendiri tidak memberikan gambaran yang rinci mengenai neraka. Alkitab menjelaskan neraka sebagai tempat api yang kekal yang disediakan untuk Iblis dan malaikat – malaikatnya ( Matius 25:41 ).

Suka tidak suka, gambaran neraka sebagai tempat penyiksaan manusia berdosa ini seringkali menjadi halangan bagi sebagian orang untuk mengerti kasih Tuhan. “ Kalau Tuhan itu memang penuh kasih, mengapa dia menciptakan neraka? Mengapa Tuhan menyiksa manusia dengan kejam dan tidak mau mengampuni mereka? Apakah Tuhan itu Tuhan yang kejam dan pendendam yang melampiaskan kemarahannya pada orang berdosa dengan menyiksa mereka di neraka?

Hal yang sepertinya kontradiktif ini membuat sebagian orang berpikir bahwa neraka itu hanya pengajaran manusia dan sebetulnya tidak ada. Ketika orang berdosa meninggal mereka tidak masuk neraka melainkan menghilang begitu saja dari dunia ini sementara orang – orang yang sudah diselamatkan masuk ke surga. Masalahnya adalah ayat di atas jelas – jelas menyatakan bahwa orang – orang terkutuk akan dimasukkan ke dalam api yang kekal, dengan kata lain neraka itu betul – betul ada dan nyata.

“Oke..sekarang kita anggap saja neraka itu nyata, lalu seperti apakah neraka itu dan mengapa Allah yang penuh kasih menciptakan tempat yang mengerikan ini?”

Matius 25:31 – 46 berbicara mengenai penghakiman terakhir dan ayat 41 menyatakan bahwa Allah menyediakan api yang kekal untuk Iblis dan malikat – malaikatnya. Neraka diciptakan bukan untuk menyiksa manusia melainkan tempat untuk Iblis. Kerinduan Allah adalah mengumpulkan semua manusia kepadaNYA, kerinduan yang begitu besarnya sampai – sampai Yesus rela disalib. Tuhan bukanlah seorang pendendam yang menginginkan seseorang yang berbuat jahat semasa hidupnya membayar semua dosa – dosanya di neraka. Tuhan tidak tersenyum puas ketika seseorang masuk neraka dan berkata,” Syukurin, waktu masih hidup kamu jahat, sekarang nikmati saja balasan dosa – dosa kamu!”. Orang – orang berdosa yang masuk neraka bukanlah musuh- musuhNYA melainkan anak – anakNYA sendiri. Bagaimana perasaan kita jika melihat orang yang kita kasihi masuk neraka?Tentu saja tidak tersenyum puas!

Saat satu jiwa terbuang ke neraka, perasaan Allah bagaikan seorang ayah yang mendengar anaknya divonis penjara seumur hidup di pulau yang jauh tanpa ada kesempatan untuk bertemu lagi. Bukan Allah yang menginginkan kita masuk neraka melainkan kitalah yang memilih untuk masuk neraka dengan tidak menerima penebusan dosa dari Yesus. Allah menyediakan surga yang dibangun dengan tangan dan kreativitasnya sendiri untuk menghabiskan keabadian dengan semua orang yang dikasihiNYA, tetapi orang berdosa memilih neraka daripada surga.

“Kalau begitu kenapa Tuhan tidak mengampuni saja semua orang – orang berdosa dan hanya memasukkan Iblis ke dalam neraka? Bagaimanapun mereka hanya digoda Iblis jadi dosa mereka tidak berat – berat amat.”

Di terminal bus Leuwipanjang ( terminal bus di Bandung) ada bus yang berangkat ke Jakarta dan ada bus yang berangkat ke Garut. Calo dari masing – masing bus berteriak – teriak Jakarta…Jakarta dan Garut…Garut. Saya sebenarnya ingin pergi ke Garut tapi saya memutuskan naik bus yang berangkat ke Jakarta karena busnya lebih bagus dan ber-AC. Begitu sampai di Jakarta saya marah karena saya salah tujuan. Apakh pantas kalau saya menyalahkan kondektur bus Garut karena saya salah tujuan? Lho..yang memutuskan untuk naik bus ke Jakarta dan bukannya ke Garut kan saya sendiri.
( Catatan : Jakarta tidak berarti neraka dan Garut tidak berarti surga. Hanya saja penulis berasal dari Garut dan rasa kedaerahannhya tinggi jadi ketika menulis perumpamaan tentu saja penulis memilih Garut sebagai perumpamaan surga. Pembaca Jakarta jangan tersinggung, ya. )

“Hmmm..tapi kalau Tuhan memang menyayangi kita kenapa dia tidak menyeret saya ke bus Garut,eh..maksudnya surga? Kalau saya menyayangi seseorang pasti saya akan memaksanya kembali kalau saya tahu dia mengambil arah yang salah.”

Memang bisa saja Tuhan lakukan itu, tapi justru dia sangat mengasihi kta sehingga dia membiarkan kita memilih. Kasih yang dipaksakan bukanlah kasih yang sejati. Jika Yesus memaksa kita untuk mengikutinya sebenarnya Yesus membuat kita menjadi tidak lebih dari robot yang hanya menjalankan apa yang tuannya inginkan. Mudah saja bagi Tuhan untuk membuat kita mengikuti NYA, cukup dengan memperdengarkan suara batukNYA ke bumi pasti semua orang bertobat. Tapi itu akan membuat kita bertobat karena rasa takut kepadaNYA dan bukan karena kita mengasihiNYA. Bagaimana rasanya jika ada orang yang mau berpacaran dengan kita karena dia takut pada kita dan bukannya karena cinta?

Bapa dari anak yang hilang tidak menghalangi kepergian anaknya, tetapi dia terus berdoa dan menunggu anaknya pulang. Ketika anaknya memilih untuk pulang daripada menjadi penjaga babi, sang ayah begitu gembira sampai – sampai dia tidak mencium bau babi dari tubuh anaknya.

“Kalau begitu kenapa mereka harus masuk neraka? Bisa saja Tuhan membuat mereka lenyap atau mebiarkan roh mereka bergentayangan dan bereinkarnasi sampai mereka menjadi baik.”

Ibrani 9:27 menyatakan bahwa manusia ditetapkan untuk mati hanya sekali saja dan sesudah itu ia dihakimi. Jangan lupa bahwa selain penuh kasih, Allah kita juga hakim yang adil. Selama kita masih hidup di dunia dengan kasihNYA Allah terus memanggil kita untuk kembali kepadaNYA tapi pada akhirnya kita harus mempertanggungjawabkan pilihan kita pada hari kematian kita. Tidak ada jalan tengah, pada hari penghakiman semua orang akan terbagi 2. Orang – orang yang memilih Yesus akan bersama – sama dengan Dia dan yang memilih Iblis tentu saja akan bersama Iblis. Allah yang penuh kasih bukan berarti lembek, Ia Allah yang tegas yang menuntut kita bertanggung jawab atas pilihan kita.

“Apakah neraka memang seperti yang digambarkan di film dan buku sebagai tempat siksaan? Apakah Allah menghukum manusia berdosa dengan siksaan kejam yang terus menerus?”

Yang paling menakutkan dari neraka bukanlah siksaan – siksaan seperti yang kita baca di buku. Yang paling menyedihkan dari neraka adalah keterpisahannya dari Allah dan kekekalannya. Dari dulu sampai sekarang tidak pernah ada bangsa yang ateis. Setiap suku dan bangsa di dunia ini pasti mempunyai tuhan atau dewa yang mereka sembah. Diakui atau tidak, semua orang membutuhkan Tuhan. Setiap dari kita membutuhkan suatu pribadi yang bisa kita sembah dan memberikan rasa aman bagi kita. Sebagian dari kita menyadari kebutuhan di masa kesusahan dan sebagian lagi menyadarinya di masa sukses dimana tidak ada lagi yang bisa memuaskan dirinya. Sebagian dari kita menyadarinya di masa muda tapi semua orang pasti menyadari kebutuhan ini di detik terakhir kematian.

Kita diciptakan untuk bersekutu dengan Tuhan dan tidak ada yang bisa menggantikan hal itu. Ketika seseorang masuk neraka ia menjadi terpisah dari Tuhan dan kerinduan untuk bersekutu dengan Tuhan ini tidak akan pernah terpuaskan. Pernah jatuh cinta? Pernah merasakan bagaimana sengsaranya saat pujaan hati berada jauh dari kita? Pernah patah hati? Kalau begitu pasti tahu bagaimana rasanya menyadari bahwa kita tidak akan bisa bersama dengan orang yang kita cintai untuk selamanya. Siksaan hanya menyakiti fisik tapi yang paling menyedihkan dari neraka adalah kerinduan akan Tuhan yang tidak akan pernah terpenuhi.

Saat ini sulit bagi kita untuk mengerti bagaimana rasanya patah hati karena Tuhan karena walaupun tidak terlihat Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sedetikpun. Saat kita mengerti bagaimana rasanya ditinggalkan Tuhan saat itu semuanya sudah terlambat karena hanya di neraka lah seseorang benar – benar ditinggalkan Tuhan.

Hal kedua dari neraka yang paling menakutkan adalah kata kekekalan. Bukan hanya 1 bulan…10 tahun…1000 tahun bahkan sejuta tahun melainkan selamanya kita tidak akan pernah meninggalkan neraka. Tidak ada reinkarnasi dan tidak ada kesempatan kedua. Matius 25:46 dengan jelas menyatakan mereka akan masuk tempat siksaan yang kekal. Ayat di atas tidak menyatakan mereka akan masuk neraka selama 10 juta tahun melainkan untuk selamanya.

Selama kita masih hidup selalu ada kesempatan untuk bertobat tetapi sesudah napas putus tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat. Tidak ada lagi harapan untuk diampuni dan dipersatukan kembali dengan Tuhan. Orang Yunani mempunyai legenda mengenai seorang manusia yang dihukum para dewa di neraka untuk mendorong batu besar ke puncak bukit. Tetapi setiap batu itu akan sampai ke puncak bukit, batu itu selalu menggelinding turun kembali ke kaki bukit dan orang tersebut harus mengulangi kembali pekerjaanya dari awal lagi. Hal ini terus menerus dilakukan berulang – ulang selama ribuan tahun sampai selamanya. Kesia – siaan, menipu diri akan adanya harapan padahal sebenarnya tidak pernah ada harapan merupakan hukuman terberat di neraka bagi orang Yunani.

Sulit membayangkan kekekalan dan terlebih sulit lagi menerima artinya. Sulit membayangkan bagaimana rasanya hidup tanpa ada harapan sama sekali. Selama masih ada harapan seseorang bisa terus hidup. Tetapi jika harapan itu hilang, apa lagi yang tertinggal? Tidak ada!

Mengenai masalah siksaan di neraka,yah…bagaimana lagi, mereka kan tinggal bersama – sama dengan Iblis. Tentu saja kita tidak bisa mengharapkan Iblis dengan gembira menyambut mereka dan beramah tamah dengan mengeluarkan kue kering, brownies kukus dan es jeruk untuk menjamu orang – orang yang memilih neraka. Sebaliknya, segala macam siksaan dan kekejian yang pernah terpikir maupun yang tidak pernah terpikirkan di dunia ini akan menimpa mereka. Tetapi sekali lagi, siksaan hanya menyakiti fisik twetapi keterpisahan dan kehilangan harapan bersama dengan Tuhan untuk selama – lamanya jauh lebih menakutkan dari rasa sakit fisik.

“Phewww..mengerikan sekali. Kalau begitu bagaimana supaya kita bisa terhindar dari neraka?”

Dalam Yohanes 14:6 Yesus menyatakan bahwa Dialah jalan kebenaran dan hidup dan tidak ada seorangpun yang dating kepada Bapa kalau tidak melalui Dia. Satu – satunya jalan supaya kita tidak menginap di rumah Iblis tentu saja dengan memilih menginap ke rumah Yesus. Pilihannya hanya ada 2, selain Yesus tidak ada pilihan yang lain selain Iblis. Tentu saja ada banyak jalan lain dengan dewanya masing – masing yang juga menjanjikan surga kepada orang – orang yang mengikuti jalan mereka tetapi keselamatan hanya bisa ditemukan dalam karya penebusan dosa Yesus di kayu salib.

Yesus sendiri yang turun ke neraka menggantikan kita. Yesus pernah merasakan bagaimana rasanya putus hubungan dengan Bapa. Pada akhir hidupnya Yesus berteriak di kayu salib,’ Bapaku,Bapaku..mengapa Engkau tinggalkan aku?”. Teriakan ini bukanlah teriakan seseorang yang kecewa kepada Bapanya melainkan karena Yesus tahu bahwa sebentar lagi ia akan terpisah dari Bapa. Selama Yesus disiksa, Ia tidak mengeluh sedikitpun tetapi ketika ia mengetahui bahwa sebentar lagi ia terputus dari Bapa Yesus pun berteriak di kayu salib.

Surga menjadi surga karena ada Allah di sana dan neraka menjadi neraka karena tidak ada Allah di sana. Surga menjadi tempat yang luar biasa indah karena ada Allah di sana. Neraka menjadi tempat yang tidak tertahankan karena tidak ada Allah di sana.

Marah pada Tuhan,bolehkah?

Di majalah GF! edisi lalu ada surat dari pembaca yang bilang kalo dia sedikit keberatan dengan salah satu tulisan saya tentang marah pada Tuhan. Emang boleh marah sama Tuhan? Kalo menurut saya pertanyaannya bukanlah apakah kita boleh atau ngga boleh marah pada Tuhan ,tapi bisakah kita ngga marah ke Tuhan? Bisakah dari mulai pertama kita kenal Tuhan, kita ga pernah kecewa ga pernah kesel dan ga pernah marah ke Tuhan? Saya ga tahu dengan orang lain, tapi bagi saya itu ga mungkin. Ketika kita kehilangan seseorang yang kita sayangi, ketika Tuhan menjawab tidak untuk permohonan yang kita doakan, ketika Tuhan membiarkan kesusahan dan kesedihan dalam hidup kita, ketika Tuhan tampak jauh dan ga peduli, saya mendapati sangat sulit untuk tidak kecewa dan marah pada Tuhan. Gimanapun juga jalanNYA sangat berbeda dengan jalan kita dan ga gampang untuk kita mengikut jalanNYA dengan sukarela tanpa perlawanan.

Kalo ada seseorang yang bilang kalo dia ga pernah marah atau kesel atau kecewa pada Tuhan selama dia mengikut Tuhan, bagi saya ada 3 kemungkinan. Yang pertama, dia dianugerahi iman yang luar biasa yang hanya dimiliki sedikit orang dan tidak dimiliki sebagian besar orang. Yang kedua, dia berbohong supaya terlihat sebagai pengikut Tuhan yang taat. Dan kemungkinan yang ketiga, mungkin dia memang ga pernah kenal Tuhan sama sekali.

Bagi saya ga mudah untuk ikut Tuhan. Ketika saya ingin membenci, Dia meminta memaafkan. Ketika saya ingin memegang seseorang, Dia menyuruh untuk melepaskan. Ketika saya ingin masa depan saya berbelok ke kiri, Dia menyuruh saya berbelok ke kanan. Ketika saya ingin hidup seenaknya menurut apa yang saya inginkan, Dia menyuruh untuk melakukan hal yang benar. Bagi saya, selama saya mengikut Tuhan, ada banyak hal yang membuat saya kesal dan marah dan kecewa. Tentu saja saya tahu itu bukan salah Tuhan karena Tuhan selalu benar. Saya tahu kekecewaan itu selalu muncul karena keegoisan saya dan keengganan saya untuk menerima jalanNYA yang sangat berbeda dengan yang saya inginkan. Bahkan ketika sepertinya saya tidak melakukan hal yang salah tapi kemudian kesulitan datang, saya tahu itu Tuhan ijinkan karena ada tujuan yang harus tercapai lewat kesulitan itu dan tujuan itu buat kebaikan saya sendiri.

Bahkan sekalipun saya tahu semua kemarahan saya pada Tuhan itu karena kesalahan saya sendiri, itu bukan berarti kemudian kemarahan itu ga pernah terjadi. Kenyataannya, apapun alasannya, saya pernah merasa kecewa dan marah pada Tuhan dan saya yakin sebagian besar orang yang mengikut Tuhan juga mengalami hal yang sama, pernah kecewa dan marah pada Tuhan.

Apakah pantas bagi kita seorang ciptaan unhtuk marah kepada Allah Semesta Alam? Saya sadar bagi sebagian orang , marah kepada Tuhan sepertinya penghinaan dan hal yang sangat ga pantas dilakukan. Tapi ijinkan saya menanyakan satu hal, Tuhan tahu ga kalo kita marah? Kao Tuhan ga tahu kalo kita marah, memang masuk akal untuk menyimpan rasa amarah itu dan ga menunjukkannya demi alasan sopan santun. Masalahnya, Tuhan tahu isi hati kita. Sekalipun tangan kita terangkat, mulut kita tersenyum dan memuji, tapi kalau hati kita marah dan kecewa, Tuhan tahu itu.

Apa gunanya kita berpura-pura tersenyum di hadapan Tuhan dan menyembunyikan kekecewaan kita sementara Tuhan tahu dengan jelas semua isi hati kita? Buat saya itu seperti menyembunyikan gajah di balik punggung kita. Sekalipun kita tersenyum dan dengan bahasa yang sangat sopan mengatakan kalau di belakang kita ga ada gajah, gajah itu sendiri tetap kelihatan dengan jelas. Kalau begitu kenapa kita ga jujur aja sekalian? Kenapa ga kita tumpahkan semua isi hati kita di hadapan Tuhan? Kenapa ga kita ungkapkan semua pertanyaan kita, semua kekecewaan kita, semua kekesalan kita dan semua kemarahan kita di hadapan Tuhan? Toh biarpun kita sembunyikan dan tersenyum semanis mungkin pun Dia tetep tahu, jadi kenapa ga jujur aja?

Apa yang lebih Tuhan inginkan, muka yang tersenyum dan tangan yang terangkat tapi dengan pisau yang tersembunyi rapi di balik pakaian kita ataukah kejujuran kita? Sekalipun kejujuran itu disertai dengan air mata kekecewaan dan luapan amarah? Mana yang lebih baik, berpura –pura kalo gajah itu ga pernah ada atau menerima kenyataan bahwa gajah itu menag ada di belakang punggung kita? Apakah dosa atau kekurangajaran kita akan berkurang kalau kita menutup mata dan ga mengakui kekecewaan kita sementara gajah itu tetap jelas terlihat?

Sejujurnya, saya ga ngeliat ada yang salah dengan bersikap jujur dan menyatakan perasaan kita pada Tuhan. Tentu saja kalau kita marah sambil mengucapkan kata-kata yang kasar , kita harus minta maaf. Sama sesama kita aja kalo kita marah dengan bahasa kasar kita harus minta maaf apalagi dengan Tuhan. Apa yng salah dengan kejujuran? Apakah muka yang tersenyum lebih baik dari kejujuran? Siapapun bisa tersenyum tapi ga semua orang bisa jujur. Balik lagi ke pertanyaan di awal, bisakah kita ga marah ke Tuhan? Kalo ada yang bilang bisa, bersyukurlah karena hanyas edikit orang yang dikaruniai iman seperti itu. Tapi kalau ada yang diam atau menjawab ga bisa, saya sarankan jangan disembunyikan karena Tuhan udah tahu perasaan kita jadi mendingan nyatakan aja dengan jujur.

Tuhan Yang Ga Masuk Akal

Apakah Tuhan kita masuk akal? Pertanyaan seperti ini ngga pernah muncul waktu saya masih kecil dan rajin datang ke sekolah minggu. Tiap tahun saat natal anak anak sekolah minggu semuanya berlatih untuk drama natal yang menceritakan kelahiran Yesus. Seringnya saya menjadi gembala walaupun pernah juga sekali menjadi Yusuf, sepertinya itu peran tertinggi yang pernah saya capai dalam masa karir akting yang singkat di masa kanak kanak. Tapi selama saat itu saya tidak pernah berpikir kalau Tuhan iu tidak masuk akal, semuanya baik – baik aja. Ngga ada yang aneh dengan drama natal dan ngga ada yang aneh dengan cerita kelahiran Yesus.

Sesudah saya dewasa, saya mulai bertanya – tanya…”Apakah Tuhan kita masuk akal?”. Kenapa saya bertanya seperti itu? Karena paling sedikit ada 3 hal yang menurut saya tidak masuk akal dan sulit dipercaya.Apa saja? OK, kita akan teliti satu – satu untuk memastikan apakah otak saya yang salah atau Tuhan memang tidak masuk akal.

Tuhan yang mau mati buat saya. Pencipta yang mau mati buat ciptaanNYA, seorang penyayang binatang yang mengorbankan dirinya ditabrak mobil supaya hamsternya ga dilindes mobil. Seorang direktur yang merelakan perusahaannya dijual dan hartanya habis supaya para pekerjanya tidak kekurangan, seorang presiden yang bersedia dipenjara supaya seorang perampok dan pembunuh bisa kembali ke keluarganya. Semua hal di atas tidak masuk akal, mana ada orang yang bersedia mati demi hamster, bersedia bangkrut demi pegawainya dan presiden yang mau masuk penjara demi seorang kriminal? Kalau hal seperti itu saja tidak masuk akal apalagi Tuhan yang mau mati demi manusia. Kabar Baik begitu tidak masuk akal dan mustahil sampai kebanyakan orang ga percaya. “Enak amat jadi orang Kristen, bikin dosa banyak – banyak udah gitu tinggal bertobat langsung masuk surga,mana ada kaya gitu?Kalo bikin dosa ya harus ditebus dong!”….”Apa? Si kurang ajar itu mau masuk surga?Sesudah menipu banyak orang? Mana mungkin, biarpun jadi Kristen sekalipun orang seperti itu sih pasti masuk neraka !”

Komentar – komentar kaya gitu sih bukan hal yang aneh. Saya malahan denger komentar itu dari mama saya sendiri. Sulit untuk percaya ada Tuhan yang mau mati demi umatnya supaya umatnya bebas dari dosa dan bisa masuk surga. Bayangan Tuhan bagi kebayakan orang berupa sosok raksasa di awan awan yang melemparkan petir saat kita berbuat salah dan memberikan emas jika kita berbuat baik. Mungkin untuk orang – orang yang baik Tuhan memang mau berkorban, tapi demi orang – orang jahat?Tidak masuk akal.

Saya pernah membaca di Reader Digest mengenai kejahatan seksual terhadap anak – anak. Salah seorang pelaku yang tertangkap memasukkan seorang anak perempuan berumur 3 tahun ke dalam kandang anjing tanpa pakaian. Pelaku memfilmkan anak kecil telanjang yang ketakutan dan meringkuk di dalam kandang kemudian menjual filmnya di internet kepada kalangan phedopil ( orang – orang yang mempunyai kelainan seksual menyukai anak – anak di bawah umur). Saya hampir tidak bisa membaca sampai selesai karena marah dan berkata kepada Tuhan,” Tuhan, sampah macam gini ga mungkin saya ampuni. Kalo saya ketemu orang kaya gini pasti saya pukulin abis – abisan.” Mana mungkin Tuhan mengampuni sampah kaya gini ?

Saya juga menonton film “Hotel Rwanda” yang menceritakan pembantaian ratusan ribu suku Tutsi oleh suku Hutu di Afrika. Dengan membawa parang, suku Hutu turun ke jalan dan membantai setiap orang suku Tutsi yang mereka temui. Begitu banyak orang yang dibantai memenuhi jalan – jalan raya sampai mobil yang dikemudikan tokoh utama film tersebut harus melindas mayat – mayat yang tergeletak di jalan raya supaya bisa terus maju. Film ini diangkat dari kisah nyata dan pembantaian itu benar – benar terjadi. Sekali lagi saya bertanya pada Tuhan, “ Kau mengampuni mereka? Beneran? Ga bohong?”

Kenyataannya Tuhan memang mengampuni mereka, hanya saja apakah orang – orang itu mau menerima pengampunan itu atau tidak terserah mereka. Kenapa saya tahu kalau Tuhan masih mengampuni mereka dan masih masih memberi mereka kesempatan? Karena mereka msih bernafas! Kalau Tuhan berpendapat mereka tidak layak diampuni dan memutuskan untuk meninggalkan mereka maka mereka pasti sudah mati. Selama seseorang masih hidup itu berarti selalu masih ada kesempatan yang terbuka bagi orang itu untuk bertobat sejahat apapun orang itu.

Matius 5:45 …yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Tuhan tidak memperlakukan orang jahat dengan cara yang berbeda. Tuhan tidak membuat matahari bersinar dan cuaca cerah di sekeliling orang benar dan langit mendung disertai hujan dan kilat menyambar di sekitar orang jahat. Bagi Tuhan semua orang, benar atau tidak benar, layak menerima pengorbananNYA.

Dalam otak saya, cukup masuk akal kalo Tuhan mau mati demi orang benar tapi sangat tidak masuk akal kalo Tuhan mau mati buat orang jahat. Tapi poin inilah yang menjadikan pesan Kristus berbeda dari agama lainnya. Tindakan Tuhan yang tidak masuk akal inilah yang membuat pesan Kristus menjadi suatu hal yang aneh, berbeda dan luar biasa. Semua agama lain menawarkan Hukum; taati semua hukum maka tuhan akan menerima kamu. Yesus menawarkan Kasih; Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu ( Matius 11:28). Percaya saja, ga usah susah payah, Aku akan menerimamu. Pernyataan yang luar biasa sulit dipercaya sampai – sampai di kalangan orang Kristen sendiri pun masih bayak yang berusaha mencari huruf – huruf kecil tersembunyi tak terlihat dari pernyataan ini yang meminta manusia supaya menaati sejumlah peraturan dan menjalankan sejumlah pelayanan supaya Tuhan berkenan padanya. Pesan Tuhan sangat jelas, “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan ( Markus 16:16)”, tidak ada embel – embel yang lain.. Hanya dengan percaya bahwa Tuhan mati bagi kita!

Saya pernah membaca berita beberapa waktu yang lalu mengenai keluarga yang terperangkap di rumah yang terbakar. Sang ibu memeluk anaknya untuk melindungi anak itu dari api selama mungkin. Saya juga pernah membaca di satu buku tentang seorang ibu dan anaknya yang terperangkap di dalam gedung yang runtuh karena gempa. Selama berhari – hari mereka terkubur di sana, sang ibu mengiris jarinya sendiri dan memberikan darahnya untuk anaknya yang masih kecil supaya bisa bertahan hidup dengan risiko dirinya sendiri semakin lemah dan bisa meninggal. Saya juga ingat kepada orangtua yang mempunyai anak gay yang ditolak masyarakat tapi tetap membela dan menyayangi anaknya.

Kalo saya memikirkan hal – hal di atas sepertinya tindakan Tuhan menjadi masuk akal. Saya yakin, Tuhan mempunyai moral dan kasih yang ratusan juta milyar kali lipat lebih hebat dari ibu – ibu di atas. Kalo kita yang jahat aja tahu apa yang baik buat anak – anak kita apalagi Tuhan. Tuhan pastilah tidak lebih bodoh dan jahat daripada kita. Kalo kita bisa mengasihi , Tuhan pasti bisa mengasihi milyaran kali lebih baik dari kita. Kalo karena kasih kita bisa berkorban demi anak – anak kita, Tuhan juga pasti bisa. Kalo kita bisa mati demi orang yang kita kasihi apalagi Tuhan. Cari seseorang di muka bumi ini dengan moral terbaik dan kasih terhebat, kalikan sejuta milyar kali dan kita dapatkan kurang dari 1%-nya Tuhan.

Sebagian orang mungkin bilang kalo kita hanya ciptaan Tuhan dan bukan anakNYA yang berarti Tuhan ga perlu mati buat mahluk rendahan seperti manusia. Well..saya sih ga percaya kalo Tuhan itu mirip ilmuwan sinting yang menciptakan manusia hanya karena iseng atau Tuhan itu seperti dewa jaman Yunani yang karena ga ada kerjaan terus ngurusin manusia supaya ga bosen. Seperti orangtua yang menantikan kelahiran anaknya selama 9 bulan, seperti itulah perasaan Tuhan sewaktu menciptakan manusia.

Hal kedua yang membuat saya lebih heran adalah kenyataan bahwa Tuhan mempercayai kita. Setelah Tuhan menerima kita ,Dia tidak meminta kita menyingkir ke belakangnya tapi justru menawarkan kita untuk menjadi wakilNYA di bumi dan mengurus pekerjaanNYA yang belum selesai di bumi.

Seorang pemilik modal ingin membangun sebuah perusahaan yang besar, untuk itu ia mulai mencari orang – orang yang bisa dipercaya untuk membangun dan mengelola perusahaan yang baru ini. Kalau menurut logika, seharusnya dia mencari orang – orang yang berpendidikan, berpengalaman ,berhasil dalam hidupnya dan tentu saja tidak menerima orang – orang yang gagal untuk menjadi pekerjanya. Mana ada orang pintar yang akan memilih orang – orang gagal untuk menjadi pekerjanya, kalaupun ada pastilah dia orang yang bodoh. Anehnya, pemilik modal ini tidak hanya menerima orang – orang pintar untuk menjadi pekerjanya tapi juga orang – orang yang gagal, bahkan sepertinya lebih banyak orang gagal yang menjadi pekerjanya daripada yang berhasil. Yang lebih aneh lagi pemilik modal ini ternyata Tuhan yang ingin membangun gerejaNYA di bumi.

Abraham adalah seorang pembohong yang rela mengorbankan istrinya sendiri untuk menyelamatkan nyawanya, Yakub adalah seorang penipu yang mencurangi ayah dan kakaknya, Yehuda menjual adiknya sendiri dan tidur dengan menantunya sendiri, Daud membunuh jendralnya dengan tipu daya dan merebut istrinya, Salomo dengan segala kebijaksanaannya yang luar biasa tapi tunduk di bawah kerlingan mata wanita, Musa dengan temperamennya yang meledak – ledak, Samson yang begitu perkasa tapi juga begitu buta bahkan sebelum dia dibutakan orang Filistin karena tidak bisa melihat niat Delilah yang sebenarnya.

Ketika Yesus memulai pelayananNYA di bumi, murid murid yang dipilihNYA pun aneh – aneh yang terdiri dari nelayan yang tak berpendidikan dan pemungut cukai. Misionaris pertamanya yang lari ke dalam kota memberitakan Yesus adalah perempuan Samaria yang kawin cerai 5 kali. Rasul yang diutusnya kepada bangsa – bangsa lain adalah mantan pembunuh dan murid yang menjadi dasar gerejaNYA justru seorang pengecut yang menyangkalnya 3 kali.

Augustine mempunyai orangtua yang unik, ayahnya seorang pagan penyembah dewa – dewi Romawi dan ibunya seorang Kristen. Semasa mudanya Augustine mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang pengikut paganisme dan menjalani masa muda yang tidak bermoral. Pada usia 18 tahun, Augustine sudah mempunyai seorang anak di luar nikah. Ibu Augustine mendoakannya terus menerus selama 32 tahun sampai akhirnya Augustine bertobat. Augustine menjadi salah seorang bapa gereja mula – mula yang sangat berpengaruh, tulisan –tulisannya berabad – abad kemudian mempengaruhi seorang biarawan muda bernama Martin Luther yang kemudian mereformasi gereja( buku Augustine yang palin terkenal, “Confessions”, bisa didownload secara gratis di Project Gutenberg, ).

Sepertinya, kebanyakan orang – orang yang Tuhan percayai untuk menjalankan tugas – tugas paling besar justru orang –orang yang paling gagal. Saya selalu heran kenapa Tuhan mau mempercayai orang –orang seperti kita yang punya banyak kelemahan dan kegagalan. Tuhan pasti tahu bahwa banyak dari kita akan jatuh, berkhianat dan meninggalkan Dia. Beberapa orang bukannya mengangkat namaNYA di bumi tapi justru mempermalukanNYA. Tuhan pasti tahu bahwa kebanyakan dari kita akan melalaikan tugas yang Dia percayakan kepada kita dan menganggap Dia seperti jin botol yang dengan beberapa kali melipat tangan dan beberapa patah kata yang diucapkan dengan memejamkan mata akan membuat Dia mengabulkan segala keinginan kita. Tuhan pasti tahu semua itu! Walaupun demikian Dia tetap mempercayai kita untuk pergi dan menjadikan semua bangsa muridNYA ( Matius 28:19). Sampai saat ini kita belum pernah melihat Tuhan yang frustasi karena melihat kepercayaanNYA disia-siakan. Kita juga ngga pernah melihat Tuhan mengirim pasukan malaikat untuk mengambil alih semua bentuk pelayanan di muka bumi dan menyuruh kita ke pinggir untuk menjadi penonton.Dengan segala kelemahan kita, Dia tetap memutuskan untuk mempercayai kita.

Beberapa waktu yang lalu saya ikut seminar Nick, seorang hamba Tuhan yang tidak mempunyai tangan dan kaki tapi melayani Tuhan dengan luar biasa. Saat itu saya membayangkan orangtua Nick yang harus menerima kenyataan bahwa Nick lahir dengan kelemahan fisik tapi tetap membesarkan Nick dan mempercayai bahwa suatu hari nanti Nick akan dipakai Tuhan. Saat itu saya berpikir, kalau orangtua Nick saja bisa mempercayai Nick, kenapa Tuhan ngga bisa mempercayai anak – anakNYA sendiri. Dia kan pasti jutaan kali lebih baik dari orangtuanya Nick. Ketika saya melihat Tuhan sebagai seorang pemilik modal yang ingin membangun perusahaan maka segala tindakanNYA yang memilih orang – orang gagal sebagai pekerjaNYA tampak tidak masuk akal. Tapi ketika saya memikirkan orangtua Nick, tindakanNYA menjadi masuk akal.

Hal yang paling sulit saya percayai bakan sampai saat ini adalah Tuhan yang menginginkan kita bahagia. Bapa yang merencanakan segala sesuatu yang terbaik bagi masa depan kita, yang menyiapkan rancangan damai sejahtera bagi masa depan kita dan Bapa yang dengan asyik menyiapkan surga untuk mejadi tempat kita berjalan bersama – sama dia suatu saat nanti. Bagi si anak hilang, bapanya tidak hanya menyambutnya di depan pintu, mengadakan pesta, tapi juga menyiapkan masa depan yang indah untuknya.

Kalau ada hari libur saya suka sekali pergi ke salah satu mall di Bandung yang masih menyediakan lahan untuk taman dengan pohon – pohon besar. Pagi – pagi saya pergi kesana, beli cemilan dan minuman di supermarket kemudian duduk di bangku di bawah pohon. Saat – saat seperti itu saya bisa merasakan sekilas bahwa Tuhan ingin membahagiakan kita. Tidak ada yang kebetulan di muka bumi ini, segala sesuatu terjadi untuk mendatangkan kebaikan bagi orang – orang yang mengasihiNYA. Saya garis bawahi segala sesuatu karena itu berarti semuanya yang terjadi dalam hidup kita, Tuhan juga turut bekerja di sana.

Saat saya duduk di bangku, terkadang ada angin bertiup dan daun – daun bergoyang. Terkadang ada kadal yang melintas dan ada burung yang terbang lewat sambil ngomel dengan cerewet. Karena Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu, itu berarti Tuhanlah yang membuat angin bertiup, Tuhan yang menggoyangkan daun, Tuhan yang menyenggol si kadal supaya lari di depan saya dan Tuhan yang membuat burung tadi berbelok supaya terbang di depan saya. Pada saat yang sekilas itu saya merasa Tuhan sedang menyiapkan pertunjukan yang spesial dimana dia sendiri yang menjadi konduktornya di depan saya. Dalam masa yang sekilas ini saya bisa mengerti bahwa Tuhan sangat mengasihi kita sampe – sampe Dia mau repot – repot menyenggol kadal dan burung untuk menunjukkan bahwa Dia peduli dan sedang tersenyum kepada kita.

Baru – baru ini saya menonton film mengenai alam berjudul “Deep Blue” yang memfilmkan kehidupan hewan – hewan di laut. Saat itu saya bertanya – tanya apakah Tuhan sedang asyik mendandani bumi kita untuk menunjukkan bahwa Dia peduli? Ketika saya melihat berbagai macam ikan dan terumbu karang dengan warna – warna yang ajaib, saya berpikir ngapain Tuhan repot – repot merancang semua ini. Ketika saya melihat mahluk-mahluk di laut paling dalam muka bumi dengan bentuknya yang aneh – aneh dan ajaib saya lebih heran lagi. Mahluk – mahluk ini baru bisa dilihat manusia di abad ke 20 setelah kita mempunyai teknologi yang cukup maju untuk bisa menyelam ke laut dalam, walaupun begitu tetap saja Tuhan buat mahluk – mahluk ini sejak berabad - abad yang lalu. Kalau bumi kita ini hanya tempat pelatihan dan kita hanya sementara di sini, karena rumah kita yang sebenarnya di surga , kenapa Tuhan mesti repot-repot memperindah dunia ini. Kenapa tidak Dia bikin saja dunia ini dalam 2 warna,hitam dan putih saja, semua jenis ikan bentuknya sama dan semua mahluk di darat bentuknya juga sama? Bukankah itu lebih mudah? Ataukah jangan – jangan Tuhan seperti orangtua yang keranjingan mengecat dan menggambar sendiri kamar anaknya, membelikan berbagai boneka untuk menyenangkan anaknya dan selalu meluangkan waktu untuk bermain dengan anaknya dalam keadaan sesibuk apapun? Apakah Dia tidak bisa menahan diri untuk membahagiakan anak - anakNYA sehingga sekalipun Dia sudah menyiapkan surga, Dia tetap tidak bisa menahan diriNYA untuk memperindah bumi kita yang cuma sementara ini?

Sadhu Sundar Singh, seorang rasul Tuhan di India berkata,” Ada 2 buku yang layak dipelajari. Yang pertama Alkitab dan yang kedua Alam.” Beberapa orang menganggap alam ini terbentuk karena tidak sengaja dan bukan karena Tuhan. Mereka berpendapat alam ini terbentuk karena proses alami dan evolusi yang terus menerus. Bagi saya lebih sulit untuk mempercayai segala keindahan yang saya lihat, kucing manja dan hamster lucu, semuanya hanya karena proses kebetulan. Mempercayai dunia kita terjadi hanya karena proses kebetulan sama sulitnya dengan mempercayai ada angin ribut yang bertiup di pembuangan sampah dan sesudah angin ribut itu lewat ternyata sampah – sampah “secara kebetulan” menjadi pesawat jumbo jet yang bersih mengkilat. Bagi saya, lebih mudah untuk mempercayai bahwa alam bukannya tidak sengaja terjadi melainkan diciptakan Tuhan untuk menunjukkan kemuliaan dan kepedulianNYA kepada kita.

Tentu saja alam tidak selamanya ramah, bencana tsunami yang terjadi 2 kali baru baru ini menunjukkan itu. Apakah itu berarti Tuhan tidak menginginkan kita bahagia? Kalau dia menginginkan kita bahagia kenapa Dia mengijinkan tsunami yang menghancurkan dan membunuh banyak orang?

Saya pernah mengenal sepasang orangtua yang menolak untuk memarahi anaknya dengan alasan takut membuat anaknya sedih. Apapun kenakalan yang anak ini lakukan, mereka ngga pernah menegur anak ini. Apa yang terjadi? Anak ini tumbuh menjadi anak yang berandalan, ngga mau denger omongan orang lain dan bertindak semaunya sendiri. Apakah hal ini berarti mereka orangtua yang baik yang ingin membahagiakan anaknya? Mereka justru merusak masa depan anaknya sendiri!

Tuhan kita bukan orangtua gampangan kaya gini. Dia tahu, untuk menyiapkan masa depan yang baik untuk anakNYA terkadang dia juga harus menegur dengan keras. Saya belum pernah mengalami tsunami, karena itu saya ngga bisa berlagak mengerti apa tujuan Tuhan dalam mengijinkan peristiwa ini terjadi. Yang saya tahu, kehidupan saya pun tidak selamanya indah, ada juga masa masa susah dan sedih. Yang saya tahu, masa – masa itu mengajarkan banyak hal dan membuat saya menjadi lebih kuat.

Alam bukanlah sesuatu yang harus kita takuti ataupun harus kita sembah. Sama seperti Alkitab, alam menceritakan kemuliaan Tuhan. Dan saat saya melihat alam saya melihat Tuhan yang dengan asyik menggambar kamar tidur anak – anakNYA. Ketika saya duduk di bangku di bawah pohon, saya melihat Tuhan yang sebelah tanganNYA mengurusi peroalan dunia dan sebelah tanganNYA menggoyang daun, menyentil kadal dan burung sambil tersenyum. Saya kira Tuhan menikmati saat – saat itu sama seperti saya juga menikmatinya.

Tentu saja masih banyak hal – hal lain yang tidak masuk akal mengenai Tuhan. Tapi saat ini, ketiga hal inilah yang paling membuat saya heran. Pada akhirnya saya mengerti kenapa Tuhan tampak tidak masuk akal. Ketika saya memandang Tuhan hanya sebagai Tuhan yang bertahta di awan – awan maka semuanya itu memang tampak tidak masuk akal. Tapi ketika saya melihat Dia sebagai seorang Bapa yang merindukan anak – anakNYA maka semuanya tampak masuk akal.

Beberapa tahun yang lalu ada film berjudul “ Finding Nemo” yang menceritakan kisah yang terjadi di laut. Kita bisa saja menonton film ini seperti kita menonton film ilmu pengetahuan, dengan notes d tangan kiri dan pulpen di tangan kanan, siap mencatat setiap spesies laut yang muncul di film ini. Kita juga bisa saja menganggap film ini sebagai sumber pembelajaran moral dan etika, ingat hiu – hiu yang bertekad menjadi hiu yang penuh kasih dengan cara menjadi vegetarian? Tapi jika kita melakukan hal itu kita mungkin akan melewatkan cerita utama film ini, yaitu mengenai seorang ayah yang kehilangan anaknya dan melakukan segala cara termasuk menyebrangi lautan dan mempertaruhkan nyawanya untuk bisa bertemu kembali dengan anaknya.

Kita bisa menggunakan Alkitab sebagai bahan pembelajaran teologis, referensi etika, kitab sejarah ataupun kitab perilaku dan sopan santun tapi pada dasarnya bukankah Alkitab menceritakan seorang Bapa yang kehilangan anak – anakNYA dan begitu rindu untuk berkumpul kembali dengan anak – anakNYA sampai – sampai Dia bersedia mengorbankan diriNYA?

Sebagai Allah dia tidak masuk akal, tapi sebagai Bapa dia sangat luar biasa.

Keabadian

Salah satu pengarang novel yang bukunya menarik buat saya adalah Anne Rice. Buku-buku yang dikarang Anne Rice sebagian besar bertemakan kehidupan kaum vampire, novelnya yang paling terkenal mungkin Interview With The Vampire soalnya udah difilmin dengan bintang Tom Cruise. Yang menarik dari cerita-cerita Anne Rice adalah karena semua ceritanya berputar di sekitar tema keabadian. Mahluk-mahluk vampire yang hidup abadi yang tak pernah bisa mati kecuali dibunuh. Walaupun begitu, sekalipun mereka memiliki kehidupan abadi yang diimpikan banyak orang, tampaknya bagi sebagian besar vampir hal itu lebih berupa kutukan karena kebanyakan dari mereka menghabiskan waktu dalam kebosanan dan tidur panjang. Kecuali dalam novel The Mummy, keabadian dalam cerita Anne Rice lebih berupa kutukan daripada berkat.

Kenapa saya tertarik dengan konsep keabadian? Karena sepertinya banyak orang yang menginginkan untuk menghindari penuaan dan kematian. Tentu saja cuma sedikit orang yang benar-benar cukup gila untuk mengharapkan hidup abadi, tapi kebanyakan orang ngga ingin menjadi tua dan mati. Saya ga bermaksud ngebahas misteri kematian dan keabadian, saya cuma pengen ngobrol soal keabadian dan pemuridan. Memang nyambung? Apa hubungannya antara hidup abadi dengan pemuridan?

Salah satu orang yang saya kagumi adalah Papa Ten Boom. Siapa? Kok namanya kaya nama tokoh di buku cerita anak-anak? Nama Papa Ten Boom sendiri mungkin kurang terkenal karena yang lebih terkenal adalah Corrie Ten Boom,anak perempuannya. Siapa sih keluarga Ten Boom itu? Keluarga Ten Boom hidup di masa Perang Dunia 2 di Belanda. Papa Ten Boom sendiri adalah seorang tukang jam yang membuka toko kecil untuk menghidupi keluarganya. Ga ada yang istimewa dari Papa maupun keluarganya, pada dasarnya mereka adalah keluarga Kristen kecil normal yang baik. Ketika Perang Dunia 2 pecah dan Nazi Jerman menginvasi dan menduduki hampir seluruh daratan Eropa, termasuk Belanda, barulah keluarga ini menunjukkan keistimewaannya. Sepeerti di negaranya sendiri, Nazi Jerman yang menduduki Belanda juga bermaksud untuk menghabisis orang-orang Yahudi di sana dan perintah penangkapan orang Yahudi pun dikeluarkan.

Keluarga Ten Boom,walaupun bukan Yahudi, memutuskan untuk menyembunyikan teman –teman Yahudi mereka di rumah mereka sekalipun resikonya bila ketahuan mereka akan dianggap penghianat dan diperlakukan sama dengan orang Yahudi. Tanpa satupun keberatan, semua keluarga Papa Ten Boom termasuk anak-anaknya bersedia menanggung resiko itu. Pada akhirnya, tentara Jerman mencium tindakan mereka dan keluarga Ten Boom pun ditangkap dan dibawa ke kamp konsentrasi bersama –sama orang Yahudi yang mereka sembunyikan untuk dibunuh di sana. Di kamp konsentrasi,kecuali Corrie, semua keluarga Ten Boom meninggal terbunuh disana termasuk Papa Ten Boom. Papa Ten Boom meninggal seorang diri di kamp konsentrasi seorang diri tanpa ditemani keluarganya. Ketika perang berakhir, Corrie Ten Boom menjadi seorang pembicara terkenal yang mengkotbahkan kasih dan pengampunan Tuhan, termasuk kepada orang –orang Jerman yang membunuh keluarganya di penjara.

Yang membuat saya kagum pada Papa Ten Boom adalah karena tak ada satupun anak-anaknya yang mengingkari iman mereka kepada Tuhan sekalipun mereka terancam kematian. Yang lebih hebat lagi,anaknya yang selamat,Corrie Ten Boom, tidak menjadi kecewa pada Tuhan tapi justru mengkotbahkan kasih dan pengampunan Tuhan sampai akhir hidupnya. Dan yang paling hebat, 60 tahun sesudah Papa Ten Boom meninggal, hidupnya tidak hilang begitu saja tapi masih bisa memberkati seseorang di tempat yang jauh yaitu saya. Bisa dibilang kehidupan Papa Ten Boom tidak pernah berakhir dan masih memberkati banyak orang, denagn kata lain sekalipun Papa sudah pulang tapi dia masih hidup abadi. Saya lebih tertarik pada keabadian seperti ini daripada keabadian yang membosankan milik para vampire.

Entah bagaimana cara Papa Ten Boom mengajar anak-anaknya sehingga bahkan dalam keadaan yang paling berat, semua anak-anaknya tetap setia pada Tuhan. Dia bukan hanya berhasil mengajar tentang Tuhan, tapi lebih dari itu dia berhasil membawa anak-anaknya mengenal Yesus secara pribadi. Seperti seorang pelari estafet yang berlari dengan baik dan menyerahkan tongkat pada pelari berikutnya, Papa Ten Boom berhasil mewariskan hal terpenting dalam hidupnya dan pertandingan terus berlanjut tanpa terhenti.

Tidak semua orang berhasil meninggal dan hidupnya tetap abadi sampai puluhan tahun kemudian, kebanyakan orang gagal. Sebagian orang meninggal dan langsung dilupakan begitu saja seolah-olah dia tak pernah hidup. Sebagian orang meninggal dan meningalkan kenangan buruk bagi orang-orang yang pernah disakitinya. Dan bagi sebagian orang, ketika mereka meninggal mereka tidak hanya terlupakan bahkan berusaha dilupakan karena kenangan yang ditinggalkannya terlalu buruk untuk diingat. Ketika saya membaca cerita tentang Papa Ten Boom, mungkin itu pertama kalinya saya ga ingin hidup saya dilupakan begitu saja, pertamakalinya saya menginginkan keabadian dan pertama kalinya saya ingin meninggalkan jejak kaki di bumi ini. Bagaimana caranya? Dengan menyampaikan tongkat estafet pada pelari berikutnya, dengan kata lain pemuridan. Nah, nyambung kan antara pemuridan dan hidup abadi?

Saya bisa sampai sekarang ini karena mama dan engkong saya bekerja dan jaga toko supaya ada uang untuk sekolah, untuk saya beli buku dan tahu banyak hal. Saya bisa sampai sekarang ini karena pembimbing-pembimbing saya di gereja yang meluangkan waktu buat ngajar dan terutama buat sabar ngadepin saya yang cenderung keras kepala dan temperamen tinggi. Dalam banyak hal, sebenarnya kita hidup dengan mengorbankan banyak orang karena kita bisa terus maju karena pengorbanan orang-orang yang sudah maju duluan sebelum kita. Karena itu,pada dasarnya seorang pembimbing adalah batu yang dipijak supaya murid yang dibimbingnya bisa berjalan lebih jauh. Seperti orangtua saya yang berusaha cari uang supaya saya bisa dapet pendidikan yang lebih tinggi dari mereka supaya saya bisa memulai hidup saya dari posisi yang lebih baik, seorang pembimbing belajar dan berjalan sejauh mungkin supaya murid yang dibimbingnya bisa memulai start dari tempat yang lebih jauh. Kalau seorang pembimbing memulai startnya dengan pengajaran yang nilainya 20, dia harus belajar lebih banyak supaya murid yang dibimbingnya bisa memulai start dari pengajaran yang nilainya 40. Kalau seorang pembimbing hanya mengandalkan pengajaran yang dia terima dari pembimbing sebelumnya dan ga ngembangin itu, murid yang dibimbingnya juga cuma mulai start dari nilai 20 atau mungkin kurang, kalo gitu sih lari di tempat.

Saya berbicara seolah-olah saya udah jadi pembimbing yang hebat, apakah seperti itu? Jujur aja,ngga! Sampai sekarang saya dipercayakan 7 orang untuk saya bimbing dan dari 7 orang itu, 2 hilang karena kelalaian dan kemalasan saya. Secara pengajaran, saya pikir saya sudah mengajarkan semua hal yang terpenting yang saya dapet dan saya pegang selama ini. Tapi secara hubungan emosional, saya pikir saya ga begitu deket dengan mereka. Kenapa? Karena saya kurang percaya diri menjadi pembimbing mereka, karena saya pikir saya belum pantas jadi pembimbing mereka. Kenapa? Saya cukup percaya diri dalam hal pengajaran soalnya saya hobi baca buku dan belajar banyak hal, tapi dalam kehidupan pribadi saya rasa masih banyak banget bolongnya. Kasarnya sih, karena ngurus diri sendiri aja susah, saya ngerasa ga percaya diri ngurus orang lain. Kalo gitu kenapa saya terima tanggung jawab buat ngebimbing mereka? Yang pertama sih memang karena ga ada orang lain yang punya waktu luang buat ngajar. Tapi alasan kedua dan paling utama adalah karena walaupun saya ngerasa saya belum pantas buat ngebimbing mereka, karena suatu alasan yang saya ga ngerti Tuhan memilih untuk mempercayakan mereka pada saya,makanya saya terima. Tau darimana Tuhan nitipin mereka ke saya dan bukan ke orang lain? Ya didoain dulu sebelum saya terima.Pada dasarnya, saya belum menjadi pembimbing ideal yang saya impikan dan semua yang saya tulis di sini tuh gambaran pembimbing ideal yang saya punya.

Anak adalah fotokopi orangtua mereka. Sebagian karena anak-anak secara natural memang mencontoh orangtua mereka dan sebagian lagi karena orangtua, secara sadar maupun ga sadar, membentuk anak sesuai dengan diri mereka atau impian mereka.
“ Orangtua tahu apa yang terbaik buat anak,anak ga tahu apa -apa dan sebaiknya diam saja ngikutin apa kata orangtua”. Pendapat seperti ini, terutama di negara-negara Asia, sudah jadi hukum umum di dalam keluarga. Anak harus mengikuti perkataan orangtua karena orangtua sudah hidup lebih lama dan lebih berpengalaman jadi lebih tahu. Dalam banyak hal tentu saja hal ini memang benar dan sangat bijaksana untuk mendengarkan pendapat orangtua. Yang jadi masalah adalah ketika hal ini berlanjut seumur hidup dan sang anak ga pernah dapet kesempatan untuk menjadi dewasa. Orangtua yang pedagang menginginkan anaknya menjadi pedagang juga, sekalipin sang anak mungkin ingin jadi pelukis. Orangtua yang olahragawan mungkin menginginkan anaknya lebih banyak beraktifitas di luar sementara mungkin sang anak lebih suka diam di kamar membaca buku atau ngoprek komputer. Atau mungkin orangtua ingin anaknya melanjutkan mimpi mereka. Seorang ibu yang gagal menjadi artis mungkin berusaha dengan segala cara supaya anaknya menjadi artis sekalipun mungkin si anak itu sendiri lebih tertarik bekerja di pertambangan,misalnya. Atau mungkin kita pernah ketemu dengan orangtua yang mengatur segala tingkah laku anak bahkan sampai ke hal yang paling kecil,misalnya cara yang benar untuk makan kue dan bersikeras anaknya melakukan hal yang persis sama?

Mungkin hal yang paling sering dilupakan adalah sekalipun anak dilahirkan orangtua, anak bukanlah properti milik orangtua. Anak adalah seorang pribadi yang punya pikirannya sendiri, punya caranya sendiri dan yang paling penting punya jalan hidupnya sendiri yang mungkin sama sekali berbeda dengan jalan hidup orangtuanya. Pada akhirnya,walaupun orangtua yang membesarkan dan mendidik anak, keputusan terakhir mengenai jalan hidup seseorang haruslah dipilih oleh orang itu sendiri. Pada waktunya, tugas orangtua yang terakhir adalah menahan diri dan memberikan kuasa untuk memilih itu pada anak mereka, sekalipun jalan yang dipilih itu salah atau terlihat salah di mata orangtua.

Kalau anaknya mau jadi penjahat gimana? Masa dibiarkan begitu saja? Kalau anaknya sudah dewasa dan sudah waktunya memutuskan jalan hidup mereka sendiri,ya. Tugas orangtua adalah berdoa dan percaya anak mereka akan kembali dan menunggu dan bersiap pada saat sang anak membutuhkan mereka. Ketika anak itu kembali, orangtua tidak mengomel,” Apa gua bilang.Salah kan?” tapi diam dan menerima. Cukup baca kisah anak yang hilang untuk mengerti apa yang saya maksud. Lagipula, sekalipun orangtua ga berhak untuk menetukan pilihan anak, orangtua bisa mengajarkan jalan hidup mana yang baik dan mana yang salah. Jadi kalau ada anak yang kemudian pengen jadi penjahat, saya harus bertanya-tanya apa aja yang diajarin orangtuanya?

Kenapa saya bicara panjang lebar tentang pendidikan anak? Karena pembimbing adalah seorang bapa rohani dan murid yang dibimbing adalah anak rohani. Dan masalah yang sama yang muncul dalam hubungan ayah-anak juga muncul di sini. Seringkali seorang pembimbing tanpa sadar membentuk anak bimbingannya supaya menjadi sama dengan mereka. Jadi kalau pembimbingnya biasa turun ke jalan dan menginjili anak jalanan, anak bimbingannya pun diharapkan seperti itu,misalnya. Tentu saja ga masalah kalau anak bimbingannya belajar pelayanan bapa rohaninya lagipula sepertinya terkadang Tuhan memang memasangkan anak dengan bapa rohani yang mempunyai visi dan pelayanan yang sama,tapi tidak selalu. Kalau misalnya anak yang tadi lebih terpanggil untuk pelayanan musik tapi kemudian dipaksa ikut pelayanan anak jalanan tentu saja ga akan maksimal bahkan bisa ga tahan dan kabur.

Saya ngerasa terpanggil untuk pelayanan di bidang pengajaran dan konseling dan saya suka baca buku. Sejujurnya, saya juga pengen anak-anak rohani saya juga hobi baca buku karena menurut saya banyak hal yang bisa dipelajari dari buku. Tapi, ga semua anak-anak rohani saya hobi baca buku malahan sepertinya mayoritas ga kuat baca buku lama-lama.Tentu saja saya pengen dan berharap ada yang punya visi dan minat yang sama dengan saya, walaupun begitu saya harus nahan diri untuk ga memaksakan visi saya pada mereka. Tapi jujur aja, saya sangat gregetan kalo liat orang yang hobi baca buku terutama buku rohani. Tapi saya juga sadar kalo tiap orang punya cara sendiri untuk mengenal Tuhan. Misalnya, saya ga terlalu hobi denger musik rohani tapi mungkin bagi sebagian orang ketika mereka mendengar lagu rohani dan ikut menyembah, mereka connect dengan Tuhan. Bagi saya,jalur connect-nya lewat baca buku. Dalam soal kebiasaan, kalo saat nyanyi lagu pujian biasanya saya nyanyi dengan suara sekeras mungkin biarpun fals.( Sekali waktu saya ikut misa katolik dan waktu nyanyi diliatin orang-orang soalnya volume nyanyi saya yang paling rendah pun masih terlalu keras buat sebuah misa..malu juga.:) …) Tapi walaupun saya nyanyinya fals dan keras bukan berarti anak rohani saya harus gitu kan? Puji Tuhan sih ngga ada yang kaya gitu, soalnya kalau sama keras dan falsnya kesian jemaat yang laen.

Seperti seorang ayah yang melepas putrinya di pernikahan, seorang pembimbing pada akhirnya juga melakukan hal yang sama. Ketika anak rohani mereka masih baru lahir, seorang pembimbing mengajarkan banyak hal dan mengenalkannya pada nama Yesus,calon pengantinnya di masa depan. Ketika tiba waktunya, pembimbing akan membawa anak rohaninya dan meyerahkannya pada Yesus. Setelah itu, seorang ayah akan mundur dan membiarkan anaknya memulai hidup baru dengan Mempelainya dan ga ikut mencampuri urusan rumah tangga mereka. Mungkin sekali waktu ketika anaknya marah dan kecewa pada Mempelainya, dia akan pulang ke rumah ayahnya. Dan disinilah fungsi ayah sebagai seorang penasihat yang menghilangkan rasa marah dan kecewanya dan mengantarkan lagi anaknya pada Mempelainya.

Seperti seorang ayah yang berjalan di tepi pantai dan meninggalkan jejak di pasir pantai yang basah sementara di belakangnya anaknya yang masih kecil berjalan dengan menapak di bekas kaki ayahnya. Akan tiba saatnya sang anak tidak lagi berjalan di bekas jejak kaki ayahnya tapi membuat sepasang jejak kaki lain yang berjalan beriringan dengan jejak kaki ayahnya.

Pada akhirnya, seorang pembimbing hanya bisa menahan diri ketika anak rohaninya memilih jalan hidup mereka sendiri. Sekalipun tampaknya jalan yang dipilih itu salah, pembimbing harus menahan diri. Seperti anak yang sedang belajar berjalan, anak pun terkadang jatuh. Dan orangtua yang baik tidak mencegah anaknya jatuh tapi membantu anaknya berdiri. Dan kalau suatu saat anak itu kembali dari jalan yang salah, pembimbing tidak bicara apa-apa tapi segera menghampiri dan memberikan jubah dan sepatu dan cincin dan mengadakan pesta besar.