Pria Simpanan dan Preman

Hmmm....hari masih gelap, tapi sepertinya sebentar lagi pagi
Aku terjaga dari tidurku, bangun dan duduk di ranjangku
Di sebelahku sesosok tubuh perempuan terbaring lelap
Seandainya aku bisa mengatakan kalau dia istriku, tapi sayangnya bukan
Seandainya aku juga bisa mengatakan kalau aku mencintainya, tapi juga tidak
Bagiku dia majikanku, dan baginya aku hanyalah mainan favoritnya..saat ini...
Ah...waktunya bangun dan pergi ke kamarku sebelum pelayan lain memergokiku

Sambil berjalan, aku teringat masa lalu
Kalau dipikir-pikir, nasib ini sungguh aneh
Dibuang keluarga dan menjadi pelayan di rumah ini
Majikanku memperlakukanku cukup baik, tapi istrinya bahkan lebih “ baik ” lagi
Dia sendiri yang datang dan menawarkanku tempat di ranjangnya

Untuk sesaat aku bimbang, bukankah itu dosa ?
Tapi, kenapa tidak ? Aku masih muda dan tubuhku menginginkannya
Tapi bukankah itu menyakiti Tuhan ?
Tuhan ? Tuhan yang diam saja ketika keluargaku membuangku ?
Tapi bukankah Tuhan akan menjadikan semuanya baik ?
Baik di mananya ? Aku hanya pelayan di rumah ini...tapi seandainya nyonya menyukaiku, kehidupanku akan lebih baik dan aku bisa memuaskan masa mudaku.
Tunggulah Tuhan dan Dia akan...
Tidak, aku tidak mau menunggu. Aku lelah menunggu mimpi tak jelas, lebih baik aku mengambil apa yang ada di depan mataku saat ini.

Kehidupan ini tidak jelek..
Tuan sering pergi untuk kerja sampai berhari – hari dan tidak pernah curiga
Nyonya menyukaiku dan aku bisa hidup nyaman
Mungkin ini bukan hidup yang kuimpikan, tapi tidak jelek..


***********


Bayaran bulan ini tidak terlalu banyak, mungkin para pedagang itu harus diingatkan lagi karena jasa siapa mereka bisa berdagang dengan aman tanpa takut dirampok. Sedikit uang tanda terimakasih karena sudah menjaga barang dagangan mereka harusnya tidak seberapa. Mungkin para pedagang kikir itu harus belajar apa arti kata tidak aman sebelum mereka mau berterimakasih.

Hahh...menjadi preman kecil di kota kecil...betapa jauh dirinya terbuang.
Dulu hidupnya tidak seperti ini...dulu dia wakil direktur perusahaan besar.

Dulu hidupnya bagaikan anak bangsawan, tapi sekarang dia terbuang di kota kecil berdebu ini, menjaga barang dagangan para pedagang yang tak tahu terimakasih itu.
Dan semuanya karena mertuanya sendiri, direktur perusahaannya, cemburu pada kesuksesannya di perusahaan itu.
Hahh...padahal mertuanya yang tidak sanggup memimpin, tapi dia yang dipecat dan berakhir di sini.
Tapi...ini juga tidak jelek, setidaknya dia berhasil membalas dendam...

Senyum tersungging di bibirnya, ketika dia teringat lagi ketika pisaunya menembus tubuh mertuanya yang bodoh dan tidak kompeten itu.
Ya..tahun lalu mertuanya datang ke kota ini mencarinya...
Masih banyak pegawai di perusahaan itu yang menginginkan pergantian pemimpin yang lebih kompeten. Dan mertuanya datang ke sini untuk menyingkirkannya, untuk memastikan tidak ada saingan yang akan berebut kepemimpinan dengannya.
Hahh...tapi dia lebih cepat dari mertuanya yang lamban itu.
Ketika mertuanya masuk ke toilet dan para pengawalnya berjaga di luar, itulah saat belatinya membayar semua dendamnya.

Harusnya tidak dia lakukan itu, bukan itu yang Tuhan inginkan
Tapi dendam yang terbayar itu terasa manis
Walaupun kosong....perusahaannya kosong...semua pegawainya tercerai berai karena konflik internal yang berkepanjangan. Sebagian dari pegawai mendukungnya tapi sebagian menolaknya karena dia membunuh mertuanya sendiri. Dan sekarang perusahaan itu kosong...
Dan dia tetap terjebak di kota kecil ini.

Tapi, ini juga tidak jelek...
Setidaknya dia “ direktur ” dari sebuah jasa keamanan
Mungkin ini bukan profesi impian
Tapi, ini juga tidak jelek...


***********


Bagaimana kalau seandainya Yusuf ternyata memilih untuk menerima rayuan istri Potifar ?
Bagaimana kalau seandainya Yusuf lebih memilih untuk memuaskan masa mudanya ?
Bagaimana kalau seandainya, daripada menunggu Tuhan mewujudkan mimpinya, Yusuf memilih untuk mengambil jalan yang mudah ?

Bagaimana kalau seandainya Daud memutuskan bahwa dendamnya pada Saul lebih penting dari apa yang Tuhan inginkan ?
Seandainya Daud lebih memilih untuk main hakim sendiri daripada menyerahkan perkaranya pada Yang Adil ?
Seandainya daripada menunggu waktunya Tuhan, Daud berusaha untuk menjadi raja dengan caranya sendiri ?

Seandainya kita memilih untuk meyerah dan membiarkan diri kita terbawa arus ?
Seandainya kita memilih untuk bertindak sendiri daripada menunggu Tuhan ?
Seandainya kita memilih untuk membuang mimpi-mimpi kita dan mencukupkan diri dengan hidup yang mengikuti dunia ini ?

Yusuf sang perdana menteri....dan yusuf pria simpanan
Daud sang raja....dan daud yang preman
Seandainya Yusuf bertahan sedikit lagi...seandainya Daud percaya sedikit lagi....
Dan.....Puji Tuhan....mereka memang bertahan, mereka memang percaya, mereka menunggu dan Tuhan bertindak, dan mimpi mereka terwujud, dan Alkitab menjadi lebih berwarna dengan kisah hidup mereka.

Sedikit lagi....bertahan lagi....percaya lagi....
Bangun lagi...merangkak lagi...berjalan lagi....
Sedikit lagi....Yesus ada di depan....dan tanganNYA terbuka.


PS : mungkin ada yang heran kenapa Daud perannya di sini jadi preman ? Well...ini pendapat pribadi sih, tapi kalau baca 1 Samuel 25 soal Daud dan Nabal, rasanya kok Daud macem preman yang jaga keamanan kambing domba Nabal terus minta uang terimakasih.
Memang sih kalo preman pasar, dia sendiri yang ganggu kemanan, dia sendiri yang minta uang keamanan. Sementara Daud emang beneran ngejaga kambing domba dari rampok...jadi ga preman – preman amat lah (>,<)'

Resep - Resep Bakmi Hangat

Pemberitahuan kepada para pelanggan, sekarang semua artikel - artikel yang ada di blog ini sudah dikumpulkan ke dalam 1 ebook supaya lebih gampang buat dibaca dan dibawa - bawa. Silakan didownload dan dikopi , gratis !
Tapi jangan diedit isinya, yah....

Ada 3 versi ebook yang saya sediakan, tinggal pilih aja cocoknya yang mana.

Format PDF ( format paling umum bisa dibaca di PC, Tablet, Smartphone )
Resep - Resep Bakmi Hangat.pdf

Format Epub ( format paling umum untuk Ebook Reader yang ada di pasaran )
Resep - Resep Bakmi Hangat.epub

Format Mobi ( format yang dipakai oleh Amazon Kindle Reader )
Resep - Resep Bakmi Hangat.mobi


Ebook ini sebenarnya saya buat dalam format Epub kemudian baru dikonversi ke PDF dan Mobi, jadi ada kemungkinan format Epub dan Mobi tampilannya tidak sempurna.

Lebih Baik Sakit Gigi Daripada Sakit Hati Ini

Ding Dong....Ding Dong...Ding Dong...
Apakah kau menerima xxxxx sebagai istrimu yang sah ? Yes, I do....
Dengan ini kalian resmi menjadi suami istri...
Dan....dimulailah masa - masa live happily ever after

Akhirnya, ada yang nyuciin baju kalo kotor
Akhirnya, ada yang masakin kalo laper
Akhirnya, ada yang mijetin kalo cape
Akhirnya, ada yang nemenin kalo tidur
Senangnya bisa nikah....

Eppp...tunggu....jangan lempar sendal dulu ato demo ala feminis...
Ini cuman contoh....contoh alasan ato motivasi buat nikah yang salah.
Normalnya...harusnya...bagusnya....pastinya...kalo mau nikah itu supaya bisa selalu bersama dengan orang yang kita sayang sampai kesudahannya kan? Bukan supaya punya pembantu baru? Yang kita inginkan bukan rumah bersih rapi,makanan hangat ato baju bersih kan? Tapi supaya kita bisa menghabiskan waktu bersama?

Yang kita inginkan bukanlah makanan lezat yang selalu tersedia...
Yang kita inginkan bukanlah pembantu – pembantu bersayap
Yang kita inginkan bukanlah rumah megah dengan jalan terbuat dari emas
Ketika tidak ada lagi tetes air mata, itu bukan karena kita akhirnya bisa hidup bagai raja, tapi itu karena akhirnya.....akhirnya...kita bisa bertemu sang Raja...dan menghabiskan waktu bersama sampai selamanya.

Menceritakan surga sebagai tempat dimana kita bisa hidup dengan segala kemewahan tanpa kesusahan itu bagaikan suami yang menyombongkan rumahnya yang selalu terawat tanpa pernah menyinggung sedikit pun tentang istrinya.
Bukankah surga menjadi surga karena Yesus ada di sana?

Dan bukankah neraka menjadi neraka karena..itu berarti....Tuhan tidak ada di sana ?
Ataukah neraka menjadi neraka karena mempunyai koleksi alat – alat penyiksaan terbanyak ?
Apakah neraka menjadi neraka karena...di sana....manusia ditusuk dibakar digiling direbus...?

Duduk termenung sambil menengadah ke atas....menengadah memandang surga
Mungkin....mungkin neraka ini tidak untuk selamanya
Bukankah Tuhan itu baik? Mungkin suatu hari nanti Dia akan datang ke neraka ini dan berkata kalau hukumanku sudah cukup.
Ya..ya...mungkin besok dia datang...mungkin lusa....mungkin minggu depan..bulan depan...tahun....

Tapi...bagaimana kalau seandainya Dia tidak akan pernah datang untuk selamanya ? Bukankah neraka diciptakan untuk kekekalan?
Tapi...mungkin juga Dia datang...
Mungkin hukumanku kurang, mungkin aku harus menebus dosa- dosaku? Mungkin aku harus menghukum diriku sendiri supaya Dia makin cepat datang ?
Hei...ada iblis di sana...mungkin dia bisa membantuku menyiksa dirku sendiri supaya dosaku cepat lunas...
Blis ? i-Blis ? Sini dong.....

Mungkin besok Dia akan datang.....
Tapi...bagaimana kalau Dia tidak akan pernah datang ?
Tapi..Dia kan penuh kasih ? Masa Dia akan membiarkan kita sampai selamanya di sini ?
Tapi bukankah neraka itu untuk selamanya sampai kekekalan ?
Mungkin sebentar lagi pintu itu terbuka dan Dia datang ? Mungkin besok ?
Dan keputusasaan pelan-pelan merayap.....disertai harapan kosong dan doa yang tak akan pernah terjawab.

Frustasi membuatnya meninju tembok...tapi kepalanya tetap dipenuhi suara – suara.
Mungkin kalau kepala dibenturkan ke tembok ?
Mungkin rasa sakit bisa menghilangkan dan membuat lupa akan keputusasaan ini ?
Mungkin kalau kakiku dipatahkan? Atau kuku jariku dicabuti ? Mungkin dibakar ? Apapun asal suara – suara yang menghantui kepalaku ini hilang.....
Mungkin iblis bisa membantuku menyakiti diriku sendiri....i-Blis.......sini dong...

Dalam dunia tanpa Tuhan, kita tidak perlu disiksa. Kita akan menyiksa diri kita sendiri hanya untuk melupakan bahwa kita ada di dunia tanpa Tuhan.
Dalam dunia tanpa Tuhan, harapan yang ada adalah kosong, doa yang dipanjatkan tidak terjawab, penantian yang tak berakhir, kesepian yang tak terpuaskan, dan satu – satuya hal yang nyata adalah penyesalan dan keputusasaan.

Dalam dunia tanpa Tuhan, keinginan untuk masuk ke pesta Tuhan sama beratnya dengan kesadaran kalau tempat kita bukan di pesta itu.
Seperti pengemis yang datang ke pesta para bangsawan, sekalipun dia berusaha bertahan tetap di pesta, pada akhirnya dia tahu tempatnya bukan di sana.
Sekalipun dia bisa menebalkan muka, dia akan selalu tahu kalau dia bukan bagian dari mereka.
Karena dia memakai baju rombeng pendosa dan bungkuk oleh penyesalan yang terlambat sementara para bangsawan anak Raja memakai baju iman dan berdiri tegak karena sukacita.

Baju iman hanya diberikan pada mereka yang percaya walaupun tidak melihat
Tapi saat ini dia sudah melihat surga dan kemuliaan Tuhan, bagaimana dia bisa menerima baju iman ?
Penyesalan yang terlambat, seandainya saat di dunia di mana Tuhan tidak terlihat dia memilih untuk beriman....
Surga ini bukan rumahnya, neraka pun bukan, tapi neraka adalah tempat di mana semua orang yang tidak mempunyai rumah pergi.....


Apakah saya pernah dapat penglihatan tentang neraka ? Ngga...
Atau mungkin pernah diangkat ke surga ? Ngga juga....belum...
Kalau begitu, kenapa saya menulis tentang surga dan neraka walaupun saya ga tahu bentuknya seperti apa ? Karena saya tahu surga menjadi surga karena ada Yesus di sana, bukan karena trotoarnya terbuat dari emas . Dan karena itu, neraka seharusnya menjadi neraka karena Yesus tidak ada di sana.

Apakah neraka tempat penyiksaan dan penghukuman ?
Saya juga ngga tahu, tapi yang saya tahu, dalam dunia tanpa Tuhan kita akan menyiksa diri kita sendiri dengan harapan Tuhan akan memaafkan kita. Atau saat kita sadar kalau itu hanya harapan kosong, kita akan menyakiti diri kita sendiri hanya untuk berusaha melupakan harapan kosong itu dan menggantinya dengan rasa sakit.
Dalam dunia tanpa Tuhan, daging yang terbakar lebih nyaman daripada duduk terdiam dalam kekekalan menatap pintu yang tak akan pernah terbuka dan Sosok yang tak akan pernah hadir.

Kenapa Tuhan tidak berbaik hati dan mengijinkan orang berdosa masuk ke surga ? Bukankah Dia penuh kasih ?
Tentu saja Sang Raja bisa mengijinkan pengemis masuk ke pestaNYA, tapi pengemis itu akan selalu tahu bahwa tempatnya bukan di pesta itu. Berdiri di tengah pesta megah dengan baju compang camping lebih menyakitkan daripada diam di tengah tumpukan sampah. Tak akan ada seorang pun yang bisa bertebal muka di hadapan Raja dan tetap tinggal di pesta selama dia berbaju compang camping.

Tidak bisakan Raja memberikan baju baru ?
Dress code untuk pesta Sang Raja adalah baju yang bernama iman . Iman yang percaya pada penebusanNYA, iman yang percaya pada yang tak terlihat.
Tapi saat orang tak percaya meninggal dan melihat segala kemuliaan Tuhan, bagaimana dia bisa memperoleh iman ? Bagimana dia bisa percaya pada yang tak terlihat sementara dia sudah melihat ?

Apakah tempat sampah adalah kekejaman sang Raja? Mungkin.....
Tapi seandainya berada di pesta dengan baju compang camping lebih menyakitkan, tempat sampah adalah kemurahan hati.

PS :
Sekali lagi, tulisan ini cuma pendapat pribadi saya tentang surga dan neraka. Sepeti apa sebenarnya surga dan neraka itu nanti sama – sama kita lihat kalau kita sudah “ pulang”.

Anjing, Kucing dan Gadis Tuli

Seorang pedagang yang baru pulang dari kegiatannya berdagang di ibukota sedang kebingungan. Kereta kuda yang dinaikinya mengalami kerusakan pada rodanya dan tidak bisa melanjutkan perjalanan, padahal saat itu dia masih di tengah gunung. Pedagang ini ingin pergi ke desa sebelah untuk mencari pandai besi yang bisa memperbaiki keretanya, tapi dia takut meninggalkan kereta itu sendirian karena kereta itu penuh berisi uang perak dan barang-barang jualan dari ibukota yang akan dijualnya di kota asalnya.

Pada saat dia kebingungan, seorang pemburu dengan anjingnya lewat di jalan itu. Dengan segera pedagang itu menghentikannya dan meminta tolong pada pemburu itu untuk menjagai keretanya. Pemburu itu setuju dan duduk berjaga dengan anjingnya sementara pedagang itu pergi.

Sampai waktu menjelang malam,pedagang itu masih belum kembali sementara pemburu itu harus segera pulang karena ibunya yang sudah tua dan hampir buta menunggu makan malam di rumah. Karena itu dia memerintah anjingnya untuk menjagai kereta itu sementara dia pulang. Dengan setia anjing itu berjaga tanpa memejamkan mata untuk beristirahat. Malamnya, pedagang itu kembali sambil membawa seorang pandai besi dan dia sangat gembira melihat anjing itu setia berjaga. Sebagai tanda terimakasih,pedagang itu memberikan sekeping uang perak pada anjing itu.

Anjing itu pulang sambil menggigit uang perak di mulutnya. Ketika pemburu itu melihat anjingnya pulang dengan menggigit uang perak,dia menjadi marah karena menyangka anjingnya mencuri uang itu dan kabur dari tugasnya. Dia mengambil tongkat dan memukuli anjing itu sampai mati. Di kemudian hari pemburu itu bertemu lagi dengan pedagang itu dan mengetahui duduk perkara sebenanarnya, tapi sudah terlambat,anjingnya sudah mati.


Di sebuah desa, ada seorang ibu yang mempunyai kucing yang sangat setia. Ketika ibu ini pergi bertani, dia menitipkan bayinya pada kucing itu untuk dijagai. Ketika kucing ini berjaga, seekor tikus besar memanjat ranjang bayi itu dan mencoba menggigit kupingnya. Dengan segera kucing ini mengejar tikus besar itu dan membunuhnya.

Tapi, ketika kucing itu mengejar tikus,seekor tikus besar lain diam-diam memanjat ranjang bayi itu dan menggigit kupingnya sampai berdarah. Tangisan bayi itu mengejutkan si kucing dan dengan segera dia berlari ke kamar majikan kecilnya. Melihat kupingnya yang berdarah, si kucing memanjat naik dan menjilati telinga majikan kecilnya untuk meredakan rasa sakitnya.

Tepat pada saat itu sang ibu pulang dan mendengar tangis bayinya segera berlari ke kamar anaknya. Dilihatnya kuping bayinya berdarah dan kucing peliharaannya sedang menjilati darah yang mengalir dari luka anaknya. Tanpa berpikir panjang, diambilnya tongkat dan dihajarnya kucing itu sampai mati. Ketika dia melihat bangkai tikus yang baru dibunuh kucingnya, baru dia menyadari kesalahannya. Tapi sudah terlambat,kucingnya sudah mati.

Seorang pendeta yang terkenal sifatnya keras dan galak sedang berkotbah di kebaktian hari minggu. Saat dia sedang berkotbah, dilihatnya 2 orang jemaat yang sibuk berbicara. Kedua jemaat ini saling bercakap-cakap sejak kotbahnya dimulai. Tanpa menanyakan apa yang mereka bicarakan atau kenapa mereka bercakap-cakap, pendeta ini dengan segera menegur dan menghardik kedua jemaatnya ini di depan jemaat-jemaat yang lain. Dengan perasaan malu karena ditegur di depan banyak orang, kedua jemaat ini berhenti bercakap-cakap. Dan pendeta itu melanjutkan lagi kotbahnya sampai selesai.

Yang tidak diketahui oleh pendeta ini, adalah bahwa jemaatnya yang mengobrol itu bukan mengobrol gosip. Salah satu dari jemaatnya itu terlahir dengan pendengaran yang tidak sempurna dan hampir tuli. Dan walaupun setiap hari minggu gadis ini tidak bisa mendengar musik pujian dan kotbah pendeta, dia tetap bersemangat untuk datang. Hari minggu itu, waktu dia bercakap -cakap dengan temannya dan ditegur pendeta, dia bukan mengobrol tapi temannya sedang menjelaskan isi kotbah dengan berbicara tepat di telinganya !

Ya, saya tahu kalau pendeta wajar saja kalau menegur jemaat yang dirasa mengganggu kotbahnya.
Ya, saya juga tahu walaupun kedua jemaat ini tidak punya maksud jahat tapi mungkin saja mereka juga mengganggu jemaat lain di sekitar mereka.
Tidak masalah siapa yang salah, apakah jemaatnya yang kurang sensitif atau pendetanya yang “ Hajar dulu nanya belakangan”.
Tapi, apa yang kita lihat dan pikirkan tentang sesuatu belum tentu sesuai dengan kenyataannya. Jangan terburu menarik kesimpulan dan menghakimi sebelum kita tahu duduk perkaranya. Dengarkan dulu apa yang sebenarnya terjadi, dan janganlah cepat marah ( Yakobus 1:19).

PS : Cerita anjing dan kucing itu berasal dari cerita legenda rakyat Mongol, tapi cerita pendeta itu pengalaman pribadi seorang teman.

Koleksi Mobil Babe

Keluarga Joshua punya garasi yang sangat besar...luar biasa besar...dan penuh dengan mobil. Mobil kecil, besar,balap, SUV, Hummer,Jeep dan segala macam jenis mobil lainnya. Tidak mengherankan, karena Joshua punya hobi mengkoleksi mobil, mobil yang diperolehnya dari segala penjuru dunia. Satu persatu dari mobil itu dirawatnya baik-baik, dan Joshua hafal semua hal tentang mobil-mobilnya. Singkat kata, bagi Joshua mobil-mobil itu sudah seperti keluarga yang sangat disayangnya.
Joshua mempunyai 3 orang anak, masing-masing mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Joshua sangat berharap suatu hari nanti anak-anaknya juga mencintai mobil-mobil itu seperti dirinya dan dia bisa mempercayakan mobil-mobil itu kepada mereka. Ketika anak-anaknya berulang tahun yang ke-21,masing-masing dari mereka akan menerima mobil.
Anak pertama dan tertua, akan berulangtahun yang ke-21 dan sebagai hadiah Joshua memberikan satu mobil kepadanya. Anak pertama menerimanya, tapi dengan hati yang tawar. Baginya, mobil itu adalah suatu kewajiban yang harus dipenuhi, dia harus merawat mobil itu dan memastikan mesinnya berjalan baik. Bagi anak pertama, sudah cukup kalau mobil itu bersih,servis berkala dan tangki bensinnya selalu penuh.
Anak yang kedua, pada ulangtahunnya yang ke-21 juga menerima mobil. Anak kedua sangat senang, baginya itu hadiah yang sangat hebat bagi dirinya. Dengan segera, dia membawa mobil itu ke bengkel dan merombaknya supaya sesuai dengan seleranya. Dicat warna pink metalik, penutup kursi dari bulu macan asli, mesin turbo, dan shockbreaker yang bisa diatur ketinggiannya hanya dengan menekan tombol di dashboard, tentu saja lengkap dengan sound system yang menggelegar. Anak kedua sangat sayang pada mobilnya dan selalu membersihkannya sampai mengkilat.
Anak ketiga dan bungsu, juga memperoleh mobil pada ulangtahunnya yang ke-21. Anak ketiga merasa sangat terhormat ketika diberi mobil itu karena dia tahu betapa sayangnya Joshua pada mobil-mobilnya. Bagi anak ketiga, adalah suatu kehormatan mendapat hak istimewa untuk mengendarai mobil yang sangat disayang ayahnya itu. Dengan teliti anak ketiga merawat mobil itu, dan walaupun mobil itu sudh menjadi miliknya tapi dia tidak sembarangan dalam memperlakukan mobil itu. Dia selalu bertanya kepada ayahnya perawatan terbaik seperti apa yang bisa diberikan untuk mobil itu. Karena,tentu saja setiap mobil itu unik dan perlu perawatan yang berbeda-beda supaya mesinnya selalu optimal.
Anak pertama bernama Duty ( tugas/kewajiban)
Anak kedua bernama Gift ( hadiah )
Anak ketiga bernama Privilege ( hak istimewa/kehormatan)
Cerita di atas sebenarnya perumpamaan untuk pasangan hidup kita, walaupun “mobil” di sini bisa juga berarti pelayanan,talenta,kekayaan,keluarga dan semua berkat dari Tuhan. Bagaimana cara kita memandang pasangan hidup kita akan menentukan bagaimana cara kita memperlakukan mereka. Bagi orang yang melihat pasangan hanya sebagai suatu keharusan atau kewajiban...” Yah, sudah selesai kuliah ya menikah,punya anak dan nunggu cucu. Sudah sewajarnya kan?Semua juga begitu”, maka asal pasangan kita mendapat makanan yang cukup dan selalu sehat sudah cukup.
Bagi sebagian dari kita, pasangan kita adalah hadiah yang luar biasa. Kita memperhatikan mereka,menjaga mereka dan memastikan mereka menjadi pasangan yang ideal....menurut selera kita. Perempuan harus pake baju pink,pintar masak,rajin ke salon dan mengajar anak. Rajin senam dan fitness supaya tetep langsing...dll dst etc. Pria harus agresif, harus berotot, tiap hari nelepon “ udah makan belum say?”. Pasangan kita adalah milik kita sepenuhnya dan kita yang membentuk mereka menjadi pasangan yang ideal.
Tapi, ketika Tuhan memperlihatkan kepada kita seorang pasangan, itu bukan semata-mata untuk memuaskan kebutuhan kita. Tuhan tidak memberikan pasangan, Tuhan mempercayakan seorang pasangan kepada kita ! Pasangan bukan kewajiban dan bukan hadiah yang bisa diperlakukan semau kita, pasangan adalah seseorang yang Tuhan percayakan kepada kita untuk dijagai dan dibantu supaya mencapai tempatnya yang maksimal.
Mungkin dia ga suka pake baju warna pink, sukanya pake baju warna putih dan bekerja di rumah sakit sebagai perawat atau dokter gigi. Mungkin dia ga bisa memasak tapi tau bagaimana cara berkotbah. Mungkin tangannya tidak berotot tapi sel otaknya six pack! Mungkin dia ga romantis tapi melihat anak kucing terlantar saja langsung hatinya tersentuh?Adalah suatu kehormatan ketika Tuhan mempercayakan seseorang pada kita, pastikan kita merawatnya sesuai yang Tuhan inginkan.
Bagaimana dengan penulisnya sendiri, saya sendiri? Apakah saya punya hubungan yang berhasil?
Well...saya adalah anak pertama dalam cerita di atas, dan saat saya menyadarinya, hubungan saya sudah berantakan,putus, dan saya menyakiti orang yang menyayangi saya. Dan saya berharap, Tuhan akan mempercayai saya sekali lagi dan memberikan Privilege. ^^

Kung - Kung

Perhatian : Ini cerita pribadi soal hidup saya dan bukan artikel rohani seperti biasanya, jadi jangan berharap dapet pencerahan abis baca ini ya ^^

“Kung....kung....bangun,kung....ada pertandingan bola di tipi. Mau nonton gak?”

Saya, umur 7 tahun, ngegoyang-goyang badan si kung-kung supaya bangun karena kung-kung saya hobi nonton bola. Waktu itu TVRI masih jaya dan kalau malem-malem suka ada acara “ Arena dan Juara” yang isinya pertandingan olahraga. Dan kung-kung saya nyuruh saya bangunin dia kalo ada tanding bola.

Kung-kung adalah panggilan saya buat kakek saya, dalam bahasa China,kakek dipanggil Akung. Buat saya, kung-kung itu sosok ayah karena saya ga punya ayah. Saya diangkat anak dari bayi dan mama angkat saya ga menikah karena terlalu sibuk ngurus keluarga dan toko. Keluarga saya semuanya termasuk saya, ada 5 orang. Kung-kung, mama saya, bibi, paman, dan tentu saja saya.

Kung-kung saya orangnya pendiam dan sepertinya selalu sibuk kerja. Waktu santai buat akung saya itu biasanya jam 3 sore waktu tidurnya, jam 5 bangun dan denger radio berita berbahasa cina, jam 6 – 8 malam jaga toko terus tidur ( kalo ga ada acara tanding bola di tipi) dan jam 6 pagi bangun denger radio sampe jam 7, masak aer dan bikin sarapan buat saya ( yang biasanya telor rebus dan susu ) dan jam 8 pagi buka toko. Selama bertahun – tahun sejak saya bisa mikir, begitulah kerjaan akung saya sehari-hari.

Menurut legenda turun temurun yang diceritain mama saya ^^, kung-kung datang dari cina taun 40-an dengan bawa bekal sekoper duit. Sialnya, koper duit ini dicuri di pelabuhan, waktu akung saya baru mendarat dan celingak – celinguk nyari yang jemput. Entah gimana caranya koper itu bisa dicuri, saya juga ga tau karena mama saya juga ga tau dan akung saya ga cerita. Singkat kata, akung saya pada akhirnya cuman punya modal baju ma celana dalem doang dan numpang hidup di rumah mertuanya yang udah dateng duluan ke Indonesia. Dan seperti kebanyakan orang cina waktu itu, akung saya mulai dagang kecil-kecilan dan nabung sampai bisa punya toko di Garut.

Kung-kung bukan tipe ayah yang hangat, ga heran karena jaman itu harus kerja kalang kabut supaya bisa makan mana punya waktu buat anak. Tapi, akung saya selalu nyuruh anak-anaknya rajin baca koran. Walaupun datang dari desa, akung saya hobi baca buku dan waktu dia meninggal dan saya beresin barang-barangnya, saya nemu banyak buku yang tebel-tebel.

Waktu saya diangkat anak di keluarga itu, secara finansial toko akung saya cukup baik dan dia ga harus kerja kalang kabut lagi jadi dia punya waktu buat ngasuh saya. Yang paling saya inget dari masa-masa itu; tidur di ranjang akung sama-sama sambil denger radio yang saya ga ngerti bahasanya, dibeliin dan diajarin naek sepeda, dan kalo pas hari sabtu dia jalan-jalan pagi ke tempat golf ( jalan-jalan doang,bukan maen golf...keluarga saya ga sekaya itu ^^ ) biasanya pas pulang bawa oleh-oleh bola golf hasil mungut di lapangan ( ilegal ga nih ? @.@ ). Akung saya jarang ngasi hadiah jadi saya masih inget kado-kadonya, sepeda, bola golf ( ilegal...) dan boneka anjing yang bisa gerak dan bunyi.

Tapi, walaupun akung saya baek ke saya, tapi saya anak durhaka!...cucu durhaka tepatnya...!!

Prestasi di sekolah sih lumayan, dan karena mama saya orangnya keras, saya bukan anak yang nakal...banget...Tapi, saya punya kebiasaaan jelek...nyuri duit! Awalnya saya nyuri duit buat beli majalah bobo dan sebangsanya karena saya hobi baca. Agak ironis sebenernya,karena akung saya nyuruh anak-anaknya hobi baca, mama saya justru ga suka saya beli majalah, buang-buang uang katanya. Makanya saya nyuri duit buat beli buku dan majalah soalnya ga dimodalin.

Ketauan berkali-kali ketangkap basah, dimarahin tapi ga kapok juga, dan jumlahnya makin lama makin besar. Yang awalnya cuma buat beli majalah akhirnya jadi buat “beli” temen, dipake traktiran makan dan maen game ding-dong. Waktu itu saya nyuri uang bisa Rp 10 - 15 ribu per hari, keliatannya ga gitu gede ya jumlahnya? Tapi itu 10 ribu di taun 80-an di mana bihun bakso+es jeruk cuman 500 perak, kalo diitung nilai sekarang mungkin sekitar 100 ribu? Atau lebih?

Waktu saya ngelanjutin SMP ke Bandung, saya numpang di rumah sodara yang lumayan berada. Tapi, kebiasaan jelek ini gak ilang malah makin parah karena buat anak culun yang baru datang dari desa ke Bandung, banyak hal yang saya pengen. Waktu itu saya bisa nyuri sampe ratusan ribu per minggu dari lemari sodara saya. Sekali lagi, ini ratus ribu di tahun 90-an yang nilainya sekarang mungkin....itung sendiri deh...*malu*....

Eniwei, lagi-lagi saya ketangkap basah dan...well....bumi terbelah langit terbuka laut bergolak macam jaman sodom gomora. Abis deh dimarahin, mama saya langsung dipanggil ke Bandung dan semua barang maenan yang saya beli disita.

Mama saya pastinya marah banget sampe agak histeris mau manggil psikiater segala ( buat saya,bukan buat dia), tapi yang bikin saya paling terpukul justru reaksi akung saya. Mama saya cerita, waktu akung saya denger kelakuan saya di Bandung, dia cuma diam dan langsung masuk ke kamarnya.......

Sudah hampir 20 tahun sejak hari itu, dan saya masih ingat reaksi akung saya itu. Saya ga bisa ngebayangin seperti apa reaksi mukanya karena waktu itu saya ga ada di sana, tapi mama saya cerita kalo akung saya kecewa banget. Sesudah kejadian itu waktu saya pulang dan ketemu akung saya sih reaksinya biasa-biasa aja, tapi saya tau dia kecewa.

Tapi sekarang, saya bersukur...bukan bersukur karena saya mengecewakan akung saya, tapi saya bersukur karena ada orang yang kecewa pada saya. Aneh? Ya.....memang aneh...tapi saya bersukur karena masih ada orang yang kecewa pada saya karena itu berarti akung saya punya harapan atas diri saya. Seandainya akung saya ga peduli dan ga berharap apa-apa atas saya, dia ga perlu kecewa. Saya akan lebih shock kalau akung saya justru ga bereaksi sama sekali. Saya bersyukur karena akung saya menganggap saya cukup penting untuk dipedulikan, cukup berharga untuk diharapkan dan cukup disayang untuk dimaafkan.

Kung-kung meninggal 4 tahun kemarin, dan saya bangga! Bukan...bukan bangga karena akung saya meninggal, tapi bangga karena saya ada di sisi kung-kung waktu dia meninggal. Kung-kung meninggal pagi-pagi di rumah sakit, waktu itu saya yang jaga malam dan keluarga lain masih di rumah. Kondisi akung saya waktu itu udah kehilangan kesadaran dan mungkin dia ga tau saya ada di sebelahnya. Tapi, kalau ada yang bisa dibanggakan dari hidup saya yang berantakan ini, itu adalah karena saya berhasil ada di samping kung-kung ( dan juga di samping mama saya ) waktu mereka meninggal. Karena saya pikir ga ada hal yang lebih menyedihkan selain meninggal seorang diri tanpa ada seorang pun keluarga di samping. Entah waktu itu kung-kung kondisinya sempet sadar atau ngga, saya bangga karena ada di sampingnya waktu dia meninggal.

Playgirl Of The Year

Orang bilang,waktu kau beranjak tua, ingatanmu akan semakin menurun. Tapi,mereka salah! Orang tua justru semakin banyak mengingat hal – hal yang pernah mereka lakukan dalam hidupnya. Memutar kembali film kehidupan dalam benak mereka dengan warna sephia atau hitam putih. Orang tua bernostalgia dan mengingat kenangan – kenangan manis, atau seringkali kenangan – kenangan pahit, nostalgia tentang cinta....

Eva, istriku yang kucintai dari masa mudaku sampai sekarang, yang kukenal setiap lekuk tubuhnya, setiap gerakan tangannya,arti senyumnya dan apa yang dipikirkannya.

Eva, yang kukenal sejak masa mudaku dan masa mudanya.
Pertemuan kami bagaikan kisah Cinderela, walaupun kisah cinta kami jauh dari dongeng. Eva pertama kali muncul di hadapanku dengan muka kotor dan bertelanjang kaki,baju kumal yang entah sudah dipakai turun temurun berapa orang dan rambut yang...yah, 3 botol sampo pun tak akan cukup untuk mengurainya. Dengan mata setengah berharap dan setengah takut, dia memandang mataku dan berdiri di hadapanku.

Aku? Aku adalah seorang pria muda dengan pakaian rapih dan menjalankan usaha keluarga yang sangat sukses. Kami tak mungkin bisa lebih berbeda lagi. Seandainya pertemuan pertama kami dilukis,maka lukisan diriku dan dirinya tak akan pernah berada dalam 1 kanvas yang sama, dipajang dalam 1 ruangan yang sama,atau bahkan kota yang sama,bahkan mungkin di bumi yang sama.

Tapi, cinta adalah cinta,sejauh apapun perbedaan kami. Kugandeng tangannya, dan walaupun mukanya terkejut dan bagaikan orang yang bermimpi,kami melangkah pulang ke rumahku.

Aku sendiri yang membawanya dan menungguinya di salon. Dengan tanganku sendiri kusentuh setiap bahan kain yang akan menjadi pakaiannya. Dan dengan mataku kuteliti setiap kilau perhiasan yang akan menghiasi jari tangan,lekukan leher dan daun telinganya. Dan sementara tangannya memegang sendok dan garpu penuh harap,dengan kedua tanganku sendiri kumasak makan malam untuk kami berdua.

Eva...betapa ku mencintaimu...dan apapun masa lalumu, darimanapun kau berasal, kusematkan cincin pernikahan itu di jari manisnya. Dan dengan memandang wajahnya, kuucapkan janji dan komitmen itu, janji setia untuk bersamanya selamanya, apapun....apapun!...yang terjadi. Dengan bangga kuperkenalkan dirinya pada semua orang sebagai istriku. Dan semua orang memujinya dan menyebutnya mempelai yang berbahagia.

Seandainya bulan madu kami berlangsung selamanya,seandainya waktu berhenti bagaikan foto pernikahan kami yang hanya menangkap momen – momen bahagia dan kemesraan.
Tapi, kau berubah ,Eva... kau tersenyum di hadapanku tapi matamu bermimpi dan pikiranmu melayang ke dunia lain, kau mendengar ceritaku di siang hari tapi menyelinap keluar di malam hari.
Aku tahu siapa yang kau mimpikan dan kemana kau pergi, Eva. Kau kembali ke jalan dan bercumbu dengan pria dari masa lalumu!!
Tapi kau hanya tersenyum dan berkata kalau itu hanya cinta semalam. Dan aku memaafkanmu....

Tapi..matamu masih bermimpi, Eva...dan tanganmu menyembunyikan sesuatu dari mataku. Dengan mengendap – endap kau pergi membawa perhiasanmu, perhiasan yang kupilihkan dengan tanganku sendiri untukmu! Perhiasan yang kupilih untuk mempercantik dirimu! Perhiasan yang sekarang kauberikan pada kekasih barumu untuk menghabiskan malam di ranjangnya.
Dan aku memaafkamu karena aku mencintaimu..

Kini, matamu tidak lagi bermimpi...karena kau tidak lagi merasa perlu untuk memimpikan kekasih gelapmu...karena kini kau membawanya ke rumahku...rumahku!! Dan bermesraan di depan mataku, di depan mata anak- anak kita..dan kau membayarnya dengan uangku.
Sejauh mana kau akan menyakitiku, Eva? Sampai kapan kau akan merayu pria – pria dari jalan dan bersetubuh di rumahku? Sampai bila kau akan mempermalukan namaku sebagai suamimu? Betapa malu dan murkaku, kekasih yang kupungut dari jalan, yang kukasihi dan kuberikan janji setiaku,yang walaupun terbuang tapi kujadikan keluargaku sendiri, kini tanpa malu berlaku mesra dengan kekasih gelapnya, berselingkuh di depan mataku dan dengan bangga mempertontonkannya pada dunia. Kau disebut orang mempelai yang berbahagia, tapi aku adalah mempelai yang dikhianati dan dipermalukan.

Tapi, Eva...kau adalah cintaku, denganmu aku mengikat janji setiaku, kau adalah mempelai dan keluargaku. Dan karena cinta dan janji setiaku,aku memaafkanmu dan mengubur sakit hatiku. Dan sekalipun dunia menghinaku dan menganggapku bodoh, kau adalah mempelaiku.


Cerita di atas adalah versi dramatisasi,hiperbolisasi dan sinetronisasi dari Yehezkiel 16 tentang Yerusalem yang tidak setia dan Allah yang tetap setia pada janjinya. Berkali-kali umatnya berselingkuh dan memuja allah lain, tapi Tuhan mengingat janjinya dan memaafkan umatnya. Dan walaupun bagi orang yang mengenalNYA pasal ini adalah kisah kasih dan kesetiaan Tuhan, bagi dunia kisah ini adalah kebodohan.

Isaac Asimov adalah seorang penulis kisah science fiction yang terkenal, terutama karena kisah-kisahnya mengenai robot. Asimov juga adalah orang yang merumuskan 3 hukum dasar robot. Dan Asimov adalah seorang atheis walaupun mungkin bukan dalam artian atheis yang umum dikenal. Bagi Asimov, tuhan seharusnya adalah tuhan yang mengharagai perbuatan baik manusia. Bagi Asimov, seorang atheis yang hidup benar adalah lebih baik dan lebih pantas masuk surga daripada seorang pendeta yang berkata Tuhan,Tuhan,Tuhan tapi hidupnya penuh kemunafikan.

Dan sejujurnya, saya tergoda untuk setuju dengan dia. Seorang atheis yang berbuat baik lebih bagus daripada seorang Kristen yang cuma bisa ngomong doang kan ? Masa iya orang baik masuk neraka tapi orang jahat masuk surga? Pendapat Asimov benar kan?
Salah! Kasih dan penerimaan Tuhan tidak ada hubungannya dengan perbuatan baik kita!
Kita diterima bukan karena kita baik,tapi karena Tuhan yang menerima kita, yang mengikat janji dengan kita,yang mengangkat kita menjadi keluargaNYA,mempelaiNYA,anak-anakNYA laki-laki dan perempuan.

Rumah Tuhan bukanlah hotel, dimana setiap orang yang sanggup membayar bisa tinggal dan mendapat pelayanan yang lebih bagus selama memberi uang tip. Tuhan bukanlah pria berpakaian jas berkumis licin yang menyambut tamu di pintu masuk hotel, membawakan koper dan menerima tip,berjalan hilir mudik membawa jus jeruk sementara tamu hotel bersantai di kolam renang surga.

Rumah Tuhan adalah....well,rumah. Rumah yang didiami sebuah keluarga dan tentunya hanya yang termasuk dalam keluarga boleh tinggal di rumah itu. Dan dalam sebuah keluarga, tidak masalah apakah anggota keluarga itu baik atau tidak, selama dia anggota keluarga,dia boleh tinggal di sana. Sekalipun seorang anak mendapat ranking 50 sementara anak tetangga mendapat ranking 1, bukan berarti anak tetangga yang boleh masuk rumah sementara anak sendiri diusir.

Dan seperti cerita di atas, Tuhan menerima kita karena Dia mengikat janji dengan kita dan kita menerima janjiNYA, karena kita kini mempelaiNYA dan keluargaNYA,bukan karena apa yang kita lakukan.

PS : nama Eva cuman asal comot ya,kalo ada yang namanya sama ya salahin ortu yang ngasih nama,jangan salahin saya.

Cara Membunuh Tanpa Merasa Bersalah

Darah di kapaknya terlihat tak nyata, cairan berwarna merah kental yang menetes perlahan dari kapaknya terlihat seperti air. Tapi sosok yang tergeletak di depannya sangatlah nyata, sosok yang bersimbah darah dan perlahan mendingin.
Raskolnikov termenung, rencana yang disusunnya berhasil. Akhirnya sampah dunia, Alyona Ivanovna, si tukang gadai kikir itu akhirnya tewas. Dunia seharusnya menjadi lebih baik dan uang milik Ivanovna bisa digunakannya untuk kebaikan. Paling tidak,itulah rencananya semula...
Orang yang tidak berguna dan merugikan dunia sebaiknya dibunuh saja demi kebaikan dunia ini. Dan Ivanovna memenuhi deskripsi rencananya. Sebagai orang yang kikir dan dibenci, dunia akan lebih senang jika Ivanovna mati. Dan uang yang dikumpulkannya bisa digunakan untuk kebaikan.
Tapi, Raskolnikov tidak tenang, rasa bersalahnya mengejarnya terus dan membuatnya ingin mengakui kejahatannya, sekalipun dirinya sama sekali tidak dicurigai polisi dan dia bisa bebas.

Cerita di atas adalah cerita dari novel Rusia abad 19, Crime And Punishment karangan Fyodor Dostoyevsky yang menceritakan seorang pemuda Rusia yang membunuh seorang tukang gadai karena pikirannya yang rasional beranggapan kalau wanita itu lebih baik mati. Tapi rasa bersalahnya menghantui hidupnya terus menerus, sampai akhirnya dengan dorongan dan dukungan Sonya, seorang wanita yang terpaksa menjadi pelacur tapi masih menjadi seorang Kristen, Raskolnikov akhirnya mengakui perbuatannya ke polisi dan dihukum di Siberia.
( cerita di atas saya tulis dengan kata-kata sendiri dan bukan terjemahan langsung dari bukunya)

Tentu saja, cerita di atas hanyalah novel klasik belaka dan pastinya tidak mungkin terjadi dalam kehidupan nyata. Lagipula, mana ada orang bodoh yang dengan sukarela masuk penjara hanya karena tidak kuat mengahadapi rasa bersalah. Atau ada?

Polisi-polisi di kantor polisi kota Phoenix, Arizona, sangat terkejut dan terheran – heran ketika seorang pria paruh baya masuk ke kantor mereka dan mengakui pembunuhan yang dilakukannya 20 tahun yang lalu. Tidak ada petunjuk yang mengarah ke pria itu dan polisi sendiri sudah memasukkan kasus pembunuhan itu ke dalam kategori “cold case”, kasus yang tidak terselesaikan karena kurangnya petunjuk. Seandainya pria itu tidak mengakui perbuatannya, kasus itu tidak akan pernah terselesaikan dan pria itu akan tetap bebas.

Tapi, seperti Raskolnikov, Kenneth Jackson, tidak pernah bebas. 20 tahun lalu dia membunuh tetangganya, seorang kakek berumur 78 tahun, karena Kenneth membutuhkan uang untuk kecanduan obat-obatannya. Kenneth kemudian melarikan diri ke California, membangun hidupnya dari nol lagi. Mendapat pekerjaan, sembuh dari kecanduan dan mejalani hidup yang baik. Tapi, rasa bersalah itu terus membuntuti sampai akhirnya dia menyerahkan diri ke polisi. Sekalipun tahu bahwa hukuman untuk pembunuhan dan perampokan yang dilakukannya berarti hukuman mati atau seumur hidup di penjara, tampaknya bagi Kenneth hidup dengan rasa bersalah lebih menyedihkan.

Orang bodoh? Mungkin sudah pikun karena usia yang setengah baya? Paranoid? Mungkin.....
Seandainya kita adalah Kenneth,kebanyakan dari kita akan memilih bersembunyi daripada bertanggung jawab.
Rasa bersalah? Tapi aku tidak bersalah, aku membunuhnya karena kecanduan obat...itu bukan salahku..
Hukuman? Aku sudah hidup dengan baik selama 20 tahun ini, aku sudah menebus kesalahanku
Rasionalisasi? Ah, korbannya juga sudah tua, seandainya tidak kubunuh pun, paling dia hanya hidup 2-3 tahun lagi.
Oh, kita punya banyak alasan untuk menyapu rasa bersalah kita ke bawah karpet, menutupinya dengan perabot mahal dan patung indah. Atau, kalau kita cukup pintar, kita bisa mengubah rasa bersalah itu menjadi piala kebanggaan yang kita taruh dalam kotak kaca dan dipamerkan bagi setiap tamu yang datang.

Ya, sebagian orang menemukan cara untuk membunuh tanpa merasa bersalah!
Caranya? Mudah....jadikan pembunuhan itu sebagai perbuatan mulia! Perbuatan baik yang membantu membuat dunia ini lebih baik.Seperti Raskolnikov, kita merasionalisasi dosa yang kita lakukan dengan menyebutnya sebagai perbuatan baik yang membuat dunia menjadi lebih indah. Itu bukan hal yang sulit kok, umumnya kita tidak mau menjadi tokoh jahat, kita semua ingin menjadi pahlawan kebenaran. Yang kita perlukan hanyalah sedikit logika dan rasionalisasi untuk menutupi dosa kita.

Dan mungkin tidak ada yang lebih baik dalam seni “mempercantik dosa” selain Hitler. Bagi Hitler, pembunuhan orang-orang yang cacat, orang Gypsy dan Yahudi dilakukannya demi kebakan dunia ini. Itu bukanlah pembunuhan, tapi pembersihan dunia dari unsur-unsur yang jelek dan merugikan. Orang-orang cacat bukanlah korban di mata Hitler, tapi sampah genetis yang harus dimusnahkan supaya tidak mengotori umat manusia. Tehnik pertama “mempercantik dosa” ? Jadikan korban dosa kita sebagai pihak yang jahat. Itu tidak sulit, lagipula kebanyakan dari kita terbiasa untuk hanya melihat sisi jelek dari seseorang. Tentu saja, ketika kita menempatkan korban dari dosa kita sebagai pihak yang jahat, kita akan menjadi pihak yang benar dan apapun yang kita lakukan untuk membersihkan “kejahatan” adalah sah dan bukan dosa bahkan perbuatan mulia.
Dan jutaan orang di Eropa meninggal karena seorang Hitler, belum termasuk jutaan lainnya yang meninggal akibat langsung maupun tidak langsung Perang Dunia 2 yang dikobarkannya.

Walaupun saya memakai tema pembunuhan dalam cerita ini, tapi sebenarnya semua dosa bisa kita percantik dengan rasionalisasi menjadi piala mulia, dan seringkali tanpa kita sadari. Mengakui dosa sama dengan mengakui kita adalah orang jahat dan salah, dan tidak ada dari kita yang suka melakukan hal itu ( kecuali mungkin orang-orang yang punya kecenderungan depresi dan menyalahkan diri sendiri). Dan kita merangkai berbagai alasan untuk meringankan, menghilangkan bahkan mempercantik dosa kita.

“ Ah, itu kan cuma dosa kecil, dianya juga ga rugi apa-apa ”
“ Tapi, saya cerita-cerita lagi ke orang lain bukan untuk ngegosip. Saya justru ingin membantu dengan mencari tahu pendapat orang-orang lain mengenai masalahnya ”
“ Itu bukan selingkuh, hanya kesenangan semalam. Itu kan diperlukan kalau kehidupan pernikahan membosankan “
“ Ah, perusahaan saya sendiri juga suka menipu pajak, saya ambil uangnya sedikit anggap saja karma dan hukuman untuk mereka “
“ Apa boleh buat, saya terpaksa menyuap polisi karena saya terburu-buru harus ke rumah sakit untuk menjaga mama saya “ ( Ini alasan saya dulu waktu nyuap polisi ^^ )
“ Kalau dia tidak kita bunuh, dia akan menyesatkan lebih banyak orang “
“ Bagus kan dia saya perkosa? Dia jadi bisa terkenal masuk TV” ( alasan paling konyol yang pernah saya baca )

Otak kita punya kemampuan untuk mebuat berbagai macam alasan untuk membenarkan tindakan kita. Dan kita sendiri punya keinginan untuk menghindari menghadapi kesalahan kita, bagi sebagian orang keinginan menghindar itu bahkan begitu besar sampai mereka mau mempercayai alasan paling konyol atau tidak masuk akal sekalipun.
Tapi dosa tetaplah dosa, sebagus apapun kita hias dengan kata-kata bijak, sekalipun kita terpaksa melakukan hal itu, sekalipun kita melakukan ( menurut pandangan kita) untuk kebaikan, dosa tetaplah dosa.
Jangan kubur rasa bersalah dan taruh nisan kata-kata bijak atau patung penghargaan di atasnya.
Jangan sembunyikan pelanggaran ( Amsal 28:13)
Dan berhati-hatilah jangan sampai kita ditipu pikiran kita sendiri, ujilah diri kita setiap waktu.
Siberia itu dingin, penjara itu ga enak, tapi hidup dengan menipu diri bukanlah hidup.

Mr Hyde...dan Dr.Jekyll ??

Strange Case of Dr Jekyll and Mr Hyde adalah nama novel klasik abad 19 karangan R.L Stevenson. Novel ini menceritakan seorang dokter bernama Henry Jekyll yang menciptakan sejenis obat khusus. Ketika Dr. Jekyll meminum obat ramuannya ini sendiri, muncul kepribadian baru dalam dirinya. Tapi, kepribadian baru yang bernama Edward Hyde ini adalah kepribadiannya yang jahat. Ramuan obatnya memunculkan kepribadian jahat yang membunuh orang – orang dengan kejam. Di akhir hidup Dr Jekyll, dia sepenuhnya berubah menjadi kepribadiannya yang jahat, Mr Hyde.

Panas....kotor....bau pesing dan kotoran manusia....muka-muka yang putus asa dan setengah gila...beberapa yang masih mempunyai keberanian,atau mungkin keputusasaan, memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri dengan meminta teman sebelahnya mencekiknya atau menceburkan diri ke laut saat ada kesempatan. Dengan rantai yang mengikat kaki dan tangan mereka, tidak banyak gerakan yang bisa mereka lakukan. Tapi, seandainya pun tidak ada rantai yang mengikat mereka, ruangan yang mereka diami begitu sesak. Setiap orang duduk bersandar pada lutut orang di belakangnya. Tidak ada cukup tempat untuk berbaring. Tidak ada WC kecuali beberapa ember yang ditaruh di sudut-sudut ruangan. Tidak ada udara segar selain bau badan dan kotoran yang menumpuk berminggu-minggu.

Abad 18 dan 19 ditandai dengan berkembangnya perdagangan budak dari Afrika sebagai pekerja di koloni – koloni Eropa di Amerika. Perdagangan budak merupakan usaha yang sangat menguntungkan dan setiap kapten kapal berusaha mengangkut budak sebanyak mungkin. Budak – budak itu ditempatkan saling berdempetan tanpa tempat berbaring untuk menghemat tempat. Setiap budak mendapat tempat yang sangat sempit, sekitar ¼ meter persegi, kira-kira seluas 3 ubin keramik di rumah kita. Untuk mencegah mereka memberontak, atau bunuh diri dengan melompat ke laut, budak-budak ini seringkali dirantai ke lantai kapal. Karena itu, para budak mengeluarkan kotoran di tempat mereka duduk. Tapi sekalipun mereka tidak dirantai, yang tersedia hanya ember yang ada di sudut ruangan dan tiap budak harus berjalan melewati ruangan yang penuh sesak untuk mencapai ember itu, lebih mudah untuk tetap di tempat. Makanan diberikan seminimal mungkin untuk menghemat biaya.

Perjalanan dengan kapal memakan waktu 1-2 bulan. Dalam kondisi seperti ini, kebanyakan budak memilih untuk bunuh diri dengan melompat ke laut jika mereka tidak dirantai, atau meminta teman sebelahnya untuk mencekik mereka. Atau, para budak ini dibunuh teman sebelah mereka sendiri dengan sengaja untuk mendapat ruang yang lebih besar dan mengurangi kesesakan ! Pria,wanita dan anak-anak dikurung dalam kondisi seperti ini berbulan-bulan. Dan jika muncul penyakit di kapal, bisa dipastikan semua terjangkiti. Tingginya tingkat kematian di antara para budak membuat kapten kapal membawa sebanyak mungkin budak dalam sekali perjalanan dengan harapan sekalipun ada yang mati, yang tersisa untuk dijual masih cukup banyak.

Salah satu dari pedagang budak ini adalah John Newton. John memulai karirnya sebagai pelaut pada umur 11. Terkenal karena sifatnya yang pemberontak dan perkataannya yang kasar, bahkan di antara pelaut sekalipun, membuatnya sering bermasalah dengan pelaut-pelaut yang lain. Sebagai pelaut di kapal budak, John melihat dengan mata kepalanya sendiri perlakuan pada budak – budak itu. Walaupun begitu, hal itu tidak mengusik rasa kemanusiaannya.

Perkenalan John dengan Yesus dimulai di tengah badai. Dalam salah satu perjalanannya, badai menghantam kapalnya dengan keras dan dalam keputusasaan John memanggil Tuhan. Dia selamat dari badai dan perjalanan rohaninya dimulai. Bertahun-tahun setelah badai itu, dalam kerohaniannya yang masih muda dan naik turun, John tidak berhenti dari perdagangan budak walaupun dia memperlakukan para budak dengan lebih manusiawi selama perjalanan.
Di kemudian hari, John Newton menjadi pendeta dan berteman dengan William Wilberforce, seorang politikus muda. Bersama dengan William, Newton berjuang untuk menghapuskan perdangan budak. Dan usaha mereka tidak sia-sia, Parlemen Inggris akhirnya melarang perdagangan budak dengan Slave Trade Act tahun 1807.

Tapi, yang membuat John Newton terkenal bukan hanya cerita hidupnya atau perjuangannya menghapuskan perbudakan. John Newton adalah pencipta lagu “ Amazing Grace”, lagu rohani yang mungkin paling terkenal. Lagu ini menceritakan pengampunan Tuhan yang begitu luar biasa bahkan untuk orang yang paling berdosa sekalipun. Apakah lagu ini ditulis berdasarkan penyesalan Newton ketika terlibat dalam perdagangan budak, tidak ada yang tahu karena lagu ini ditulis Newton bertahun – tahun sebelum dia aktif melawan perbudakan. Tapi, Newton mungkin orang yang paling mengerti arti kasih karunia Tuhan, arti dari Amazing Grace itu sendiri karena di masa tuanya Newton sangat menyesali keterlibatannya dalam perdagangan budak.

Dan sampai hari ini, lagu “ Amazing Grace” masih menceritakan kasih karunia Tuhan yang begitu besar. Bahwa setiap orang, sebesar apapun dosanya, bisa diselamatkan. Bagi kita, dan bagi Newton sendiri, perdagangan budak adalah satu hal yang sangat kejam dan mengerikan. Dan para pelakunya, seperti Mr Hyde, adalah pribadi yang sangat jahat. Pribadi yang sangat hitam dan tak ada setitik pun warna putih. Tapi, bagi Tuhan, tidak masalah sehitam atau sejahat apapun orang itu, dia bisa diselamatkan !

Ketika kita melihat orang yang jahat dan tidak mengenal Tuhan, mungkin kita putus asa berpikir hati mereka sudah sangat tertutup. Tapi, tidak pernah ada orang yang jatuh terlalu dalam sampai tangan Tuhan tidak sangggup menjangkau. Setiap orang yang tampak di mata kita sebagai pribadi yang jahat, sebenarnya membutuhkan Obat Khusus yaitu darahNYA untuk memunculkan kepribadiannya yang baik.

PS :
Walaupun perdagangan budak sudah dilarang di berbagai negara sejak abad 19, tapi dalam prakteknya itu belum berakhir bahkan semakin bertambah banyak. Perdagangan manusia/ Human Trafficking justru semakin meningkat jumlahnya di abad 21 ini. Banyak pria dan wanita dari negara-negara miskin dijual sebagai tenaga kerja murah atau pekerja sex. Sebagian dari mereka diculik paksa, sebagian lagi terpaksa menjual dirinya sebagai pembayaran hutang, dan ironisnya sebagian lagi dijual oleh keluarga mereka sendiri karena kemiskinan. Mungkin memang tidak ada lagi kapal-kapal budak dengan rantai tangan dan kaki, tapi perdagangan budak masih berlanjut. Pria dan anak-anak dijadikan tenaga kerja dan para wanita umumnya dipaksa menjadi pekerja sex baik di negeri mereka sendiri atau dijual ke negara-negara yang mampu membayar.

Kelihatan Gak Jempol Kakimu?

Tundukkan kepala!
Buka mata lebar-lebar!
Apa yang kau lihat? Bisakah kau melihat jempol kakimu?

Sejak kecil, kita mendapat berbagai macam makanan dari orangtua, dari keluarga dan dari teman-teman kita. Terkadang makanan itu makanan sehat, tapi terkadang juga makanan yang kita dapat bukan makanan sehat tapi justru junkfood, makanan tidak sehat. Makanan yang memberati badan kita dan membuat kita sulit berjalan.
“ Kau anak yang seharusnya tidak lahir di dunia ini! „...mendadak sepatu kita menjadi sempit. Kenapa? Karena tiba-tiba saja jempol kita ngegendutin!
„ Orang sepertimu tidak akan pernah berhasil!“....perasaanku saja atau baju jadi tambah sempit ya?
„ Maaf, tapi kelompok ini hanya untuk anak-anak gaul!“…susah juga cari celana ukuran 46…
„ Aku tidak mencintaimu,aku tidak menginginkanmu!“…waktunya ganti cermin baru yang lebih lebar, yang sekarang cuma kelihatan setengah pipi.

Semakin dewasa,semakin banyak junkfood yang kita terima dan semakin menumpuk di hati. Dan tanpa kita sadari, kita semakin berat dan semakin sulit berjalan.Untuk setiap langkah dalam hidup yang kita ambil, sepertinya memerlukan energi yang sangat banyak. Setiap hari, „lemak-lemak“ kegagalan,ketakutan,penghinaan dan penolakan membelit kaki dan tangan kita. Mau lulus ujian? Lemak kau-tidak-akan-pernah-berhasil membuat kita merasa sangat lelah. Mau pacaran? Lemak kau-tidak-layak-tidak-keren-tidak-gaul membuat kepala terasa berat dan menunduk. Mau pelayanan? Lemak tidak-seharusnya-eksis-di-dunia menahan kaki kita.

Dan kita berjalan terhuyung-huyung, bertanya-tanya kenapa hidup terasa sangat melelahkan. Bertanya-tanya apa yang salah dengan diri kita dan bertanya-tanya kenapa dewi kebahagiaan mencibir kepada kita sementara monyet penderitaan bergelayut di kaki.
Dan semakin jauh kita berjalan, napas kita semakin terengah-engah dan dada kita terasa sesak, sesak karena tangisan yang tertahan dan emosi yang terbendung.
Dan kita menyerah....kita terduduk di pinggir jalan kehidupan dan membiarkan orang-orang lain berlari melewati kita.Kita berhenti berjalan dan menelan pernyataan bahwa kita tidak berguna dan tidak diinginkan.
Dan sambil terduduk memeluk lutut, kita terbengong-bengong mengagumi orang-orang lain yang berlari dengan cepat.

Nicki Cruz sangat gemuk! Tidak heran, dia dijejali berbagai macam makanan junkfood dari kecil. Dianiaya secara fisik dan mental sejak kecil, bahkan ibunya sendiri mengatakan kalau Nicki adalah anak setan. Tidak dikasihi dan tertolak, Nicki pergi mencari komunitas yang mau menerimanya. Dan dia menemukan komunitas orang-orang sepertinya, komunitas orang-orang yang gemuk berlemak penolakan. Dan kelompok itu bernama Mau Mau. Nama yang lucu? Ya, sayang sekali perbuatan mereka tidak lucu. Mau Mau adalah gang yang terkenal kejam di jalanan Brooklyn. Dan Nicki hanya perlu 6 bulan untuk menjadi pemimpin mereka!

Sampai seorang hamba Tuhan menemukannya dan mengatakan Yesus mencintai dan menerimanya. Setelah terduduk sekian lama di pinggir jalan, dihindari dan tidak dipedulikan, tiba-tiba saja seseorang mengajaknya berlari lagi! Apakah Nicki mau? Tentu saja tidak! Dia mengancam hamba Tuhan itu, memukul dan mengusirnya berkali-kali. Sayangnya, Yesus juga ngotot dan bersikeras kalau kegemukan itu tidak baik. Sedikit demi sedikit, lapisan demi lapisan lemak penolakan disedot dan Nicki bisa bernapas lega, kesesakan yang dulu menekannya hilang. Bertahun – tahun setelahnya, Nicki berlari-lari lagi di jalan dan mengajak setiap orang gemuk putus asa yang ditemuinya untuk tidak menyerah.

Menjadi dewasa tidak mudah. Terkadang sebagian dari kita dilahirkan di keluarga yang mengasihi dan mendukung kita. Tapi seringkali kebanyakan dari kita terlahir di keluarga yang tidak harmonis, bahkan berantakan . Dan mungkin seperti Nicki, sebagian dari kita terlahir di keluarga yang menganiaya kita. Dan mungkin bukan hanya keluarga tapi juga lingkungan dan teman-teman.
Perkataan mereka,sikap mereka dan perlakuan mereka terkadang menyakiti dan memberatkan kita. Dan sepanjang perjalanan hidup, memori kita dipenuhi kenangan-kenangan yang menyakitkan.

Lelah? Ya!
Sesak? Ya!
Ingin berhenti berjalan dan terduduk membiarkan dunia berputar tanpa kita ikut terlibat di dalamnya? Ya!
Sayangnya, kegemukan itu tidak baik.
Untungnya, Yesus tahu itu.
Karena itu, Dia mengajak setiap kita yang letih lesu dan berbeban berat untuk datang kepadaNYA!