Pupu Dan Pohon Tua

Miii…miiiii…miiii…..miiirrhhhhhhh….
Suara jeritannya semakin lama semakin lemah dan serak…
Kakinya sudah mulai lemah dan matanya semakin sulit untuk terfokus…
Sudah berhari-hari dan sudah bermil-mil Pupu berjalan sambil menjerit-jerit meminta tolong...
Pupu sudah tak ingat lagi kapan terakhir kali dia merasa aman dan hangat di dekat ibunya.
Yang terakhir dia ingat adalah seekor anjing hitam besar yang mengejar ibunya dan membuat keluarganya tercerai berai.
Tentu saja keluarganya takut pada anjing,karena Pupu adalah seekor anak kucing!

Tapi dalam semilir angin Pupu mendengar suara yang berbisik memanggilnya, dan dia mengikuti suara itu.
Dan Pupu melihat sebuah lubang di bawah pohon dan dia merayap ke dalamnya...
Lubang itu kecil.....tapi hangat, dan terasa…lembut..
Dan Pupu tertidur di dalamnya

Ketika dia terbangun keesokan harinya, Pupu melihat bahwa lubang yang dia diami ada di bawah sebuah Pohon yang besar dan tua.
Pupu masih kecil dan dia belum mengerti apa-apa, tapi dia tahu kalau Pohon Tua ini yang semalam memanggilnya.
Dan Pupu kecil tahu kalau dia aman bersama Pohon Tua ini….
Dan sejak itu dia tinggal bersama Pohon Tua itu.

Pupu tidur berjemur di depan Pohon Tua..
Pupu meloncat dan bermain dengan daun-daun yang jatuh dari cabang Pohon...
Pupu tidur melingkar di bawah pohon Tua..
Pupu menyukai Pohon Tua itu, Pohon itu hangat..
Bagi Pupu,Pohon ini bukan hanya rumahnya tapi juga keluarganya...yang menjaganya bagaikan Ayah sendiri

Pupu mulai dewasa dan seperti semua kucing, dia selalu penasaran dengan semua hal.
Dan Pupu mulai menjelajah, dia memanjat Pohon Tua dan berjalan di cabang-cabangnya
Tapi cabang-cabang itu begitu banyak jumlahnya...
Pupu memilih salah satu dan berjalan sejauh mungkin di cabang itu
Tapi cabang itu begitu panjang…
Pupu mencoba memanjat setinggi mungkin..
Tapi Pohon itu begitu tinggi
Dan Pupu mulai takut….

Sejauh apapun dia berjalan,dia tidak pernah sampai ke ujung cabang..
Sejauh apapun dia berjalan,cabang itu tidak pernah habis..
Setinggi apapun dia memanjat, dia tidak pernah sampai ke puncak..

Pupu tidak pernah menyadarinya, selama ini dia hanya tahu bermain
Tapi…,Pohon Tua itu begitu besuarrrrrr…,dan tuinggiiiii….
Dan Pupu merasa takut…

Bukan rasa takut yang sama yang diingatnya ketika anjing hitam besar itu menyerang keluarganya
Pohon Tua yang menjadi rumahnya selama ini ternyata begitu besar, dan dirinya begitu mungil.
Rasa takut yang dirasakannya bukanlah rasa takut kengerian yang mencekik….
Rasa takut yang diingatnya dulu membuatnya ingin lari…
Tapi rasa takut yang sekarang membuatnya berlutut dengan penuh hormat…
Takut dan hormat akan Pohon Tua yang begitu besar...

Dan Pupu sekarang bersikap lebih hati-hati di depan Pohon Tua..
Pupu berjalan berjingkat-jingkat di depan pohon Tua..
Pupu membersihkan bulunya tiap hari
Pupu berjemur dengan sikap tubuh tegak
Tapi hatinya terasa sedih....

Pupu ingin memeluk Pohon tua…
Pupu ingin tidur di dekat Pohon Tua..
Pupu ingin bermalas-malasan dan dimanjakan Pohon Tua..
Pupu ingin kembali lagi menjadi Pupu kecil yang dulu…
Tapi,dia tidak lagi kecil…
Tapi,dia sudah melihat kebesaran Pohon Tua

Pupu kecil memandang Pohon Tua sebagai ayahnya..
Tapi Pupu yang sekarang memandang Pohon Tua sebagai sosok mulia berkuasa..
Pupu mencintai Pohon Tua, tapi juga takut dan menghormati Pohon Tua
Cintanya membuatnya rindu memeluk Pohon Tua,tapi rasa hormatnya membuatnya berlutut
Dan hatinya sedih...
Pupu ingin bersama Pohon Tua....
Tapi,dirinya begitu kecil...dan Pohon Tua begitu besar.....

Pupu ingin berdiri di sebelahnya
Dan hanya ada 1 cara!

Mi!!..Mimiiimii...miiemi....mimieemi....miii!!
( Terjemahan : Saat ini aku tidak tahu apa-apa dan tidak mengerti apa-apa! Tapi,aku akan berusaha menjadi kucing yang lebih baik, aku akan belajar dan berusaha supaya diriku yang esok hari lebih baik dari yang hari ini. Sampai tiba suatu hari nanti, aku akan berdiri di sebelah Pohon Tua bukan hanya sebagai anakNYA,hambaNYA,tapi juga sahabatNYA!! )


"Karena takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan“

PS :
In Memory of my two hamster, Pupu and Gokan.

Panda di Taman

Terkadang, kita mengalami perjumpaan-perjumpaan yang aneh…perjumpaan yang tidak biasa..tidak disangka-sangka dan tiba-tiba…yang membuat kita terkejut dan tak tahu harus berkata apa. Seperti itulah perjumpaan kami…

“Srek…srek..krosak…”
Bunyi aneh yang mncul dari semak-semak di sebelah kanan bangku yang kududuki. Ah, mungkin itu cuma kucing..lagipula sore hari di taman seperti ini pasti banyak kucing yang berkeliaran. Dan aku kembali menyandarkan punggungku di kursi dan mengamati satu keluarga yang sedang piknik. Di bawah matahari sore, 2 anak yang berlarian kejar-kejaran dan ayah yang membawa keranjang makanan dan ibu yang berjalan di sebelahnya tampak bagaikan image yang diambil dari sampul majalah keluarga. Dan aku tersenyum…tersenyum karena dunia ini indah.

“Srek..”
Suara itu muncul lagi…mungkin kucing yang sama..rasanya aku masih punya tuna sandwich sisa tadi siang, mungkin dia mau. Dan aku membuka tasku dan mengambil sisa sandwich dan memanggil ,” Pus…meong…keti..felix..bambang…hanibani…..”
“Srekkkk”
Sesuatu yang berwarna hitam putih muncul….punya 2 telinga…buntut pendek bulat..berjalan dengan 2 kaki ????
Dan di hadapanku muncul seekor…atau lebih tepatnya sebuah boneka panda !
Dan untuk sesaat kami berdua diam dan berpandangan…

„ Halo“, boneka panda itu bersuara
„ Kalau kau tidak menginginkan lagi sandwich itu, boleh itu untukku ?“
Tanganku terulur dengan sendirinya
„ Boleh aku duduk di sebelahmu? „
Aku mengangguk

Aku terkejut bukan karena boneka panda yang muncul, tapi karena kondisi boneka itu.
Tangan kirinya sepertinya tertarik robek dan tidak dijahit lagi, dan isi kapas mengintip dari tempat yang seharusnya pundaknya.
Matanya hilang satu dan di lehernya tampak melilit sehelai kain kotor yang sepertinya dulunya syal.
Dan hampir seluruh badannya dikotori tanah dan tempelan daun kering.
Tapi sepertinya dia tidak peduli dan sudah terbiasa, walaupun tangannya kotor tapi dengan santai dia makan sandwich. Tapi ...yah,boneka kan tidak bisa sakit perut...

„ Kau terpisah dari keluarga yang memilikimu?“
Dia menoleh , „ Tidak, aku tinggal di taman ini“
„ Kemana keluarga yang memilikimu? Apakah mereka tidak mencarimu?“
„ Tidak, aku tidak punya keluarga“
Caraya mengucapkan kata „keluarga“ terasa berbeda..terasa dingin..dan membuat rasa keingintahuanku muncul.
“Tapi, bukankah setiap boneka dimiliki oleh sebuah keluarga?“
Dia menghabiskan gigitan terakhir rotinya dan berkata , „ Mungkin dulu aku punya keluarga, tapi mereka tidak membutuhkan mainan rusak. Jadi aku pergi dan tinggal sendiri di taman ini. Kau bisa melihat keadaanku kan? Kau bisa melihat kalau aku rusak...damage....“

“Tapi, pastinya waktu kau pertama kali dibuat, kau tidak rusak kan? Pastinya kau sebuah boneka yang dibuat dengan sebaik mungkin dan dibuat untuk membahagiakan sebuah keluarga. Pastinya kau bukan boneka yang gagal produksi....“ , protesku.
Dia tersenyum....atau setidaknya kupikir dia tersenyum karena muka boneka itu tidak berekspresi...tapi setidaknya rasanya di matanya yang hanya satu itu kulihat sekilas senyum...
„ Kau orang baik...terimakasih. Tapi apakah itu pentng? Mungkin kau benar, mungkin aku terlahir sempurna. Mungkin kau salah, dan aku ini barang cacat produksi. Tapi, saat ini, bagaimanapun kedaanku dahulu, aku hanyalah barang rusak yang dibuang orang. Seperti yang kau lihat, sekarang aku rusak, 5 tahun lagi akau akan tambah rusak,10 tahun lagi aku akan sangat rusak dan 20 tahun lagi mungkin aku akan jadi alas salah satu sarang burung di taman ini. Apa pentingnya dahulu aku bagaimana? „
Dan aku terdiam

„ Tapi...aku mengenal seorang Pembersih yang hebat...aku yakin dia akan bisa memperbaikimu dan membuatmu jadi boneka yang bagus lagi „
Kali ini dia tertawa
„ Seharusnya sudah kuduga kalau kau kenalan si Pembersih. Terimakasih, tapi Pembersih itu hanya kabar gosip saja. Sejujurnya, aku tidak percaya kalau dia ada. Bahkan, kalaupun Dia memang ada, kerusakanku sudah terlalu parah dan tidak bisa diperbaiki lagi,aku hanya akan menyusahkannya .”
“ Lagipula, jangan tersinggung, tapi ini bukan pertama kalinya aku bertemu dengan orang yang mengaku kenalan Pembersih. Kau tahu, hidup sebagai boneka buangan membuatku sedikit lebih peka terhadap pandangan mata orang. Dan dari sebagian kenalan Pembersih itu, mereka punya pandagan mata yang sangat menolak dan sebagian lagi, walaupun mereka berusaha menyembunyikan mata mereka,tapi aku tahu aku tidak diinginkan. Jadi, seandainya Pembersih itu ada pun, kalau kenalannya saja tidak menginginkanku, apalagi Dia sendiri kan? “

“ Kalau begitu, bagaimana kalau kau ikut ke rumahku? Kau bisa bertemu keluargaku dan mungkin suatu hari nanti kau mau ikut bersamaku menemui Pembersih“
Dan sekali lagi dia tersenyum....atau kurasa dia tersenyum
„ Kau baik...tapi hanya karena kau baik bukan berarti semua keluargamu baik. Kau lihat sendiri, badanku kotor penuh tanah, aku akan mengotori rumahmu dan membuat masalah. Apakah keluargamu akan sabar dan diam saja ? Kau tahu, sekalipun kau memandikanku hari ini, sisa kotoran yang ada dalam tubuhku mungkin akan memerlukan waktu bertahun-tahun sampai bersih, kalau bisa bersih. Dan bagaimana dengan anak-anak di keluargamu? Mereka masih sanagt kecil, mungkin mereka akan tertular kuman dari tubuhku dan menjadi sakit. Kalau keluargamu menolakku, apa yang akan kau lakukan? Apakah kau pergi bersamaku dan tinggal di taman ini? Ataukah kau akan membela keluargamu dan membuangku? „
Dan aku kembali terdiam

„ Tapi...kau sendirian di sini....“
„ Tidak apa-apa, aku punya teman kok“, jawabnya.
„ Kau punya ? Apakah mereka teman yang baik? „
„ Terkadang, ada 2 orang anak yang datang ke taman ini dan bermain denganku. Memang mereka mainnya agak kasar, tapi mereka baik. Mereka bermain lempar-lemparan dengan menggunakan diriku, tangan kiriku yang robek ini terjadi waktu kami main lempar-lemparan. Dan terkadang kami main kejar-kejaran, aku berlari dan mereka mengejarku sambil melemparkan gumpalan-gumpalan tanah. Kau lihat kan tanah dan daun kering di tubuhku ini? Itu terjadi ketika kami bermain“

„ Tapi....itu bukan bermain...mereka hanya memanfaatkanmu dan merusakmu...itu bukan teman“
Dan untuk sedetik...aku bisa merasakan kemarahan...dan juga kesedihan dari suaranya
„ KAMI BERMAIN........KAMI BERTEMAN !!
„ Mereka datang kesini dan menghabiskan waktu bersamaku !“
Suaranya menjadi lebih perlahan
„ Setidaknya mereka tahu aku ada disini....dan aku diinginkan untuk bersama mereka menjadi permainan mereka...itu lebih baik daripada sendirian....tidak masalah apakah mereka merusakku atau tidak. Toh, aku sudah rusak, bertambah rusak pun tak mengapa“
Dan sekali lagi aku terdiam

Dia menghela nafas..atau setidaknya kupikir dia menghela napas dan turun dari kursi.
„ Langit sudah mulai gelap, kau sebaiknya pulang.Keluargamu menunggu di rumah kan?“
Aku berdiri dan berkata,“ Aku akan datang lagi ke sini’
Dia terdiam sejenak dan berkata , „ Aku tidak akan menunggu „. Dan kemudian masuk kembali ke semak-semak.

Sambil berjalan pulang aku berpikir
Dia benar,tidak semua orang dalam keluargaku dewasa. Sebagian mungkin akan menerimanya,tapi sebagian lagi mungkin akan berteriak dan mengusirnya.
Dan dia sudah kehilangan semua rasa percaya, bukan hanya pada dirinya tapi juga pada semua orang. Kata-kata indah saja tidak akan membuatnya percaya.
Ahh…mungkin lain kali aku akan datang lagi dengan beberapa teman, teman yang mau berteman dengannya. Dan kita akan membuat komunitas kecil di taman itu. Mungkin kalau dia sudah nyaman di komunitas, dia akan membuka hatinya sekali lagi. Dan mungkin dia akan mempercayai orang sekali lagi. Saat itu mungkin aku bisa membawanya ke Pembersih dan keluargaku yang lain . Dan mungkin saat itu dia akan belajar menerima kalau dirinya bukan barang rusak. Tapi yang pasti, kalau aku tidak bisa membuatnya mempercayai kata-kataku, dia tidak akan mau datang ke Pembersih, dan dia akan selalu menganggap dirinya barang rusak.

Tadaima 2X

Apa mimpimu?
Kalau saya ditanya pertanyaan ini, saya punya banyak jawaban yang berbeda-beda tergantung kapan waktu saya ditanyanya.
Waktu SD sampai kelas 3, saya pengen jadi arsitek
Waktu SD kelas 4 ke atas, saya pengen jadi penemu dan scientist ( sampe punya 1 buku khusus yang isinya rancangan alat-alat aneh ala anak SD….jangan tanya rancangan kaya apa, yang pasti Leonardo da Vinci bisa rendah diri kalau baca buku itu )
Waktu SMP, karena liat wushu keren, pengen jadi ahli silat
Dan waktu SMA , karena sering nonton anime jadi pengen jadi pilot Gundam HeavyArm atau ZGMF-X10A Freedomnya Kira Yamato ^^
( Hmmm..rasanya kok cita-cita gw tambah tua malah tambah aneh dan tambah mundur yah????)

Eniwei, cita-cita saya saat ini malah makin simpel, saya hanya pengen bisa ngucapin Tadaima 2 kali
(Tadaima : ucapan yang biasa diucapkan seseorang saat sampai di rumah, versi Jepang dari “ Honey, I’m home! “ )
Pasti ada yang heran dan nanya kenapa ga punya cita-cita yang lebih besar, misalnya jadi penulis yang karyanya dibaca orang sedunia dan puluhan tahun sesudah penulisnya meninggal tulisannya masih dikopi paste di seantero internet ? Pengen sih…tapi buat saya impian itu adalah kemurahan Tuhan. Kalau Tuhan mengijinkan saya jadi penulis, itu adalah kemurahan Tuhan. Dan kalau suatu hari nanti bisa jadi penulis yang bisa dibaca banyak orang ( Amin!!!!), itu juga karena kemurahan Tuhan yang mengangkat..dan saya berdoa untuk hal itu terjadi.

Tapi keinginan dan cita-cita saya pribadi, adalah mengucapkan 2 kali Tadaima .
Kenapa harus Tadaima ? Dan kenapa harus 2 kali ?
Tadaima yang pertama ingin saya ucapkan untuk keluarga saya.
Saya bermimpi, ketika suatu hari nanti saya pulang ke rumah, saya bisa mengucapkan Tadaima…dan ada orang yang menyambut saya.
Saya ga pengen begitu buka pintu, ada piring yang melayang perlahan ( bohong deh…kalo melayangnya perlahan mah UFO namanya, kalo piring dilempar ya melayangnya pasti cepet ! ) dan suara membentak,” Ga pulang seminggu! Kemana aja hah? Punya simpenan? Jangan pulang sekalian !!”.
Dan saya ga pengen ketika saya masuk, anak2 saya ga peduli papanya pulang atau ngga karena buat mereka ga ada bedanya papanya pulang atau ngga. Karena mereka sudah terbiasa dengan ketidakhadiran papanya dalam hidup mereka.

Tadaima diucapkan seseorang ketika dia tiba di rumah….rumah !!
Tatapan kosong dan piring terbang bukan rumah…..dan tentu saja bukan keluarga…
Mimpi saya, ketika saya mengucapkan Tadaima, ada orang yang menyambut…ada orang yang menerima…ada kelurga yang menganggap saya bagian dari mereka..bahwa saya bukan orang asing…bahwa saya diharapkan dan diinginkan disana….bahwa tanpa saya di tengah mereka, keluarga itu tidak lengkap..dan saya akan menutup pintu dan bersama keluaga.

Tadaima yang kedua ?
Untuk keluarga juga, tapi keluarga yang kedua.. ( wah , beneran punya simpenan nih ?? )
Kalau suatu hari nanti pekerjaan saya selesai dan tiba waktunya saya pulang…atau lebih tepat disebut berpulang…saya ingin mengucapkan Tadaima yang kedua.
Saat saya tiba di depan pintu gerbang mutiara…
Saat saya membuka pintu….
Saat saya mengucapkan Tadaima….aku pulang….
Saya bermimpi Yesus berdiri dan menyambut saya di balik pintu..
Saya bermimpi, Dia bukan orang asing bagi saya karena saya mengenalnya sepanjang hidup saya, dan saya bukan orang asing bagiNYA karena Dia memegang tangan saya seumur hidup.

Dan saya bermimpi, saya diinginkan dan ditunggu di sana..karena saya bagian dari keluarga.
Saya bermimpi, tanpa saya disana, Yesus akan tetap menunggu…. karena tanpa saya, keluarga disana tidak akan lengkap
Dan saya akan menutup pintu, dan ikut dalam kebahagiaan Tuanku. ( Mat 25:21)


PS : Tapi…mungkin kalo saya sampe di surga nanti, saya ga akan sempet ngomong tadaima…
Kenapa ?
Karena begitu sampai di pintu surga,sebelum sempat buka mulut,udah langsung ditubruk dan dipeluk Yesus….^^

Pengemis Kecil dan Bintang Laut

Well…cerita yang bakal saya tulis di bawah ini bukan cerita karangan saya. 2 cerita ini saya baca bertahun-tahun lalu entah di buku mana dan entah dikarang siapa. Bagaimanapun, kedua cerita ini sangat berkesan bagi saya dan masih saya ingat bertahun-tahun kemudian karena menjawab banyak hal buat saya.Cerita yang saya tulis ini tidak sama persis dengan aslinya tapi intinya sama. Semoga menjadi berkat…

Pengemis kecil
Aku berjalan di satu pagi yang cerah dan dunia terasa bagaikan tempat yang nyaman
Sampai aku bertemu dengannya
Seorang anak kecil yang duduk di pinggir jalan meminta-minta
Dan kenyataan menghantamku…kenyataan bahwa dunia ini tidak selalu indah
Di balik wajah kotornya, pengemis kecil itu tampak sangat manis…
Tapi juga lemah,ketakutan,tiada harapan dan tidak berdaya…

Bagaimana mungkin anak sekecil ini harus megalami hal sekejam ini ?
Dan mataku memandang ke langit..
Dan tinjuku menantang surga..
“ Tuhan,mengapa kau tidak melakukan sesuatu ? “
“ Kenapa Kau hanya diam saja ?“

Tapi langit terdiam..
Dan air mataku mengalir..
Kesedihan atas pengemis kecil itu..
Kekecewaan atas Tuhanku..

Dan langit terbuka
Dan Satu Suara berkata..
“ Aku sudah bertindak ! “
“ Aku menciptakanmu ! “

Bintang Laut
Kali ini aku berjalan di pinggir pantai, menikmati hembusan angin laut
Dan lihatlah, ada banyak bintang laut yang tersapu ombak ke pantai
Dan sementara matahari meninggi, bintang-bintang laut itu terdampar di pantai
Menunggu tanpa daya matahari mengeringkan dan membunuh mereka

Tapi..lihatlah…seorang pemuda berlari-lari di pinggir pantai
Setiap ditemukannya satu bintang laut yang terdampar, dilemparkannya kembali ke laut
Tapi betapa banyak pun bintang laut yang dilemparkan…
Ombak terus menerus mendamparkan bintang laut baru
Pekerjaan yang sia-sia...

Dan aku memanggilnya..
“ Apa yang kau lakukan? Tidakkah kau melihat pekerjaanmu sia-sia belaka?“
“ Pekerjaanmu tidak akan pernah berakhir..akan selalu ada bintang laut baru yang terdampar...“
“ Apa artinya...apa gunanya...sia-sia belaka….”

Dan dia menjawab
“ Kau benar...mungkin bagimu itu tidak ada artinya... “
“ Kau benar....pekerjaan ini tidak akan pernah berakhir...“
“ Tapi apa yang kulakukan ini sangat berarti......bagi bintang laut...“



Kenyataannya, dunia ini bukan tempat yang selalu indah..
Dan kita seringkali heran..apa sih yang Tuhan lakukan? Apa Tuhan sedang tidur ?
Tapi Tuhan tidak tidur...
Karena suatu alasan yang tidak akan pernah saya mengerti, Tuhan memutuskan untuk bekerja melalui kita..para manusia yang penuh dengan kegagalan dan kebrengsekan
Untuk suatu alasan, Tuhan memilih untuk bekerja melalui si pembohong bernama Abraham,si pemarah bernama Musa,pembunuh dan tukang selingkuh bernama Daud,.....dan mahluk rendah diri, berkecenderungan bunuh diri,dan tukang nyuri uang untuk membeli teman, sebagai penulis artikel sederhana yang (mudah-mudahan) bisa memberkati orang lain.
Tuhan tidak diam dan tidur...Dia bekerja...Dia menciptakan kita!!

Waktu saya masih SMA,setiap tahun ada angkatan baru yang masuk ke SMA saya. Dan setiap tahun akan ada anak-anak baru yang tidak mengenal Tuhan dengan segala macam masalah mereka. Walaupun setiap tahun ada anak yang bertobat, tahun depannya akan ada anak-anak baru yang terhilang. Dari sudut pandang dunia, pekerjaan yang dilakukan para pembimbing rohani saya adalah hal yang sia-sia. Tiap minggu, kadang setiap hari ,mereka datang ke sekolah saya dan mengajak anak-anak ikut komsel. Beberapa menangggapi, tapi sebagian besar menolak. Dan hal yang sama terulang setiap tahun...
Tapi, bagi saya, apa yang mereka lakukan sangatlah berarti. Karena saya adalah salah satu dari bintang laut terdampar yang diselamatkan. Dan apa yang mereka lakukan mengubah seluruh kehidupan saya, karena lewat mereka saya mengenal Yesus dan diselamatkan.

Biarpun mereka lupa dan tidak mengingat,
Saya akan selalu mengingat seorang teman wanita yang mengajak saya komsel
Saya akan selalu mengingat seorang teman pria yang membonceng saya ke tempat komsel dengan motornya
Saya akan selalu mengingat pembimbing yang menyediakan konsumsi dengan sungguh-sungguh
Saya selalu mengingat pembimbing yang menyediakan waktu untuk mengajar saya
Saya akan selalu mengingat seorang pembimbing yang berteduh di kost saya dari hujan dan mengajarkan cara membaca Alkitab bagaikan menggali harta.
Karena..itu berarti bagi saya…..

< ? = ? > ?

Mana yang lebih pintar ? Kamu atau Tuhan Yesus ?

Jawaban A :
Tuhan itu bodoh!! Sangat bodoh!! Ga ngerti bagaimana seharusnya cara mengatur dunia!!
Mana mungkin tuhan yang pintar bisa bikin dunia yang kacau balau kaya gini….dunia yang sepanjang sejarah selalu dipenuhi perang yang seringkali justru terjadi karena perbedaan di antara umatnya sendiri?
Mana mungkin tuhan yang pintar bisa membiarkan kejahatan dan ketidakadilan terjadi di dunia ini..orang jahat berkeliaran dan hidup seenaknya sementara orang baik mengalami kesusahan. Kalau dia tuhan yang pintar,harusnya dia ga membiarkan hal seperti ini terjadi.
Mana mungkin tuhan yang pintar membiarkan anak2 dijual kaum phedofil dan para wanita dijerumuskan dalam pelacuran ? Seandainya saya punya anak,saya ga akan membiarkan anak saya dijual atau dilacurkan, bagaimana mungkin tuhan cuman diam saja?
Dan kalau dia pintar,kenapa dia tidak memunculkan dirinya sendiri supaya kita semua melihat dan menjadi baik? Munculin tangan dari awan kek atau langsung saja turun dengan para malaikat dan ambil pemerintahan dunia? Kenapa malah bersembunyi dan membuat kita bingung?
Tuhan itu bodoh...dia tidak tahu bagaimana cara yang seharusnya untuk mengatur dunia..dan karena aku tahu bagaimana cara mengatur dunia yang lebih baik, itu berarti Aku lebih pintar dari tuhan !!

Konsekuensi jawaban A :
Seandainya tuhan yang lebih bodoh ( < ) daripada kamu atau bahkan sama pintarnya (= ), saat ini juga saya akan bangun istana termegah untukmu. Karena kamu lebih pintar dari tuhan, berarti kamu seharusnya menjadi raja dunia ini dan memimpin kami.
Tapi....ada tapinya...tolong buktikan kalau kamu lebih pintar dari tuhan. Tolong berikan jawaban untuk semua permasalahan di dunia ini, dari masalah politik,ekonomi,kesehatan,kematian,kesuksesan,kemakmuran,psikologi dll. Dan tentu saja karena itu jawaban yang muncul dari mulut orang yang lebih pintar dari tuhan jawaban itu pastilah jawaban yang sangat bijaksana yang akan diterima oleh semua manusia di muka bumi, jawaban final yang tidak akan bisa diperdebatkan.
Bisa ?

Jawaban B :
Walahhhh...jangankan lebih pintar dari Tuhan...cara bikin matahari aja saya ga tau. Cara bikin bintang,cara bikin buaya,cara bikin laut dan segala macam kerajinan tangan yang Tuhan bikin itu saya ga tau gimana cara bikinnya. Jangankan soal keadilan dunia, bagi roti dengan adil aja susah kok, apalagi mikirin dunia yang adil kaya gimana. Kalau saya aja ga ngerti gimana cara Tuhan bikin dunia ini,gimana saya mau bilang kalo saya lebih ngerti dari Dia soal ngatur dunia yang dia bikin ini ?
Gak deh....udah pasti jawabannya Tuhan yang lebih pinter ( > ) daripada saya.

Konsekuensi jawaban B :
Karena Tuhan yang lebih pinter, dan kita jauh lebih bodoh, berarti Tuhan tahu cara yang terbaik bagaimana mengatur dunia ini. Kalau kita merasa cara Tuhan salah,itu bukan karena Tuhan yang salah tapi karena kita yang ga mengerti. Dan karena kita ga mengerti, bukankah lebih baik kalau kita serahkan saja pada yang lebih mengerti ? Bukankah lebih baik kita diam dan mempercayai Tuhan? Percaya bahwa segala sesuatu terjadi demi kebaikan orang – orang yang percaya kepadaNYA ?

Kita punya banyak pertanyaan untuk Tuhan…saya pribadi punya sangat banyak pertanyaan..mengenai cara-cara Tuhan menjalankan dunia ini. Kenapa Tuhan mengijinkan satu hal terjadi dan hal lain tidak terjadi. Kenapa Dia melakukan A dan B di satu tempat tapi C dan D di tempat lain misalnya.
Tapi yang saya butuhkan bukanlah jawaban,tapi penundukan diri.
Pada akhirnya, bukan Tuhan yang harus menjawab pertanyaan kita,tapi kita yang harus menjawab, “ Mana yang lebih pintar,kita atau Tuhan?”
Seandainya kita lebih pintar dari tuhan, seharusnya sejak ribuan tahun lalu kita menemukan jawaban dan solusi untuk masalah2 dunia dan saat ini harusnya bumi menjadi surga.
Tapi,seandainya Tuhan yang lebih pintar, dan seandainya Tuhan memberi jawaban itu pada kita, kita tetap ga akan pernah mengerti karena tentu saja jawaban itu akan di luar pemahaman kita karena kita jauh di bawah kepintaran Tuhan.
Itu akan sama seperti seorang profesor menjelaskan teori fisi nuklir pada anak TK yang cuma bengong sambil jilat-jilat es krim.
Dan mungkin karena itu Tuhan ga repot2 menjelaskan pada Ayub mengenai keadilan. Dia cukup bertanya apakah Ayub bisa membuat bumi atau menggantung bintang di langit? Kalau menghitung 2+2 saja masih pakai jari , ga usah nanya soal fisi nuklir !

Seringkali kita melupakan arti kata Tuhan...Tuhan yang mencipta alam semesta..Tuhan yang berkuasa dan Maha Mulia. Sepetinya seringkali kita menganggap Tuhan hanya jin botol yang kerjanya mengabulkan permintaan kita. Dan ketika permintaan itu tidak dikabulkan, kita mulai meragukan kepintaran ( atau bahkan kewarasan ) Tuhan.
Tuhan adalah Tuhan !!
Dan sampai kita mengerti arti kata dan tunduk pada kata-kata itu, pertanyaan kita tak akan pernah terpuaskan.

7 Kurcaci

Heigh Ho…ayo kita pergi ke tambang…
Heigh Ho…ayo kita menggali…
Heigh Ho…ayo kita mencari permata
Heih Ho..Heigh Ho…Heigh Ho…..

Tampak 6 kurcaci meninggalkan gubuk mereka di tengah hutan dan pergi ke gunung…
6 kurcaci ? Bukankah seharusnya 7 ? Ke mana 1 lagi ?
Tampak 1 kurcaci kecil berdiri di depan pintu rumah sambil mengamati kepergian kurcaci-kurcaci yang lain.

Namanya Dopey, kurcaci kecil yang berdiri di depan rumah itu
Dopey mempunyai tinggi badan terpendek di antara kurcaci-kurcaci lain, dan oleh karena itu sementara kurcaci lain sibuk mencari permata, Dopey harus diam di rumah dan mengerjakan pekerjaan remeh seperti mencuci dan membersihkan rumah.
Dan Dopey tidak menyukai hal itu, dia ingin pergi bersama kurcaci lain mencari permata dan bukannya mengurus rumah

Ada satu cermin besar di rumah para kurcaci, cermin yang dulunya disita dari seorang ratu jahat.
Setiap kali Dopey melihat dirinya di cermin, seolah-olah cermin itu mengejek dirinya sebagai kurcaci terpendek di dunia.
Dan Dopey mendengar ejekan itu….
Pelan –pelan rasa rendah diri itu merambati tubuhnya
Perasaan yang mengatakan kalau dirinya adalah kurcaci terendah,terjelek,dan terlemah di antara kurcaci-kurcaci lainnya.

Dopey tidak menyukai perasaan itu…
Dia bermimpi suatu hari nanti dia akan menjadi lebih unggul dan lebih baik dari saudara-saudaranya
Tapi….Dopey yang malang..
Cermin besar itu selalu mengingatkannya tiap hari akan kekurangannya..kependekannya
Dan sumur rendah diri itu tergali semakin dalam dan semakin gelap…

Sampai suatu pagi, ketika saudaranya,Grumpy,sedang menyisir rambut di depan kaca dan Dopey kebetulan berdiri di sebelahnya..
Ada!...Ada satu hal dimana dia lebih baik dari saudara – saudaranya yang lain...
Grumpy itu.....kotor,berdebu dan hitam
Dan Dopey itu...bersih dan putih
Kurcaci – kurcaci lain mengahbiskan waktu mereka sepanjang hari menggali terowongan di gunung dan selalu kotor, dan mereka malas mandi karena mereka berpikir ,’ ..toh besok juga kotor lagi“
Sementara Dopey yang selalu diam di rumah dan selalu mandi tiap hari tentu saja jauh lebih bersih dari saudara-saudaranya
Hohoho...Dopey tertawa dengan senang dan bangga
Akhirnya....akhirnya dia menemukan satu hal dimana dia lebih unggul dari saudara-saudaranya...Dopey lebih bersih!!
Dan Dopey tidak membuang waktu, bagaimanapun sumur rendah dirinya menuntut siraman pujian
Dan dengan nada bangga Dopey menceritakan kebersihan dirinya kepada saudara-saudaranya.

Setiap pagi, saat Dopey bercermin, dia tidak pernah lupa mengingatkan saudara-saudaranya bagaimana bersihnya dirinya.
Semakin dalam sumur rendah dirinya, semakin banyak siraman pujian yang diinginkannya.
Untuk pertama kalinya, Dopey tidak lagi merasa rendah di hadapan saudara-saudaranya..
Untuk pertama kalinya, Dopey merasa lebih tinggi…
Dan Dopey ingin lebih tinggi lagi…setinggi mungkin, setinggi kedalaman sumurnya..

Kini, setiap pagi, Dopey tidak hanya menceritakan kebersihan dirinya tapi juga mencela kekotoran saudara-saudaranya.
Semakin banyak celaan yang dilontarkan Dopey, semakin senang hatinya..
Karena bukankah ketika dia mencela kekotoran saudaranya, sebenarnya dia sedang memuji kebersihan dirinya?
Dan sumur dalam hatinya semakin terpuaskan ?
Tapi…Dopey belum puas..sumurnya masih jauh dari penuh

Kini..Dopey tidak mau lagi bersentuhan atau bahkan berbicara dengan saudaranya
Kalau ada yang perlu dibicarakan...Dopey akan menulis di kertas
Kalau terpaksa bersentuhan..Dopey akan memakai sarung tangan atau sapu tangan supaya tidak bersentuhan langsung
Bagi Dopey, dirinya adalah mahluk suci yang tidak boleh bersentuhan dengan mahluk rendah seperti saudaranya
Tapi...batu yang dijatuhkan ke dalam sumurnya masih tak terdengar suaranya

Kini...Dopey tidak mau lagi tinggal bersama saudara-saudaranya yang kotor
Dan Dopey mengusir semua saudara-saudaranya dari rumah itu
Bagi Dopey, mereka bukan lagi saudaranya tapi mahluk hina yang mengotori rumahnya
Dopey adalah mahluk tinggi, dan saudara – saudara kurcacinya adalah mahluk rendah

Happily ever after?
Dopey tinggal seorang diri sampai hari tuanya, hanya ditemani cermin besar di rumahnya.
Bagaimanapun, tidak ada satu mahluk pun yang cukup bersih baginya selain dirinya
Bagaimana dengan kurcaci-kurcaci lain?
Mereka meninggalkan Dopey dengan senang hati, bagaimanapun mereka juga sudah muak dicela stiap hari.
Dan ke 6 kurcaci itu membentuk Asosiasi Penambang Pembenci Sabun, mereka membenci Sabun karena menurut mereka Sabun –lah yang membuat Dopey menjadi menyebalkan. Seandainya tidak ada Sabun, Dopey tidak akan bersih, dan jika Dopey tidak bersih,dia tidak menyebalkan.


“ Hanya orang berjiwa kerdil yang menginjak orang lain supaya terlihat lebih tinggi “

Ketika kita menunjukkan kesalahan orang lain dan menunjukkan hal yang benar, lakukan itu karena kasih, karena kita ingin orang itu menjalani hidup yang baru di dalam Yesus.
Tapi jangan hakimi orang lain karena kita ingin terlihat lebih baik dan lebih suci.
Jangan menghakimi orang lain untuk memuaskan ego kita
Jangan menjadi seperti orang Farisi yang dikecam Yesus karena mengajarkan Taurat untuk kemuliaan diri mereka sendiri ( Matius 23 )
Dan jangan pernah melupakan, kalaupun saat ini kita bersih, itu bukan karena usaha kita tapi karena ada “Sabun” yang membersihkan kita, Yesus !

B.F.F in Bible

Satu langkah maju, tiga langkah mundur..
Jantung yang berdegup kencang, tangan yang berkeringat dingin...
Padahal pintu itu jaraknya hanya beberapa meter, pintu yang sering didatangi dan dilaluinya setiap hari, jarak yang seharusnya tidak membuat tubuhnya lelah dan kakinya berat.
Tapi hari ini, beberapa langkah itu terasa sangat berat dan....ya, sedikit menakutkan.
Bagaimanapun , dibalik pintu itu berdiam seorang raja, rajanya!!
Dan hari ini dia tidak datang untuk memujinya atau membawakan persembahan ataupun menceritakan berita baik...tapi hari ini dia datang untuk mengacungkan jari tangannya dan menunjuk sang raja...
Untuk menghakimi kesalahan raja..rajanya sendiri!!
Bagaimana kalau raja marah dan membunuh dirinya? Ini bukan pertama kalinya dia mendengar dan melihat raja membunuh seseorang.
Bagaimana jika raja memutuskan kalau dia pembohong kurang ajar dan memenjarakannya?
Bahkan sekalipun dia menceritakan kesalahan raja yang didengarnya kemarin malam, siapa yang akan percaya? Raja yang membawa masa keemasan bagi bangsanya atau dia, pelayan raja? Siapa yang akan dipercaya rakyat? Tanpa perlu dipikir pun dia tau jawabnya, karena kalau dia sendiri dihadapkan pada pilihan yang sama,dia akan memilih untuk lebih percaya kepada perkataan raja daripada perkataannya sendiri.

Dan itulah yang membuat kakinya berat, bukan karena ketakutan, tapi kesedihan dan...kekecewaan.
Raja yang dihormatinya...raja yang dikaguminya..
Bertahun-tahun dia mendengar cerita kepahlawanan raja, bahkan menyaksikan beberapa di antaranya. Dia mengetahui setiap titik naik turun dalam kehidupan sang raja..
Kesedihan,keberanian,perang,konflik,dan bahkan cerita cinta sang raja.
Seperti semua rakyat bangsanya, dia sepakat tidak ada raja lain yang lebih pantas untuk menjadi raja selain raja di balik pintu yang akan didatanginya.
Dan karena itu, berita yang diterimanya tadi malam terasa sangat menyakitkan, pengkhianatan yang luar biasa. Bagaimana mungkin sang raja,rajanya!! ,sanggup melakukan hal itu?
Bagaimana mungkin seorang pemimpin luar biasa sanggup melakukan hal seperti itu? Perbuatan berdosa yang hanya dilakukan orang yang tak ber-Tuhan?
Masih pantaskah rajanya menjadi seorang pemimpin?
Dan kekecewaan memberatkan kakinya...tapi tugas menggerakkan kakinya..dan dia melangkah maju dan membuka pintu....


"Engkaulah orang itu".............Daud terkejut

"Aku sudah berdosa kepada Tuhan"..........Nathan terkejut!!

Beban berat terangkat dari pundaknya...dan bola besi yang memberatkan hatinya terlepas...
Rajanya tidak mengkhianati dirinya...
Nathan menyadari kalau rajanya hanyalah seorang manusia biasa yang bisa berbuat salah, Berapapun banyaknya lagu kepahlawanan yang ditulis rakyatnya untuk Daud, Daud tetaplah manusia biasa.
Kenyataan yang terpampang di depan matanya..Daud yang mengakui dosanya dan menangis meminta ampun menyadarkan Nathan akan kemanusiaan Daud.
Tapi, berapa kalipun Nathan melihat kemegahan Daud saat kembali dari perang, dia tidak pernah melihat kemegahan seorang raja melebihi kemegahan yang dilihatnya saat ini...kemegahan seorang raja yang berlutut dan menangis mengakui kesalahannya.
Berbuat salah adalah hal manusiawi..tapi mengakui kesalahan,meminta ampun dan bertobat adalah kualitas surgawi yang hanya dimiliki orang – orang yang bertemu muka dengan muka dengan Tuhan.

Dan Nathan melayani Daud seumur hidupnya
Dan Daud mempercayai Nathan sampai hari tuanya.

( diambil dari 2 Samuel 12 )


Cerita di atas tentu saja hanya rekaan dan dramatisasi dari kejadian sebenarnya. Kita tak akan pernah tahu bagaimana perasaan nabi Nathan saat mendatangi Daud. Yang kita tahu hanya Nathan cukup bijaksana dan peka untuk tidak mempermalukan Daud dengan menuduhnya langsung tapi memakai cerita pendahuluan.
Alkitab tidak banyak membahas bagaimana hubungan Nathan dengan Daud, apakah mereka bersahabat atau tidak.
Yang kita tahu, Nathan cukup mengenal Daud dan kehidupannya karena Nathan adalah orang yang menulis riwayat hidup Daud,dan juga anaknya Salomo, di Alkitab. ( 1Taw 29:29 , 2 Taw 9:29 )
Dan kita tahu bahwa Daud terus mempercayai Nathan bahkan sampai hari tuanya. Ketika Nathan datang membawa kabar mengenai pengkhianatan anak Daud sendiri, Adonia, Daud mempercayai dan tidak meragukan perkataan Nathan. Sekalipun yang dibicarakan Nathan adalah anaknya sendiri ( 1 Raja-raja 1:23-27).

Seandainya Daud punya Facebook, Nathan pasti termasuk salah seorang BFF – nya.
Kenapa ? Karena “ seorang kawan memukul dengan maksud baik ....“ ( Amsal 27 : 6 )
Jadi...jangan ragu untuk "pukul memukul“... ^^

PS : Kalo ada yang ga tau artinya BFF apa karena jarang pegang fesbuk ( saya salah satunya, punya fesbuk cuman ikut-ikutan), BFF itu singkatan dari Best Friend Forever

Romeowr Dan Julicat

Pasar Induk Caringin kota B, dari luarnya terlihat seperti pasar induk pada umumnya dengan manusia yang hilir mudik membawa berbagai macam barang dagangan. Tidak ada yang tahu, atau kalaupun ada mereka memilih untuk menutup mulutnya rapat – rapat, kalau pasar induk ini dikuasai oleh 2 kelompok geng kucing besar yang saling berperang. Klan kucing Mewtague menamakan diri mereka Gang Asin, dan klan kucing Catpule yang menamakan diri mereka Gang Amis. Saat matahari terbenam dan angin dingin menusuk tulang adalah saat dimana para anggota kedua gang bermunculan dan saling berkelahi.

Pertempuran ini sudah berlangsung bertahun – tahun dan disebabkan oleh alasan yang sangat penting bagi klan kucing Caringin. Geng Asin sangat memuja ikan asin dan memandang ikan asin sebagai mahluk suci sementara Geng Amis sangat memuja ikan segar dan beranggapan kalau toko penjual ikan segar adalah pusat alam semesta. Perbedaan pandangan inilah yang menyebabkan nenek moyang keluarga Catpule dan Mewtague berperang.

Sampai tiba masanya terjadi pertemuan tidak sengaja antara putra penerus keluarga Mewtague, Romeowr dan putri keluarga Catpule, Julicat. Pertemuan yang terjadi saat mereka sedang memburu satu tikus yang sama dan saling bertubrukan di bawah lapak bambu tukang buah melon di bawah sinar bulan itu menimbulkan kesan yang mendalam di hati mereka…( sekedar info, tikus yang diburu berhasil menyelamatkan diri saat kedua kucing muda ini saling bertatapan mesra, jadi tidak ada binatang yang dilukai dalam pembuatan cerita ini ! )

Tapi , tentu saja karena kedua muda mudi ini berasal dari 2 keluarga yang bermusuhan, mereka tidak mungkin bersatu. Berbagai cara dilakukan Romeowr dan Julicat untuk mendamaikan keluarga mereka, di antaranya mereka melakukan riset terhadap sejarah klan mereka dan menunjukkan kalau ikan asin pada mulanya pun adalah ikan segar…tapi usaha mereka gagal. Dalam keputusasaan mereka, Romeowr dan Julicat memilih untuk bersama-sama makan sarden kalengan kadaluarsa 7 tahun yang beracun dan mati bersama untuk mendamaikan kedua klan mereka. Kedua klan yang melihat pengorbanan mereka terharu dan memutuskan untuk berdamai. Semua kucing Caringin sepakat untuk bersama-sama memuja 1 mahluk, ikan! Tidak peduli apakah itu asin atau segar ataupun sudah dikaleng. Dan kedamaian kembali ke pasar Caringin.

Sampai setahun kemudian kucing Caringin kembali terbagi menjadi 2 kelompok, kali ini kedua kelompok terbagi karena masalah warna bulu. Geng kucing hitam berbelang putih dan Geng kucing putih berbelang hitam sama – sama menganggap diri mereka sebagai ras kucing sejati dan masing-masing menganggap kelompok lain lebih inferior. Dan sekali lagi pertempuran melanda pasar Caringin.

Dan sekali lagi Romeowr dan Julicat muncul untuk mendamaikan kedua kelompok ( kok masih idup????? Ya iyalah, kucing kan nyawanya 9. Mati satu kemaren masih sisa 8 ). Kali ini mereka bunuh diri dengan cara makan semangka yang diberi gula. Kedua kelompok yang bertikai pun terharu dan berdamai.

Alas!! Kedamaian ini pun tidak bertahan lama. Tak lama muncullah dua kelompok kucing yang menamakan diri mereka Geng Kucing Tetelan dan Geng Kucing Vegetarian. Geng Kucing Tetelan anggotanya merupakan peliharaan para pedagang daging sementara Geng Kucing Vegetarian dipelihara tukang sayur dan tukang buah. Tentu saja kucing yang dipelihara tukang daging lebih makmur dan gendut daripada kucing tukang sayur yang kurus-kurus. Perbedaan jurang ekonomi yang dalam ini berakhir dengan, lagi –lagi, peperangan. Dan, lagi- lagi, Romeowr dan Julicat terpaksa bunuh diri minum coca-cola campur mentos untuk mendamaikan kedua kelompok ( mati 3, sisa 6 ).

Pertempuran selanjutnya dalam sejarah kucing Caringin disebabkan karena pertengakaran kelompok Kucing Dandy dan Kelompok Kucing Garong ( dari nama juga ketahuan kalo Kucing Dandy tukang dandan gampang jodo sementara Kucing Garong mukanya acak-acakan susah jodo).

Pertempuran selanjutnya tawuran antara anak-anak kucing sekolah “Sarapan I” dan anak-anak kucing sekolah “ Sarapan IV” yang akhirnya juga menyeret para orangtua mereka dalam pertempuran.

Dan untuk setiap pertempuran, Romeowr dan Julicat mengorbankan 1 nyawanya untuk mendamaikan tiap kelompok. Tapi setiap kali 1 perbedaan diselesaikan ( semua kucing Caringin saat ini semuanya memuja ikan, semua bulunya disemir warna hitam, semuanya makan sayuran dan daging dalam jumlah yang sama, kucing garong mendapat pelajaran merawat diri dari kucing dandan, dan semua anak-anak kucing disatukan di satu sekolah dengan nama “ Sarapan Besar” ), selalu saja muncul perbedaan lain yang memecah belah kucing sampai akhirnya nyawa Romeowr dan Julicat tinggal 1.

Romeowr dan Julicat akhirnya sadar kalau peperangan bukan disebabkan ikan ataupun warna bulu tapi karena ada perbedaan. Dan kecuali mereka bisa menghilangkan semua perbedaan yang tentu saja mustahil karena tiap kucing itu unik, pertempuran akan terus berlangsung. Akhirnya Romeowr dan Julicat memutuskan pergi berdua, berjalan berdampingan sambil berangkulan dengan terpincang-pincang menuju matahari terbenam ( pincang? Iya…pincang..coba aja bayangin 2 kucing jalan sambil berangkulan berarti yang dipake jalan masing-masing cuma 3 kaki kan? Pincang dong! )



Orang-orang atheis seringakali menolak Tuhan dengan alasan agama membawa perang dan perpecahan. Dan kata-kata mereka bukannya ga ada benarnya, dalam sejarah kekristenan cukup banyak perang yang diserukan di bawah nama Yesus dan perpecahan yang masing – masing membawa bendera dan klaim “ Kristen Sejati”. Saya ga bermaksud membahas perpecahan gereja dalam cerita ini, tapi untuk menunjukkan bahwa sekalipun semua agama disatukan atau tidak ada agama sama sekali, kita akan tetap bertengkar karena masalah lain. Masalah ras, tingkat ekonomi, perbedaan negara dan tempat tinggal, penampilan fisik, adat istiadat, tingkat pendidikan dll bisa menyebabkan pertengakaran.

Kita adalah mahluk kesepian yang tidak bisa hidup sendiri, kita selalu membentuk kelompok. Dan ketika kita membentuk kelompok, keinginan kita untuk eksis sebagai seseorang yang special, cepat atau lambat akan membuat kita merasa kelompok kita lebih baik dari kelompok yang lain. Hanya soal waktu sampai terjadinya bentrokan antar 2 kelompok berbeda yang merasa dirinya lebih special dari kelompok lain.

Tentu saja, walaupun perbedaan akan selalu ada dan karenanya konflik tidak akan pernah hilang, bukan berarti kita menyerah dan pergi kearah mathari terbenam ( ending Romeowr dan Julicat kaya gitu kan karena tuntutan pembaca keduanya harus hepi ending dan happily ever after ^^ ). Karena konflik selalu membawa kesedihan, dan karena itu kita harus jadi pembawa damai bukan dengan tujuan menjadikan dunia ini sebagai surga tanpa konflik, tapi supaya yang sedih tertawa dan yang terluka disembuhkan.

Frankenstein Dan Cinderela : Di Balik Layar

Artikel Ayahku Frankenstein dan Cinderela Ditangkep Pulisi sebenarnya mempunyai tema yang sama, tentang keluarga, tentang masa kecil, tentang pembentukan kepribadian dan konseling. Walaupun begitu, 2 artikel ini berbeda. Ayahku Frankenstein adalah kesaksian pribadi sementara Cinderela hanyalah cerita rekaan yang hiperbolik walaupun sekitar 50% dari cerita ini mengambil bahan dari cerita teman – teman saya yang mengalami rasa rendah diri dan menikah dengan psangan yang salah. Dalam kenyataannya, mungkin tidak banyak kasus yang sampai seekstrim Cinderela di cerita ini. Artikel Di Balik Layar ini adalah penjelasan yang lebih teoritis dari 2 artikel tadi.

Semua anak tumbuh dewasa dengan mengkopi orang yang paling berpengaruh dalam hidupnya. Sifat mengkopi ini seringkali tampak lucu, misalnya anak kecil yang mencoba memakai baju ayahnya yang kebesaran atau anak perempuan yang memakai parfum ibunya. Tapi yang sering tidak disadari adalah anak bukan hanya mengkopi penampilan tapi juga kebiasaan, cara hidup dan perilaku orangtua.

Kalau orangtua sering berkata kotor, kemungkinan kecil anaknya akan sopan santun. Kalau orangtuanya merokok, kemungkinan anaknya juga merokok. Dan kalau orangtuanya suka memukul, kemungkinan begitulah juga anaknya. Proses mengkopi ini terjadi tanpa disadari, bahkan sekalipun sang anak tidak menginginkannya. Cukup sering saya bertemu dengan orang yang membenci ayahnya dan bersumpah untuk tidak jadi seperti ayahnya. Tapi coba tebak, beberapa tahun kemudian sifatnya sama persis.

Anak-anak tidak dilahirkan dengan 1 set manual bagaimana caranya mengahadapi kehidupan. Mereka belajar dan mengkopi bagaimana cara orangtua mereka berinteraksi dengan kehidupan. Bagaimana cara orangtua menyatakan kasihnya pada keluarga, bagaimana orangtua menyalurkan kemarahan, bagaimana orangtua menghadapi konflik. Dan seperti bayangan, suka tidak suka, kita bergerak mengikuti gerakan orangtua kita.

Pergaulan yang baik,misalnya menemukan kelompok sel yang baik di gereja, bisa merubah kebiasaan buruk. Pembimbing yang baik bisa memberi contoh yang baik bagaimana seharusnya menjadi pria sejati dan wanita bijak. Sayangnya, seringkali itu hanya terbatas pada perubahan perilaku. Pengaruh orangtua pada anak bukan hanya sebatas template perilaku tapi lebih dalam dari itu.

Menurut Dr. Maurice Wagner, seorang konselor profesional, ada 3 komponen penting untuk membentuk citra diri yang sehat. Rasa dimiliki dan dikasihi, rasa berharga dan rasa mampu. Ketika salah satu atau semua dari ke tiga komponen ini tidak terpenuhi di masa kecil, efeknya bisa berkembang terus bahkan sesudah kita dewasa dan menikah.Dan tanpa disadari, kita berusaha mencari dan memenuhi ketiga komponen yang hilang ini.

Ketika kita kehilangan rasa dimiliki dan dikasihi, kita akan terus berusaha dikasihi dan dimilik, apapun harga yang harus dibayar. Kita berusaha dengan cara apapun supaya diterima dan menjadi bagian dari 1 kelompok. Kita bersedia melakukan apapun supaya kita dikasihi, apapun! . Ketika menikah, orang-orang ini datang dengan membawa harapan kalau dalam pernikahan kebutuhan mereka untuk dikasihi akan terpenuhi. Sebenarnya keinginan untuk dikasihi adalah hal yang wajar, masalahnya bagi kelompok ini itu menjadi hutang yang harus dibayar oleh pasangannya. Dan ketika pasangannya ternyata tidak mengasihi seperti yang mereka harapkan, mereka akan kecewa. Dan mereka pasti kecewa karena pasangan mereka bukanlah orangtua mereka, bukan sumber kasih yang tidak akan pernah habis. Pernikahan yang normal pastinya dimana kedua pihak saling mengasihi, dan bukannya satu pihak menuntut hutang kasih. Dan kekecewaan kecil akan berakumulasi menjadi kekecewaan besar. Belum lagi kalau pasangannya juga ternyata menuntut hutang kasih yang sama, dan pada akhirnya mereka bukan saling mengasihi tapi saling menuntut hutang kasih.

Tidak mengherankan kalau anak dari keluarga bercerai cenderung bercerai juga. Perceraian itu seperti mengatakan kepada anak-anak, “ Nak, tidak apa bercerai kalau tidak ada jalan lain”. Dan tentu saja anak-anak dari keluarga cerai akan kekurangan kasih sayang keluarga yang akan membuat mereka menuntut hutang kasih di masa dewasa mereka. Dan ketika hutang ini tidak terbayar? “ Tidak ada jalan lain…perceraian satu-satunya jalan”

Perasaan berharga menentukan kepercayaan diri kita . Anak yang kekurangan perasaan dihargai akan mengembangkan rasa rendah diri, dan ketika mereka dewasa mereka akan berusaha memenuhi kekurangan penghargaan ini. Dan mereka berusaha setengah mati dalam pendidikan atau pekerjaan supaya dihargai. Kesombongan adalah sisi lain dari keping mata uang rendah diri. Kesombongan pada dasarnya adalah orang rendah diri yang berteriak meminta penghargaan.

Tapi, seperti Cinderela,rasa rendah diri ini merusak kehidupan kita. Rasa rendah diri, seperti namanya, merendahkan standar hidup kita. Ada 2 teman saya yang berpacaran dengan pasangan yang tidak seimbang karena mereka berpendapat kalau itu sudah cukup baik, tidak layak dan tidak pantas mengharapkan yang lebih baik. Tentu saja saya tidak berbicara tentang harapan yang berlebihan seperti di komik atau novel picisan, tapi juga jangan menilai rendah diri kita. Mungkin tidak semua orang yang rendah diri akan mengalami kehidupan seekstrim Cinderela, tapi rendah diri mematahkan sayap-sayap potensi kita dan menjauhkan kita dari kehidupan lebih baik yang dijanjikan Tuhan.

Kehilangan rasa mampu seringkali terjadi ketika orangtua overprotektif. Orangtua seperti ini akan menjaga anaknya seekstrim mungkin sampai kalau bisa jangan tersandung semut sekalipun. Mungkin tujuan mereka baik, tapi anak yang tidak pernah jatuh tidak akan pernah belajar berjalan. Dan sama seperti rasa rendah diri dimana kita sendiri yang memotong sayap kita, kali ini orangtua kita sendiri yang memotong sayap kita. Sebaliknya, ada juga orangtua yang seringkali menghina anaknya sendiri dan mengatakan kalau dia tidak akan mampu melakukan apapun.

Bagaimana masa kecil kita memang tidak menentukan sepenuhnya bagaimana arah hidup kita, tapi masa kecil kita sangat mempengaruhi bagaimana kita mengambil pilihan mengenai arah hidup kita. Artikel ini hanya penjelasan singkat mengenai pengaruh keluarga dan masa kecil dalam hidup kita dan pastinya jauh dari penjelasan detail. Artikel ini dimaksudkan untuk memberi sedikit pengetahuan mengenai bagaimana mental kita bekerja. Untuk penyelesaian masalah, sebaiknya langsung ke konselor gereja masing-masing.


PS : Artikel ini artikel ketiga dari 3 artikel mengenai konseling. Artikel pertama berjudul Ayahku Frankenstein dan artikel kedua berjudul Cinderela Ditangkep Pulisi.

Pendekar Awan dan Angin

Uhuk..uhuk…..
Aku terbatuk-batuk oleh debu yang mengembang di hadapanku
Debu yang berasal dari hentakan sepatu – sepatu yang berderap

Mataku mencoba terfokus…
Punggung – punggung yang berlari menjauh
Dan tampak semakin jauh

Sayup- sayup terdengar teriakan mereka yang penuh semangat
Semangat untuk terus berlari sampai akhir
Tapi untuk setiap langkah kaki dan sorakan semangat, hatiku terasa semakin berat
Tatkala aku menyadari kalau jarak antara diriku dan mereka semakin melebar
Saat aku menyadari diriku tertinggal semakin jauh di belakang mereka

Aku berdiri seorang diri
Kesedihan merayapi hatiku saat aku sadar
Sadar bahwa teman-temanku bergerak jauh lebih cepat dan maju daripadaku
Sadar bahwa aku tertinggal di belakang

Plokk…
Ada tangan yang menepuk lembut bahuku
Saat aku berbalik, Dia ada disana
Pelatih Utama kami berdiri dengan setengah tersenyum

“ Kenapa kau tidak berlatih?” , tanyanya
Jlebbb…pertanyaan itu menusuk diriku dan kesedihan mengalir keluar
“ Pelatih Utama menegur diriku….”
“ Pelatih Utama menyalahkan diriku yan tertinggal jauh….”
“ Pelatih Utama merasa diriku mempermalukan timnya…..”
“ Pelatih Utama……”

“ Matras sudah disiapkan dan ketinggian tongkat sudah dinaikkan”, katanya lagi
Hehhh????
Matras? Ketinggian tongkat? Apa yang dibicarakanNYA?
Aku mendongak dan melihatNYA masih setengah tersenyum

Terheran – heran aku bertanya, “ Untuk apa? “
“ Tentu saja untuk dirimu berlatih lompat tinggi”
Lompat tinggi?
“ Tapi pelatih, bukankah seharusnya aku berlari mengejar para pelari itu ke arah yang sama?”
“ Untuk apa? Kau dilatih untuk menjadi seorang pelompat tinggi, kau tidak perlu berlari ke arah yang sama dengan mereka”

“ Kau dan mereka dilatih dan dipersiapkan untuk tujuan yang berbeda”
“ Mereka dilatih untuk berlari secepat dan sejauh mungkin, mereka dipersiapkan untuk mengejar sang angin”
“ Tapi kau, kau dilatih untuk melompat setinggi mungkin, kau dipersiapkan untuk meraih dan menyentuh sang awan”
“ Berlatihlah sesuai dengan bidang yang telah disiapkan untukmu. Berlari sampai akhir, bertanding sampai menang!”


Karena setiap dari kita dipilih dan diperlengkapi untuk tujuan yang berbeda. Mungkin teman-teman kita dipanggil untuk pelayanan yang berbeda, mungkin sebagian terlihat lebih maju dan berkilau, mungkin kita merasa pelayanan kita tertinggal dibandingkan dengan yang lain. Tapi entah seseorang menjadi pembicara yang pergi ke bangsa-bangsa atau berdoa dibalik pintu tertutup, kita semua bertanding untuk menang!


PS : judulnya kurang nyambung dan terlalu berlebihan yah ^^ ? Kalo yang suka baca komik atau nonton pelem silat hongkong pasti ketawa baca judulnya…..

Cinderela Ditangkep Pulisi !!

Berita headline hari ini : Cinderela ditangkap polisi karena menyiksa anaknya. Cinderela terbukti bersalah dan harus mendekam di penjara selama 10 tahun. Suaminya mengatakan kalau kondisi kejiwaan Cinderela memang labil. Ibu tirinya mengatakan kalau Cinderela memang anak bermasalah sejak kecil.
Kenapa ini bisa terjadi? Untuk mengetahui kenapa tragedi ini bisa terjadi, kita harus melihat kembali masa kecil Cinderela.

Cinderela kehilangan ibunya saat dia kecil, dan ayahnya yang sering bepergian memutuskan untuk menikah lagi dengan wanita lain supaya ada yang mengurus anaknya. Ibu tirinya membawa 2 anak hasil pernikahannya terdahulu. Pada awalnya Cinderela senang karena mendapatkan keluarga baru dan dalam hatinya dia bertekad untuk menyenangkan hati ibu tirinya. Tapi, seperti yang kita semua tahu, ibu tiri Cinderela tidak menyayanginya dan memperlakukannya seperti pembantu.

Cinderela berusaha keras untuk bekerja keras dan menerima semua pukulan ibunya dengan harapan ibunya akan menyayanginya, tapi itu tidak pernah terjadi.
“ Ibu, kenapa kau tidak menyayangiku? Apakah kau tidak menginginkanku? “
“ Tidak! Keluarga ini akan jauh lebih baik kalau kau tidak ada. Kau hanya pengganggu yang tidak dibutuhkan. Kau harus bersyukur karena aku masih mau repot-repot menerimamu di rumah ini,” jawab ibu tirinya.
Cinderela yang malang, dia baru saja menyadari kalau dirinya tidak diinginkan dan tidak dibutuhkan.

Sementara saudara-saudara tirinya menghabiskan masa remaja mereka seperti layaknya gadis normal, Cinderela menghabiskan waktunya mengurusi cucian kotor dan mengelap debu. Cinderela sudah terbiasa dengan pekerjaan kotor, tapi yang membuatnya sedih adalah ketika teman-teman sekolah saudara tirinya datang berkunjung ke rumahnya. Cinderela mengerti arti pandangan mata teman-teman pria saudaranya yang meremehkan atau mengasihani.Dia rindu untuk berbicara dengan mereka, saling berpandangan dengan tidak sengaja, surat dan hadiah kecil yang dikirimkan lewat orang ketiga. Tapi, Cinderela sadar kalau dirinya tidak layak.
Cinderela yang malang, cinta pertamanya terbang sangat rendah dan tenggelam menghilang seiring rasa percaya dirinya.

Hari yang dinantikan seluruh kerajaan tiba, hari dimana pangeran akan memilih calon istrinya dan semua wanita di kerajaan diundang ke pesta dansa. Ibu dan saudara-saudara tirinya tidak perlu repot melarang Cinderela ke pesta, Cinderela sendiri menolak untuk pergi. Dia takut pada pandangan mata orang – orang di pesta, mata yang menyayangkan kenapa baju pesta yang bagus harus dipakai oleh orang sepertinya, mulut yang mencibir kehadirannya di pesta. Tidak, Cinderela tahu tempatnya bukan disana.
Cinderala yang malang, tidak pernah ada yang mengatakan kalau dia sangat layak untuk mengenakan baju pesta. Tidak ada yang mengatakan kepadanya, kalau Cinderela mau, dia bisa membuat pangeran bertekuk lutut dan memasangkan sepatunya. Tidak ada yang memberitahunya.

Hari pesta berlalu dan pangeran sudah menemukan calon istrinya di pesta dansa dan tidak ada tentara kerajaan yang berkeliling kota mencari pemilik sepatu kaca. Tapi, Cinderela juga akan menikah, tidak dengan pangeran tentu saja tapi dengan pemuda di ujung jalan. Pemuda itu terkenal sedikit berandalan dan tidak setia, tapi Cinderela tidak keberatan. Dia justru bersyukur karena masih ada orang yang mau menikahinya. Baginya pemuda itu sudah cukup baik baginya, yang penting ada yang mau menerimanya dan dia tidak sendirian lagi.
Cinderal yang malang, dia sendirian sejak kecil dan tidak ada peri yang duduk bersamanya, mengatakan kalau dia berharga dan dia punya masa depan yang cerah. Saat ini, Cinderela menerima siapapun yang mau duduk bersamanya, siapapun.

Seperti yang diduga, suaminya bukan suami yang baik. Tapi Cinderela bersabar dan berharap, mungkin suatu saat nanti suaminya akan lebih dewasa, mungkin kehadiran seorang anak akan membuat suaminya lebih bertanggung jawab. Cinderela tahu kalau suaminya sering selingkuh di luar, tapi selama suaminya tetap pulang ke rumah Cinderela sudah bersyukur.
Dan sekarang dia mengelus perutnya, merasakan kehadiran nyawa baru yang bertumbuh.
“ Aku akan menjadi ibu yang baik bagimu, lebih baik dari ibu tiriku. Aku akan menyayangimu dan tak akan memukulmu. Aku tak akan pernah menjadi orang seperti ibu tiriku”
Cinderela yang malang, dia membuat janji yang tak akan bisa ditepatinya.

Ketika anaknya lahir, Cinderela tersenyum bahagia dan merasa mimpinya akan segera terwujud. Sementara suaminya berdiri di pojok di balik bayangan pintu kamar sambil menggigiti kuku ibu jarinya. Ketakutan akan beban tanggung jawab baru dan berakhirnya kehidupan yang bebas membuatnya takut. Dan dalam ketakutannya dia membuat keputusan, keputusan yang akan menghancurkan mimpi istrinya. Ketika Cinderela diijinkan pulang dari rumah sakit, dia mendapati rumahnya sepi. Lemari baju yang kosong separuh, tabungan yang dipecahkan dengan kasar dan gosip miring dari tetangganya memberitahunya kalau suaminya melarikan diri dengan perempuan lain. Dan dunianya runtuh dalam sekejap.

Tapi kali ini Cinderela tidak menyalahkan dirinya. Kemarahan yang selama ini terpendam sejak masa kecilnya yang selama ini menghancurkan dirinya dari dalam kali ini menuntut untuk dikeluarkan. Cinderala tidak tahu bagaimana caranya mencintai, selama ini tidak ada yang mencintainya. Tapi Cinderela tahu bagaimana menyalurkan kebencian dan amarah. Bertahun – tahun ibu dan saudara tirinya menyalurkan amarah dan kebencian mereka pada dirinya

Dan Cinderela melihat anaknya, anak yang semula diharapkan menjadi pemersatu dirinya dan suaminya. Anak yang menjadi dasar impiannya , tapi anak ini juga yang menjadi penghancur impiannya. Seandainya anak ini tidak pernah ada, anak ini anak yang tidak dibutuhkan, anak yang tidak berharga. Dan seperti dirinya dulu, anak yang tidak berhaga harus dipukul. Dan perlahan tangannya terulur……………

Kita semua bertumbuh dengan menjadikan orang – orang terdekat kita sebagai cermin. Apa yang mereka katakan mengenai diri kita menjadi bagaimana cara kita memandang diri kita. Ketika mereka mengatakan diri kita jelek, kita menganggap diri kita jelek dan sebaliknya. Cinderela – cinderela dalam kehidupan nyata tidak punya banyak peluang untuk memakai sepatu kaca, tidak ada Ibu Peri yang mengatakan kalau mereka baik dan berharga layaknya seorang putri.

Masa kecil kta sangat mempengaruhi kehidupan kita karena itu adalah masa dimana kita mulai membangun kepribadian dan identitas diri kita. Dan kita mendengarkan orangtua, teman-teman dan orang – orang terdekat kita untuk membangun identitas diri kita. Sayangya, tidak semua anak mempunyai orangtua yang baik. Sebagian dari kita tumbuh dengan masalah – masalah emosional dan kepribadian yang sulit. Bukan berarti kita meyalahkan orangtua kita atas masalah- masalah kita, orangtua pun merupakan produk bentukan dari generasi sebelum mereka. Menyalahkan ibu tiri dan saudara yang kejam tidak akan membuat Cinderela menjadi putri. Tapi mendengarkan perkataan “ Ibu Peri” menjadikannya seorang putri. Dan kita mempunyai seorang “ Ibu Peri” yang menganggap kita begitu berharga dan menjadikan kita anak-anakNYA. Yesus yang menganggap kita begitu berharga hingga rela disalib. Dan seperti Cinderela, kita punya pilihan untuk mendengarkan “ Ibu Peri” dan pergi ke pesta atau mendengarkan “ibu tiri” dan kembali ke dapur yang gelap.

PS : Artikel ini merupakan bagian ke -2 dari 3 artikel mengenai konseling. Artikel pertama berjudul “ Ayahku Frankenstein”.

Pario dan Puigi, Si Tukang Ledeng

Pshhhh…psshhhhhh…psssshhhhhh
Kota Jamur sedang dalam keadaaan darurat, suara ini terdengar dimana-mana. Dari setiap rumah penduduk terdengar bunyi “ Pshhh” dan seruan gusar pemiliknya. Suara apakah ini? Suara itu keluar dari kran air di wastafel, di kamar mandi dan dimana-mana. Suara air mengalir yang biasanya kini digantikan oleh bunyi angin yang mengalir di saluran ledeng.
King Kappa, musuh kota itu, berhasil menghancurkan sistem saluran air bersih ke Kota Jamur. Dan akibatnya penduduk kota tidak bisa mendapatkan air untuk minum, mandi dan mencuci pakaian. Dalam sekejap kota itu menjadi kota yang sangat kotor, dimana-mana orang-orang berbibir kering dan memakai baju berbau keringat yang lama tidak dicuci. Harapan kota ini hanya terletak pada Pario dan Puigi bersaudara, tukang ledeng kota itu.

“ Pario, kita harus menyelamatkan penduduk kota ini. Lihat betapa kehausan dan kotornya baju mereka…belum lagi bau asem yang membuat besi-besi berkarat.”
“ Kau benar, Puigi. Kita harus pergi ke Sumber Air dan menyambungkan pipa ledeng ke kota kita”
Dan mereka berdua pun pergi ke gunung Hore- Hore, tempat Sumber Air berada.

Di kaki gunung, mereka menemukan sebuah tangki yang terlihat indah dan mengkilap.
“Pario, mungkin ini tangki air yang kita cari. Biar kucoba membuka salurannya”
“ WUUUUUSSSSSSSSHHHHHHHHH…..”, dari saluran keluar tangki itu bertiup angin yang kencang.
“ Puigi, ini bukan tangki air tapi tangki udara. Tangki ini mungkin akan menyejukkan penduduk Kota Jamur untuk sementara, tapi tangki ini tidak akan bisa membersihkan kekotoran kota”.

Di pertengahan gunung, mereka menemukan tangki yang tampak besar dan kokoh.
“ Pario, mungkin ini tangki air yang benar. Biar kucoba membuka salurannya”
“ BLOOOPPPPPPPP..”, dari saluran keluar tangki itu keluar adukan semen kental.
“ Puigi, ini adukan semen. Kalau penduduk kota mandi memakai ini, mereka tidak akan bersih. Justru mereka akan semakin betambah berat dan tidak akan bisa melangkah ketika semen ini kering”.

Di puncak gunung, mereka menemukan sebuah tangki yang tidak terlihat indah, tidak juga terlihat besar dan kokoh. Tangki itu terlihat biasa saja, hanya saja sepertinya tangki itu tertanam dalam dan kokoh ke gunung itu. Ada sebuah papan petunjuk yang bertuliskan “ Sumber Air Yang Tak Akan Pernah Habis”.
“ Pario, sepertinya ini bukan sumber air yang kita cari. Kelihatannya ini cuma tangki biasa yang tidak ada istimewanya. Lagipula mana mungkin airnya tidak terbatas? Pasti suatu hari nanti habis. Mari kita pergi ke gunung berikutnya.”
“ Tidak,Puigi. Bukankah di sana tertulis “ Sumber Air Yang Tak Akan Pernah Habis “? Kita percaya saja pada tulisan itu dan mari kita buka salurannya.
“ CCCUUUURRRRRRR….”, air menyemprot dengan deras dari tangki itu.
“ Tapi, Pario…mana mungkin airnya tidak pernah habis? “
“ Kita percaya dan lihat saja, Puigi. Sekarang mari kita sambungkan sumber air ini ke kota kita. Kemarikan pipa ledengmu”.

Puigi mengambil sesuatu dari sakunya dan menyerahkannya pada Pario.
“ Puigi, ini sedotan…kenapa kau memberiku sedotan? Yang kuminta itu pipa ledeng yang besar dan kuat.
“ Maafkan aku Pario, tapi pipa itu berat dan sulit dibawa. Jadi aku mengambil pipa paling kecil yang mudah dibawa.”
“ Puigi, kita bertanggung jawab untuk membawa Air ini ke kota. Kalau pipa yang kita bawa kecil, sebesar apapun sumber air disini, tetap saja waktu sampai ke kota airnya tidak akan cukup. Baiklah, aku akan memakai pipa yang kubawa”

Pario dan Puigi bekerja keras membangun jaringan ledeng dari sumber air ke kota. Ketika mereka berhasil memasang ledeng dari puncak gunung ke kota, kesulitan lain muncul. Kran ledeng utama kota berkarat dan sulit digerakkan, walaupun saluran ledeng sudah terbentuk tapi air tetap belum bisa mengalir.
“ Puigi , kita harus memutar kran air ini supaya air mengalir. Ayo kita kerahkan tenaga untuk memutarnya”.
Dengan sekuat tenaga mereka memutar kran itu, tapi kran itu tetap tidak bergerak.
“ Pario, ayo semangat. Ingat penduduk kota kita, bukankah kita menyayangi mereka? Bukankah kita tidak ingin melihat mereka kehausan dan hidup dalam kekotoran”.
“ Kau benar Puigi, mereka kelurga dan teman-teman yang kita kasihi. Kita harus berusaha demi mereka.”

Dan dengan kata-kata itu, kran air yang berkarat bergerak dan air mengalir masuk ke dalam kota. Dan setiap orang yang kehausan minum, dan setiap orang yang kotor membersihkan dirinya.

Tangki udara yang indah adalah agama yang berisi kata-kata manis dan indah, menyegarkan untuk sementara tapi tetap tidak akan membersihkan dosa.
Tangki adukan semen adalah agama yang dipenuhi dengan hukum dan aturan yang memberatkan diri kita, tapi tidak satupun dari hukum itu yang membersihkan kita dari dosa.
Tangki “ Sumber Air Yang Tak Akan Pernah Habis” adalah Tuhan kita, Yesus. Dia mungkin tidak terlihat indah atau kuat, tapi kasihNYA tertanam dalam dan tidak akan pernah goyah.
Kita adalah saluran air berkat dan kuasa, kalau kita tidak melatih diri kita dan tidak memurnikan iman kita, sebesar apapun kapasitas sumber air itu, semuanya akan percuma kalau diri kita kapasitasnya kecil.
Dan yang terakhir, semua kuasa dan berkat memang hebat, tapi tanpa kasih semuanya tidak berguna. Karena kasih adalah kran yang membuka saluran kuasa dan berkat dan mengalirkannnya pada orang-orang yang membutuhkan.

PS : Nama tokoh sebenarnya disamarkan untuk menghindari pelanggaran hak cipta ^^

Ayahku Frankenstein

Malam gelap, halilintar bersahut-sahutan, suara tawa sinting dari seorang profesor. Bunyi rantai dan mesin-mesin yang bergemuruh diselingi kilatan-kilatan bunga api listrik. Dan di malam itu, sebuah papan besi dengan sebentuk mahluk di atasnya yang tertutup kain dinaikkan ke atas puncak bangunan. Dan ketika petir menyambar, jari-jari tangannya bergemeretak. Dan di malam itu lahirlah ayahku…

Bohong dong…saya emang ga kenal papa saya tapi pastinya sih masih manusia normal. Sebenernya, saya ga pernah kenal papa saya. Waktu saya lahir, mama saya meninggal dan saya diangkat anak oleh temennya. Dan berdasarkan cerita mama angkat saya ini, papa saya yang asli kabur waktu mama saya hamil dan mungkin sudah meninggal entah dimana. Mama angkat saya masih muda, tapi karena dia terlalu sibuk mengurus saya dan engkong saya plus ngusahain toko, akhirnya mama angkat saya ga pernah menikah. Karena itu saya ga punya sosok ayah dalam hidup saya.Engkong saya adalah satu-satunya sosok pria yang paling dominan, tapi dia tetap bukan sosok ayah.

Waktu saya bertobat di masa SMA, saya menemukan banyak pembimbing yang kemudian menjadi contoh buat saya bagaimana seharusnya seorang pria berperilaku. Pembimbing – pembimbing saya punya sifat yang berbeda – beda dan mengajarkan pengalaman hidup yang berbeda juga. Ada yang mengajarkan doa, ada yang mengajarkan kesetiaan, ada yang mendampingi waktu saya masih kecil secara rohani. Bahkan ada satu pelayan gereja senior yang berteduh dari hujan di kost saya mengajarkan bagaimana cara membaca Alkitab seperti mencari harta tersembunyi. Saya yakin dia sendiri pasti sudah lupa, tapi buat saya itu adalah sepotong dari sosok ayah yang terbentuk.

Seperti Frankenstein yang dibentuk dari potongan tubuh yang berbeda-beda, sosok ayah dan sosok pria sejati dalam hidup saya dibentuk dari potongan –potongan hidup banyak orang yang membimbing saya. Dan saya bersyukur karena hal itu, walaupun tidak sempurna tapi ayah Frankenstein ini mengajarkan banyak hal yang baik dan mengenalkan saya pada Tuhan. Tapi mereka tetap bukan sosok ayah yang saya rindukan. Dan perlu waktu cukup lama bagi saya untuk mengakui kalau saya memang membutuhkan seorang ayah.

Mama saya sering ribut dengan saudara – saudaranya dan sejak saya kecil mama saya sudah sering cerita ke saya masalahnya. Saya tahu mama saya ga bermaksud buruk, tapi hal itu membuat saya merasa ga aman dalam keluarga. Keluarga bagi saya bukanlah tempat aman, tempat berlindung dan bermanja, tapi rumah dengan banyak masalah yang harus saya tanggung di masa depan nanti. Dan entah sejak kapan saya berhenti mengandalkan keluarga dan menanggung semua masalah sendiri. Dan disinilah masalah bermula……

Yang ga saya sadari, walaupun dalam hati saya bilang ga butuh ayah, saya tetap mencari rasa aman yang seharusnya ditawarkan seorang ayah ke tempat lain. Saya mencari di gereja, tapi tentu saja saya kecewa. Pembimbing saya baik - baik, tapi mereka juga punya masalahnya sendiri, punya keluarga sendiri dan sedekat apapun saya dengan mereka, saya tetap bukan anaknya dan mereka bukan ayah saya. Dan sikap saya sendiri ga banyak membantu. Ketika saya menemukan pembimbing yang saya hormati, saya cenderung bersikap keras dan mendebat mereka. Bukan karena saya benci, tapi karena saya ingin pamer kehebatan otak saya. Singkatnya, saya ingin dipuji tapi lewat cara yang menyebalkan ^^.

Ketika saya punya pacar ( akhirnya......diucapkan dengan penuh rasa syukur), saya mengulangi pola yang sama. Saya mencari sosok orangtua yang melindungi, memanjakan, mendorong dan seseorang yang berkata, “ Tenang saja, semuanya akan baik-baik saja” di dalam diri pacar saya. Tapi, tentu saja pacar saya bukan orangtua saya dan dia ga bisa memenuhi harapan saya. Perlindungan yang saya cari bukan dalam bentuk perempuan berotot berdompet tebal tentu saja, tapi lebih ke arah seseorang yang lebih dewasa secara mental. Dan walaupun saya berusaha menghargai komitmen pacaran ga boleh putus, tapi akhirnya kita putus juga setelah 8 tahun berpacaran. Memang perkara ini bukan satu-satunya masalah yang bikin kita putus, tapi paling tidak sekitar 30% karena masalah ini.

Sampai saat ini saya lebih menyukai perempuan yang lebih tua umurnya, ga sampe beda 20 tahun lah, sekitar 2-3 tahun. Dan sebaliknya, sementara umumnya pria lebih suka “daun muda”, saya ga tertarik dengan perempuan yang lebih muda. Dan dalam hal pemimpin, ketika saya sadar kalau saya tidak bisa berharap dari orang-orang gereja, saya berbalik polaritas. Saya berhenti mengharapkan apapun dari gereja, tentu saja saya masih melakukan semua pelayanan yang menjadi tanggung jawab saya, tapi saya berhenti meminta bantuan apapun dari gereja. Dan saya mengulang pola yang sama, pada akhirnya gereja menjadi keluarga sumber masalah yang tetap harus saya tanggung. Bagi orang lain mungkin itu terlihat sebagai kemandirian, dan mungkin sebagian memang benar. Tapi sebagian lagi adalah keputusasaan pada gereja.

Saya belajar dalam pelayanan konseling, anak-anak yang kehilangan atau kekurangan kasih sayang semasa kecilnya akan terus mencari kasih sayang itu ketika mereka dewasa. Dan seperti saya, mungkin mereka memamerkan kepintaran atau kekayaan untuk mendapat kasih sayang. Dan walaupun pria yang menyukai perempuan lebih tua tidak umum, tapi cukup banyak perempuan yang tertarik pada pria yang jauh lebih tua. Kita mencarinya pada diri pacar kita, teman-teman atau kelompok kita yang pastinya akan selalu berakhir dalam kekecewaan karena, tentu saja, mereka bukan orangtua kita. Terkadang, orang-orang mencari kasih sayang ini sampai ke tahap yang ekstrim, misalnya dengan memakai seks untuk membeli kasih sayang, baik pria maupun wanita.

Saya percaya Tuhan itu ada, dan saya tahu Dia baik, tapi sampai sekarang saya masih melihat Tuhan sebagai majikan dan diri saya sebagai anjing pekerja yang terpisah dari kawanan anak domba di sekeliling Yesus. Lihat? Saya ,mengulang lagi pola yang sama....Tuhan bukan lagi menjadi tempat perlindungan tapi setumpuk tugas dan visi. Tentu saja saya melihat bagaimana Tuhan menjaga hidup saya selama bertahun-tahun. Tapi rasa tidak aman itu membuat saya meragukan kebaikan Tuhan. Dan pergumulan antara separo diri saya yang mengatakan Tuhan itu baik dan separo lagi yang mengatakan kalau Tuhan tidak bisa diandalkan terus berlanjut.

Saya sadar kalau jawaban dari masalah kasih sayang saya adalah Yesus, tapi harus diakui kalau sampai saat ini saya masih bergumul. Bagaimanapun, saya tahu suatu hari nanti, rasa tidak aman dan perlindungan yang saya impikan itu akan saya dapatkan dari Tuhan. Kenapa? Karena hanya Tuhan satu-satunya jalan yang tersisa, saya cukup mengerti untuk tidak berharap pada manusia untuk memenuhi kekurangan kasih ini. Dan seluruh masa depan saya, saya gantungkan pada harapan ini.

PS : Artikel ini adalah bagian pertama dari 3 artikel. Artikel pertama merupakan kesaksian pribadi, artikel kedua menceritakan Cinderela yang ditangkep polisi dan artikel ketiga membahas lebih dalam soal konseling.

Siapa yang jahat? Ayo ngaku!

Pernahkah kita berkenalan dengan seseorang dan kita bilang ke teman kita sambil berbisik-bisik ,” Sepertinya dia bukan orang baik- baik”. Atau mungkin kita bilang sebaliknya ,” Sepertinya dia orang baik”. Apa yang menjadi dasar buat kita menilai seseorang baik atau jahat? Bagi sebagian orang, mungkin itu intuisi, perasaan tidak enak yang muncul sewaktu berkenalan dengan seseorang. Mungkin juga bentuk muka dan penampilan orang itu misalnya, alis miring ke atas, bertato jangkar di tangan kanan, bertato naga di punggung, berkacamata hitam dan membawa pedang kayu? Atau mungkin garis keturunannya? Apa sebenarnya yang membedakan orang jahat dan orang baik? Kenapa kita menyebut seseorang baik seperti malaikat dan jahat seperti iblis?

Lombroso berpendapat bentuk muka seseoranglah yang menunjukkan seseorang jahat atau baik. Tepatnya namanya Cesare Lombroso, seorang mantan dokter bedah tentara di kota Pesare di Itali bagian utara. Lombroso berpendapat bahwa seorang kriminal bisa langsung dikenali dari bentuk mukanya. Kriminal cenderung mempunyai rahang yang lebar,tulang pipi yang tinggi, tangan yang panjang ( bukan, bukan perumpaman tapi memang ukuran tangannya panjang) dan kuping yang besar. Teorinya cukup terkenal di abad 19 walaupun pada akhirnya ditinggalkan karena, tentu saja, tidak ada data ilmiah yang menjadi dasarnya.

Lombroso bukan orang pertama yang mengemukakan teori ini. Di abad sebelumnya, abad 18, seorang dokter dari Vienna bernama Franz Joseph Gall percaya bahwa sifat seseorang ditunjukkan oleh bentuk tengkorak kepalanya.
Mungkin garis keturunan kalau begitu? Kalau ayahnya kriminal ya anaknya kriminal juga? Kalau iya, berarti mungkin saya kriminal juga dan memang saya pernah dituduh seperti itu. Pertama kali saya berkunjung ke rumah pacar saya, saya ngobrol-ngobrol dengan neneknya. Saya sendiri lupa bagaimana awalnya, yang pasti neneknya kemudian bilang kalau anak angkat itu biasanya bukan orang baik – baik. Waktu itu saya cuma tersenyum dan tidak ngomong apa – apa. Kenapa? Karena saya sendiri anak angkat. Mama saya meninggal waktu melahirkan saya dan papa saya kabur waktu mama saya mengandung. Dan walaupun saya rasa saya bukan orang suci, tapi kecuali melanggar lampu merah, rasanya saya ga pernah bikin perbuatan kriminal

Saya menemukan fakta yang menarik dari 2 buku mengenai soal orang baik dan jahat ini. Yang pertama buku “ Evil” karangan Roy F. Baumeister dan buku “ People Of The Lie” karangan M. Scott Peck. Menurut Baumeister, orang-orang yang melakukan perbuatan jahat tidak pernah merasa dirinya jahat. Mereka punya banyak cara untuk menjelaskan perbuatan mereka.

Yang pertama adalah mengecilkan perbuatan mereka. “ Ah, saya cuma mukul beberapa kali kok, dianya aja yang cengeng. Dipukul dikit aja langsung pingsan”. Bahkan pembunuh berantai yang diwawancara pun meremehkan perbuatan mereka seolah-olah itu tidak seberapa.

Yang kedua adalah, saya tidak punya pilihan dan saya terpaksa melakukannya. Itulah yang dikatakan prajurit – prajurit Jerman yang membunuh orang – orang Yahudi di masa Perang Dunia 2. Mereka mengakui bahwa mereka menembak para penduduk Yahudi tapi kemudian melemparkan kesalahan itu dan berkata, “ Kami diperintahkan untuk itu. Kami terpaksa melakukannya”.

Alasan yang ketiga, kejahatan itu dilakukan untuk kebaikan korbannya. Ketika terjadi kerusuhan etnis di Rwanda, orang-orang dewasa membunuh anak-anak kecil dengan alasan mereka lebih baik mati karena anak yatim piatu tidak akan bisa bertahan di masa perang. Pemilik budak di Amerika mengatakan kalau mereka melakukan kebaikan untuk para budak karena mereka membawa Injil bagi para budak itu.

Sebenarnya masih banyak alasan lain, tapi intinya tetap sama. Sangat jarang ada penjahat yang mengakui kesalahannya dengan terus terang. Kebanyakan dari mereka menghindari untuk mengakui kesalahan mereka dengan berbagai cara dan karenanya menolak untuk bertanggung jawab atas perbuatan jahat yang mereka lakukan. Untuk alasan yang tidak diketahui, manusia mempunyai kecenderungan untuk menolak mengakui diri mereka sebagai orang jahat sekalipun mereka jelas – jelas melakukan kesalahan. Bahkan sampai batas yang bisa membuat orang tidak bisa berkata-kata. Seorang pemerkosa yang diwawancara mengatakan kalau korbannya beruntung diperkosa olehnya karena nama mereka jadi masuk ke koran dan terkenal. Dan ini bukan sekedar menolak mengaku salah karena takut dihukum, tapi alasan-alasan itu dipakai untuk membenarkan diri dan menghilangkan rasa bersalah.

M. Scott Peck bahkan menemukan kasus yang lebih menarik. Sepasang orangtua datang kepadanya untuk meminta pertolongan bagi anak mereka yang bermasalah di sekolah. Setelah diwawancara, ternyata anak ini tidak menyukai sekolahnya dan dia ingin masuk ke jurusan yang lain. Tapi orangtuanya menolak untuk mendengarkan dia dan tetap memaksanya masuk ke sekolah itu. Ketika sepasang orangtua ini mendengar laporan itu, mereka tersenyum dengan sopan dan berkata kalau sekolah itu sekolah yang terbaik. Yang menarik disini bukan saja mereka tidak mengaku salah tapi mereka bahkan tidak mengakui kalau mereka bisa membuat kesalahan. Mereka merasa kalau mereka sudah melakukan yang terbaik untuk anak mereka dan kalau ada masalah pastilah masalahnya bukan di mereka tapi di anak itu sendiri atau di teman dan guru anak itu. Sama sekali tidak terlintas di pikiran mereka kalau mereka juga bisa salah mengambil keputusan.

Buat saya kedua buku ini menarik karena walaupun pengarangnya dua orang yang berbeda dan meneliti orang-orang yang berbeda tapi ternyata hasilnya sama. Orang-orang yang melakukan kejahatan tidak mau mengakui kejahatan mereka. Dan mereka mencari berbagai macam pembenaran untuk perbuatan mereka, dan sedihnya seringkali agama yang menjadi alasan. Paling tidak itulah yang dilakukan tentara perang Salib. Prajurit Kristen yang tertangkap musuh seringkali dibebaskan setelah bersumpah untuk tidak berperang lagi. Tapi ketika mereka kembali ke kelompok mereka, mereka menyadari kalau kelompok mereka kalah dan mereka harus berperang lagi. Tapi mereka juga sudah bersumpah, jadi bagaimana? Jalan keluarnya? Keluarlah peraturan bahwa melanggar sumpah yang diberikan pada orang bukan Kristen bukanlah dosa.

Lalu bagaimana dengan orang suci? Saya pernah membaca satu paradoks mengenai orang suci, “ Orang suci adalah orang yang paling menyadari dosa-dosanya”. Dan setelah saya membaca mengenai orang jahat, saya pikir paradoks ini memang benar. Daud tentu saja bisa diam-diam saja soal perkaranya dengan Batsyeba, bahkan sekalipun nabi Natan menulis hal itu, Daud bisa saja menghapuskannya. Tapi nyatanya cerita Daud tetap bisa kita baca sekarang ini yang berarti Daud mengakui kesalahannya dan tidak berusaha menyembunyikannya. Begitu juga dengan Petrus, hanya Petrus dan Tuhan saja yang tahu soal ayam jago kan? Tapi nyatanya kitab Injil menulis cerita pengkhianatan Petrus. Dan Agustinus, bapa gereja di abad pertama, di masa tuanya menulis bukunya yang paling terkenal, “ Confession” yang menceritakan dosa-dosanya di masa lalu.

Dan saya pikir itulah yang membedakan orang baik dan orang jahat. Orang baik bukanlah orang yang sedikit berbuat salah dan orang jahat banyak berbuat salah. Kita semua sudah berdosa, tidak ada seorangpun yang tidak berdosa. Bedanya hanya sebagian menolak mengakui kesalahan mereka dan hidup dengan pembenaran diri sendiri, sebagian lagi mengakui kesalahan mereka dan mencari pengampunan.

Tentu saja mengakui bahwa kita bersalah saja tidak cukup. Rasa bersalah tanpa pengampunan hanya akan menjadikan seseorang putus asa, sama seperti Yudas. Yudas bunuh diri bukan karena Tuhan tidak mengampuni, tapi karena Yudas tidak mencari pengampunan seperti Petrus memohon ampun. Kita semua berbuat salah, tapi hanya yang mengakui dan meminta ampun akan dikuduskan.

Terakhir, ini sebenarnya pertanyaan pribadi dan ga perlu dipikirin jungkir balik. Saya selalu bertanya-tanya kenapa sesudah Adam dan hawa makan buah, Tuhan tidak langsung menghukum mereka? Tentunya waktu mereka memetik buah itu pun Tuhan langsung tahu kan? Tapi Tuhan tidak langsung muncul, Adam dan Hawa bahkan masih sempat membuat cawat dari pohon ara. Bahkan waktu Tuhan datang pun Tuhan tidak terburu – buru, Tuhan “ berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk’. Bahkan sepertinya Tuhan berpura-pura tidak tahu dan tidak langsung menuduh Adam dan hawa.

Saya bertanya-tanya, seandainya waktu itu Adam langsung mengaku salah dan memohon ampun daripada melemparkan kesalahan pada Hawa “ Perempuan yang kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.’. Seandainya waktu itu Adam meminta ampun, akankah Tuhan mengampuni? Akankah kita dibuang dari firdaus?

Satu hal yang pasti, kita tidak banyak berubah dari jaman Adam. Kita tetap mempunyai kecenderungan untuk menolak mengakui kesalahan dan melemparkan tanggung jawab. Kita berusaha mencapai Tuhan dengan menunjukkan diri kita sebagai orang baik. Padahal yang diinginkan Tuhan sama seperti yang diinginkan Yusuf. Ketika saudara-saudaranya mengakui dosa mereka, Yususf langsung memeluk dan mengampuni mereka dan memebawa mereka hidup di dalam kerajaannya, jauh dari penderitaan dan kelaparan.

Orang jahat mencari pembenaran, tapi orang suci mencari pengampunan.

Tensoplast Di Jari Tuhan

Aku melihat banyak pintu – pintu di depanku
Pintu – pintu yang menarik dan bersinar
Pintu – pintu yang menjanjikan banyak hal indah di baliknya.

Dan aku melihat banyak orang berdiri di sampingku
Dan aku melihat mereka berjalan menuju tiap – tiap pintu
Dan mereka masuk melewati pintu itu menuju masa depan di baliknya

Aku berdiri termenung di depan pintu – pintu itu
Dimanakah pintu yang harus kulewati?
Dan apakah ada pintu yang terbuka untukku?

Lihatlah, ada pintu yang setengah terbuka
Tapi…pintu itu terlalu bagus..sangat bagus
Pintu itu terlalu bagus bagi orang sepertiku
Mungkin pintu itu terbuka untuk orang lain

Mataku mencari pintu lain…yang lebih sederhana
Mungkin pintu yang terletak di pojok…
Mungkin pintu yang ukurannya paling kecil…
Mungkin pintu kayu polos tanpa hiasan…

Aku berjalan dari ujung ke ujung mencari pintu milikku
Tapi, setiap aku melewati pintu itu, aku selalu bertanya – tanya
Apa yang ada di baliknya?
Bolehkah pintu itu menjadi milikku?

“ Cukup!!!”
“ Pintu yang setengah terbuka itu menggangguku!!”
“ Pintu itu membuatku memimpikan banyak hal yang bukan milikku!!”
“ Lebih baik kututup pintu itu dan berhenti memimpikannya!!”

Kubanting pintu itu sampai menutup…BRAKKKKK…….......aduh……
Hmmm…apakah aku mendengar suara orang mengaduh???
Hmmm….mungkin hanya perasaanku???
Dan aku duduk di depan pintu – pintu itu, menunggu pintu milikku terbuka

Dan lihatlah, Yesus datang menghampiriku
Dia memegang tanganku dan menarikku berdiri
Aku terheran –heran ketika melihat tanganNYA
Mengapa ? Karena kulihat ada tensoplast di jari tangannya
Tensoplast bermotif garis – garis kulit zebra

“Tuhan, mengapa jariMU terluka? Siapa yang melukaiMU ?”
“ Oh, jariKU tadi terjepit pintu..”
“ Terjepit pintu? Kenapa itu bisa terjadi Tuhan?”
“ Sebenarnya AKU sedang menunggu seseorang di balik salah satu pintu ini. AKU membukakan sedikit pintu itu untuknya supaya dia tahu AKU menunggu di baliknya. Tapi, dia tidak juga membuka pintu itu. “

“Tadinya akan KUbuka pintu itu lebih lebar tapi waktu AKU memegang pintu itu, tiba – tiba pintu itu terbanting menutup dengan keras. Dan karena itulah AKU memakai tensoplast ini.”
“ Dan karena orang itu tidak datang menemuiKU, AKU datang menjemputnya untuk bersama-sama melewati pintu itu ke masa depan yang KUjanjikan”

PS : Mungkin kita merasa masa depan kita suram dan Tuhan tidak akan memberikan masa depan yang berkemenangan. Mungkin kita merasa visi yang Tuhan berikan terlalu bagus untuk kita. Jangan tutup pintu itu karena merasa kita tidak layak untuk melewatinya atau karena kita merasa pintu itu bukan untuk kita. Karena Tuhanlah yang membuka dan menutup pintu, bukan kita..

Tehnik Membelah Roti

Pelajaran hari ini adalah bagaimana cara membelah roti coklat dengan benar menjadi 2 bagian yang adil. Alat yang dibutuhkan tentu saja pisau yang tajam. Bagaimana kita tahu kalau pisaunya cukup tajam? Mudah. Jatuhkan sehelai rambut ke atas mata pisau, jika rambut terpotong dengan sendirinya berarti pisau itu cukup tajam. Kalau tidak terpotong? Asah lagi sampai tajam. Kalau sudah, kita potong roti itu jadi 2.

Masalahnya, supaya adil berarti kedua bagian yang terpotong harus sama beratnya kan? Kelebihan atau kekurangan 0.0000000000001 gram saja berarti sudah tidak adil kan?

Dan supaya adil, pastinya kedua bagian roti harus sama enaknya. Kan ga adil kalau satu bagian sedikit hangus atau bantat sementara bagian lainnya matang sempurna. Dan pastinya jumlah coklat di dalam masing-masing bagian juga harus sama banyak dan enaknya kan?

Itu baru masalah fisik roti, belum orang yang akan menerima roti itu sendiri. Kalau salah satunya anak kecil sedangkan yang lainnya orang dewasa, bagaimana supaya adil membaginya? Apakah adil membagi roti jadi 2 bagian sama besar? Ataukah harusnya yang lebih tua mendapat bagian lebih banyak? Atau harusnya yang anak kecil karena badannya lebih kecil? Tapi bukankah orang dewasa badannya lebih besar yang berarti butuh lebih banyak energi sementara anak kecil dengan sedikit roti pun mungkin sudah kenyang? Atau justru anak kecil harus lebih banyak karena dalam masa pertumbuhan dan butuh lebih banyak makanan?

Bagaimana kalau penerima roti itu pria dan wanita? Haruskah pria lebih banyak karena wanita makan lebih sedikit? Sayang kan kalau sisa rotinya dibuang? Belum lagi kalau yang perempuan sedang diet. Atau karena emansipasi keduanya harus dapat bagian yang sama besar? Sekalipun mungkin sebagian akan dibuang?

Dan bagaimana pula kalau salah satu pihak tidak terlalu suka roti? Apakah yang suka roti harus mendapat bagian lebih banyak? Tapi kan suka atau tidak suka roti, kedua pihak tetap harus mendapat bagian yang adil kan? Tapi adilkah kalau pihak yang menginginkan harus melihat barang yang diinginkannya dibuang oleh orang yang tidak suka?

Menyiapkan roti – sudah!
Menyiapkan pisau pusaka – sudah!
Membagi 2 dengan adil - ??? Apa yang disebut adil itu?

Tuhan yang mendatangkan bencana alam yang menimpa orang baik dan orang jahat.
Tuhan yang menyediakan matahari yang menumbuhkan makanan bagi orang jahat dan orang baik.
Tuhan yang membuat anak – anak terlahir sehat tapi juga terlahir cacat.
Tuhan yang membuat neraka bagi orang-orang yang menolakNYA.
Tapi Tuhan yang sama juga mengorbankan diri buat orang-orang berdosa itu supaya mereka bisa tinggal di surga.
Tuhan yang mendatangkan air bah dan Tuhan yang merancang bahtera.
Tuhan yang membebaskan Israel dan mendatangkan tulah Mesir
Tuhan yang bertaruh dengan iblis dan menghajar Ayub.
Tuhan yang membimbing Mother Theresa dan Tuhan yang membiarkan phedofil menjual foto korban mereka di internet.
Apakah Tuhan adil?

Tapi ketika kita menemui kesulitan dalam konsep keadilan bahkan ketika kita ingin memotong roti, bagaimana kita bisa menilai keadilan Tuhan?
Ketika kita kesulitan mengatur keluarga kita sendiri, bagaimana kita bisa memerintah Tuhan mengenai bagaimana mengatur dunia?

Karena Tuhan adalah Tuhan dan Ayub adalah manusia.
Dan supaya Ayub mengerti itu, Tuhan menghabiskan 4 pasal untuk mengomeli Ayub dari dalam badai. Dan sekali lagi Tuhan menyatakan dirinya adalah Allah yang membentuk bumi ini dan Ayub yang mungkin saat itu gemetar menyadari kalau dirinya yang belum pernah turun ke dasar laut mencoba menghakimi Pencipta laut itu sendiri.

Ketika Ayub membawa pertanyaan mengenai penderitaan dan ketidakadilan, Tuhan tidak mengambil papan tulis atau memutar slide pertemuannya dengan iblis. Tuhan adalah Tuhan, Dia tidak perlu menjelaskan soal perbuatanNYA. Dia tidak berhutang kepada kita dan tidak punya kewajiban untuk menjelaskan. Tuhan yang memberi dan Tuhan yang mengambil, semuanya kepunyaan Dia.

Tuhan tidak perlu menjelaskan diriNYA, bumi ini sendiri adalah bukti keTuhananNYA. Jangankan menciptakan bumi, kita bahkan belum sanggup mengebor sampai ke inti bumi atau mengendalikan pergerakan lempeng benua. Tapi, seperti Ayub, bahkan mungkin lebih kasar darinya, kita menyebut Dia bodoh dan tidak kompeten. Dan dengan membawa roti yang berantakan terpotong-potong, kita menghadap Tuhan dan berkotbah mengenai keadilan.

Ayub melakukan hal itu, dan seandainya saya Tuhan, saya akan lemparkan dia ke ujung semesta karena berani mempertanyakan keputusan Pencipta Alam Semesta. Tapi, saya bukan Tuhan dan Tuhan jelas bukan saya. Dan karena itu Tuhan mengampuni Ayub, dan karena itu Tuhan menjelaskan dirinya lewat Yesus, dan karena itu Tuhan mati di kayu salib.
Karena Tuhan adalah Tuhan

The Glass Castle 2 : Rebuild

Beberapa tahun sudah berlalu sejak peristiwa runtuhnya istana kaca dan raja terdahulu sudah kembali ke tahtanya dan meredakan kekacauan. Dan sang raja yang gagal, kembali ke kehidupannya semula sebagai petani. Jika dulu dia selalu mengomel tentang hidupnya, petani ini sekarang perlahan-lahan mulai mensyukuri hidupnya dan berbahagia mengolah ladang kecil di pojok kerajaan.

Sampai tiba harinya raja datang kembali ke rumahnya. Kali ini petani tidak kaget lagi, dia justru takut dan cemas karena dia tahu apa tujuan raja datang ke rumahnya. Dan ketakutannya memang menjadi kenyataan karena raja memintanya untuk bertukar tempat dengannya lagi. Berbeda dengan dulu dimana petani langsung menyambar kesempatan ini tanpa pikir panjang, kali ini petani justru enggan untuk menyetujui pertukaran ini.
“ Aku sudah puas dengan kehidupanku sekarang. Memang tak banyak yang bisa kulakukan tapi hidupku tenang dan damai. Kenapa aku harus mengambil kehidupan sebagai seorang raja?”

“ Karena kau tidak ditakdirkan untuk hal yang biasa-biasa saja tapi ada takdir besar yang menunggumu. Tentu saja menjadi petani pun hal yang baik, tapi kau mempunyai potensi yang melebihi hal itu dan akan sangat menyedihkan kalau kau menyia-nyiakan potensi itu”, jawab raja.

“ Haruskah aku kembali ke kerajaanmu? Tidak bisakah aku pergi ke kerajaan lain? Mungkin penduduk di kerajaan lain tidak akan mengetahui kegagalanku dan mungkin mereka akan menerimaku dengan baik?”

“ Kau bisa saja pergi ke kerajaan lain dan memulai pemerintahan baru disana, tapi itu tidak berarti kerajaanmu akan aman. Lagipula peristiwa runtuhnya menara kaca itu menjadi berita hangat dimana-mana. Kau tidak akan pernah tahu apakah berita itu sampai ke kerajaan lain atau tidak. Dan mungkin suatu hari nanti berita kegagalanmu akan membuat mereka menghancurkan lagi istana kaca yang kau diami disana”

“ Tapi jika aku kembali ke kerajaanmu, bagaimana aku bisa memerintah? Pendudukmu sudah mngetahui kegagalanku dan mereka akan menolakku. Apa gunanya aku menjadi raja kalau mereka menolakku?”, tanya petani itu.

“ Kalau kau mau, aku bisa menggunakan otoritasku sebagai raja untuk membuat mereka mematuhimu sebagai penggantiku. Tapi, kau harus tahu, mereka akan mematuhimu bukan karena otoritasmu tapi otoritasku. Mereka akan mematuhimu bukan karena mereka menghormatimu tapi karena kedudukanmu sebagai raja yang kuwariskan”

“ Bagaimana aku bisa meminta mereka untuk menghormatiku?”, tanya petani itu lagi.

“ Kau tidak bisa meminta mereka untuk menghormatimu. Orang terhormat tidak perlu meminta untuk dihormati orang lain. Kalau dia memang orang terhormat, tanpa diminta pun orang akan menghormatinya. Orang yang meminta dihormati bukan orang terhormat, melainkan orang yang gila hormat”

“ Tapi, bukankah kau sendiri yang mengatakan kalau tanpa kepercayaan rakyat tidak akan ada negara? Jangankan menghormatiku, mereka bahkan melemparkan batu ketidakpercayaan padaku. Bagainana aku bisa meminta mereka mempercayaiku?”

“ Betul, mereka tidak percaya lagi padamu. Reruntuhan istana kaca itu adalah bukti yang sangat nyata atas ketidakpercayaan mereka. Kau harus mengerti, kepercayaan bukanlah sesuatu yang diminta dan diberikan. Kepercayaan adalah sesuatu yang harus kau usahakan. Kau tidak meminta seseorang mempercayaimu, kau berusaha menunjukkan kalau kau bisa dipercaya.”

“ Tapi, bagaimana aku bisa membuat mereka mempercayaiku? Apa yang harus kulakukan untuk membuat mereka mempercayaiku lagi?’

“ Kali ini aku tak bisa membantumu, itu sesuatu yang harus kau pikirkan sendiri. Tapi akan kuberi beberapa petunjuk, mengakui kesalahanmu dan meminta maaf adalah langkah awal yang benar. Kegagalanmu akan menyertaimu sepanjang hidupmu dan orang akan selalu membicarakan hal itu. Menutupi hal itu dan berharap orang melupakan sama saja dengan menyiapkan tumpukan batu siap lempar di depan istana kaca yang akan kau bangun”.
“ Dan kau harus melakukan sesuatu yang berharga yang melebihi semua kegagalanmu. Seberapa besar kegagalanmu, sebesar itu jugalah kau harus menanggungnya dan melakukan hal yang melebihi kegagalan itu. Sampai suatu hari nanti orang bisa berkata tentang dirimu bukan lagi “ dia orang gagal” melainkan “ Dulu dia orang gagal, tapi sekarang…..”. Kegagalanmu di masa lalu tak akan pernah hilang, tapi bukan berarti masa kini dan masa depanmu hilang”

Petani itu merenungkan hal itu. Dia tahu kalau dia bisa memilih untuk hidup tenang di pertaniannya atau pergi ke kerajaan lain. Tapi dia juga tahu kalau itu hanya mengubur kegagalannya dan menjauhi takdirnya. Dia tahu apa yang harus dia lakukan sekarang tapi dia juga tahu kesusahan yang akan menimpanya.

Esok harinya, sementara raja tidur di pondoknya, petani ini pergi ke kota untuk melakukan apa yang harus dia lakukan.Tentu saja penduduk kota mengenali bekas raja mereka yang gagal ini dan mereka mengolok-oloknya, beberapa bahkan mencoba mengusirnya pergi. Tapi petani ini tetap pergi ke tempat dia harus pergi, yaitu ke reruntuhan istana kacanya. Istana kacanya yang dulu megah sekarang hanya tersisa puing-puing.

Tanpa mempedulikan penduduk kota yang mengejeknya, petani ini mengambil puing-puing kaca satu demi satu dan merekatkannya kembali. Berhari-hari dia melakukan hal itu, merekatkan pecahan kaca dan membangunnya kembali. Seringkali bangunan yang baru dibangunnya itu kembali harus hancur karena ada penduduk kota yang melempar batu ketidakpercayaan, tapi petani ini mengambil kembali serpihan kaca yang hancur dan merekatkannya.

Sampai tiba harinya dimana kehormatan dipulihkan dan kepercayaan dinyatakan adalah hari dimana istana kaca kembali berdiri. Dan raja sejati memenuhi takdirnya.

PS:
Tadinya judulnya pengen The Glass Castle : Reloaded atau Glass Castle 2 : Revenge of the Farmer tapi karena udah keburu diambil holiwut ya udah jadi ini judulnya.

The Glass Castle

Di suatu negeri yang jauh, tapi mungkin juga tidak terlalu jauh, mungkin juga dekat, atau bahkan mungkin kita tinggal di negeri tersebut, hiduplah seorang petani sederhana. Petani ini adalah seorang yang sangat biasa, bukan petani yang terkenal atau luar biasa, orang biasa seperti teman-teman kita atau keluarga kita atau bahkan seperti diri kita sendiri. Hanya saja, petani ini sangat sering mengomel tentang kehidupannya. Dia selalu berkata,

“ Sendainya aku ini seorang raja yang memerintah negeri ini, pasti hidupku akan luar biasa. Aku akan terkenal, semua orang mengenalku dan aku bisa memerintahkan bawahanku untuk melakukan apa saja”

“ Menjadi raja pasti sangat menyenangkan, tidak ada yang perlu dikuatirkan. Cukup hanya mengeluarkan kata perintah dan semua orang akan menjalankan. Sungguh suatu kehidupan yang sangat mudah”

Petani ini sering sekali mengomel soal mudahnya hidup seorang raja kepada keluarga, teman-temannya atau bahkan orang asing yang baru dia temui di tengah jalan pun dipaksanya untuk mendengar omelannya. Sampai suatu saat omelannya sampai ke telinga raja. Raja yang mendengar hal ini pun mendatangi petani itu ke rumahnya.

Petani yang melihat kedatangan raja di rumahnya tentu saja terkejut. Tapi dia lebih terkejut lagi ketika tahu kalau kedatangan raja ke rumahnya justru untuk mengangkatnya menjadi raja, dengan satu syarat. Syaratnya adalah petani itu harus tinggal di istana raja. Tentu saja petani itu langsung setuju dengan syarat semudah itu. Lagipula bukankah seorang raja memang harus tinggal di istana? Dengan segera dia dan seluruh keluarganya berkemas - kemas untuk pindah ke istana raja.

Keesokan harinya, raja sendiri mengantar petani ini ke kota untuk menempati istananya. Sepanjang jalan petani ini sibuk membayangkan kemegahan rumah barunya. Dan harapannya memang menjadi kenyataan, beberapa kilometer dari kota dia sudah bisa melihat bangunan besar yang berdiri megah dan tampak bersinar mengkilap di bawah sinar matahari. Semakin dekat dia ke istana barunya, semakin kagum petani ini dibuatnya. Ternyata istana yang akan ditempatinya seluruhnya terbuat dari kaca yang dibentuk dengan indah dan sangat bersih mengkilap. Belum pernah dia melihat bangunan seindah, sebersih dan begitu bersinar seperti istana ini. Dengan gembira dia berulangkali mengucapkan terimakasih pada raja. Raja hanya tersenyum dan berkata kalau petani ini membutuhkannya, dia akan ada di rumah petani itu yang dulu.

Sesuai keinginannya, kehidupan sebagai seorang raja memang menyenangkan. Petani ini bisa memerintah semua orang di kerajaannya dengan mudah. Petani ini hidup bermalas-malasan sepanjang hari dan hanya memrintah orang-orang di sekitarnya. Sampai suatu hari dia menyadari kalau kerajaannya tampak sepi, tidak terlihat ada orang yang berlalu lalang di jalan dan semua toko tutup. Dengan heran dia bertanya kepada menterinya apa yang terjadi. Menterinya berkata,

“ Yang mulia, mereka semua sedang tidur dan bersantai di rumah.”

“ Apa? Mereka tidur? Lalu bagaimana dengan pekerjaan mereka? Bagaimana mungkin mereka semua melalaikan pekerjaan mereka? Kenapa mereka bisa semalas itu?”, petani ini berteriak dengan marah.

“ Tapi yang mulia, rakyat hanya melihat kehidupan yang mulia selama ini. Mereka rakyat yang sederhana dan patuh, ketika mereka melihat gaya hidup yang mulia, mereka pun berpikir kalau hidup seperti itulah yang benar dan seharusnya. Tolong jangan hukum kami yang mulia, kami hanya mengikutimu”, jawab menterinya sambil berlutut.

Dan petani itu pun tersadar kalau istananya memang terbuat dari kaca yang berarti semua orang bisa melihat ke dalam istana dan mengamati bagaimana kehidupannya. Dan dengan perasaan sedikit menyesal, esok harinya dia mulai menjalankan tugas-tugasnya sebagai raja dan tidak lagi memerintah orang-orang. Walaupun begitu, petani ini masih menyukai kehidupannya sebagai seorang raja.

Suatu hari, petani ini memperhatikan kalau setiap orang yang melewati istananya selalu berhenti, menunjuk-nunjuk dan saling berbisik-bisisk dengan pejalan lain. Petani ini, yang sekarang sudah belajar dari pengalamannya, langsung memanggil menterinya dan menanyakan apa yang terjadi.

“ Oh, mereka semua membicarakan betapa kotornya istana ini dan betapa joroknya yang mulia sebagai seorang raja”, jawab menterinya.

“ Istanaku kotor? Dimananya yang kotor? Sepengetahuanku istana ini sangat bersih”,

“ Memang betul yang mulia, yang kotor hanya satu jendela saja.”

“ Hanya satu jendela? Kalau begitu kenapa semua orang mempermasalahkan hal itu dan mengataiku sebagai raja yang jorok?”

“ Yang mulia, istana ini terbuat dari kaca yang mengkilap. Bahkan kotoran sedikit saja pun akan langsung terlihat dan semua orang akan langsung memperhatikannya “

Dan petani ini pun tersadar kalau istananya memang terbuat dari kaca yang memang terlihat sangat indah dan mengkilap, tapi sebaliknya kotoran sedikit apa pun yang menempel akan langsung terlihat jelas. Dan esoknya, petani ini beserta semua pegawainya bekerjasama memebersihkan istana. Kali ini, petani ini mulai terganggu dan mulai tidak menyukai istana dan kehidupannya sebagai raja.

Selain harus selalu terlihat rajin, dia juga masih harus selalu menjaga kebersihan setiap jengkal istananya. Semua ini menguras tenaganya dan tanpa disadarinya pekerjaannya semakin terbengkalai dan semakin lama kerajaanya semakin kacau. Rakyat mulai tidak puas pada raja yang baru ini dan protes mulai terdengar dimana-mana. Kemarahan rakyat ini makin lama makin panas sampai suatu hari seorang penduduk yang sangat marah melemparkan batu ke istana kaca sang raja. Dan petani ini melihat dengan ketakutan ketika batu itu dengan mudahnya menghancurkan pintu kaca istananya. Satu batu diikuti batu-batu yang lain dan dalam sekejap istananya yang megah hancur berserakan dimana-mana. Kali ini petani ini tidak tahan lagi dan segera lari meninggalkan istananya untuk mencari raja di rumahnya yang dulu.

Ketika sampai di rumahnya yang dulu, petani ini melihat raja sedang menanami ladangnya dengan muka bahagia. Petani ini dengan segera menghampirinya dan memohon sang raja untuk kembali ke kota dan membereskan semua kekacauan. Raja menatapnya dan bertanya,

“ Kenapa? Bukankah engkau sudah mendapatkan keinginanmu? Kenapa sekarang kau ingin bertukar tempat kembali denganku? Apakah kau tidak menyukai istanamu?”

“ Tidak, aku tidak mau lagi jadi raja dan tinggal di istana kaca. Istana itu memang indah tapi aku tidak mau lagi tinggal di dalamnya. Setiap hari aku harus berhati-hati karena semua orang memperhatikan hidupku. Dan setiap hari juga aku harus mengamati istanaku supaya tidak ada satupun kotoran menempel yang akan membuatku ditunjuk orang lain. Dan bahkan setelah semua yang kulakukan, ketika rakyat tidak puas dan melempari istanaku, dengan mudah istana itu hancur. Aku tidak mau lagi menjadi raja dan tinggal disana.”

“ Tapi, kau tidak bisa menjadi raja tanpa tinggal di istana kaca. Itu adalah syarat semua raja! Menjadi pemimpin berarti membagi hidupmu dengan semua rakyatmu, hidupmu bukan lagi milikmu sendiri. Karena itu seorang pemimpin harus tinggal di istana kaca supaya semua orang bisa melihat kehidupannya dan belajar darinya. Apakah kehidupan itu baik atau buruk akan mempengaruhi semua orang yang dipimpinnya.”

“ Tinggal di istana kaca berarti semua orang akan memperhatikanmu. Sedikit saja kotoran menempel di istanamu, semua orang akan langsung membicarakan hal itu seolah-olah istanamu adalah tempat terjorok di muka bumi. Dan, istana kaca, sama seperti bahan penyusunnya, walaupun terlihat indah mengkilap tapi sangat rapuh. “

“ Suatu kerajaan berdiri karena kepercayaan rakyatnya, tapi ketika rakyat kehilangan kepercayaannya maka batu ketidakpercayaan sangat mudah menghancurkan istana kaca yang megah.”

“ Raja, kembalilah ke kota dan ambillah lagi kedudukanmu. Aku tidak pantas menjadi raja. Aku ingin menjadi raja karena membayangkan betapa enaknya menjadi terkenal, memerintah orang-orang dan punya berbagai hak istimewa. Aku tidak pernah memikirkan tanggung jawab sebagai seorang raja. Aku tidak pantas menjadi raja”

“ Kau sudah mengerti sekarang? Hanya orang-orang yang mengetahui beratnya tanggung jawab menjadi raja dan bersedia memikul tanggung jawab itu seumur hidupnya yang bisa menjadi raja yang baik. Untuk saat ini, kembalilah menjadi petani. Suatu saaat nanti jika kau bisa merasa bahagia melakukan pekerjaan kecil di sudut kerajaan ini, jika kau sudah siap untuk menerima tanggung jawab seorang raja, aku akan memanggilmu kembali untuk menjadi penerusku.”


PS :

Ide dongeng ini sebenarnya berasal dari berbagai sumber.
Yang pertama dari cerita-cerita yang saya baca mengenai kejatuhan pemimpin dan pelayanan Kristen dan kegagalan saya sendiri sebagai seorang pembimbing di gereja.
Yang kedua, dari fabel Yunani kuno , The Sword of Damocles. Dalam cerita ini syarat menjadi raja bukanlah istana kaca tapi duduk di singgasana raja dimana di atasnya tergantung sebatang pedang yang hanya diikat oleh seutas rambut saja. Fabel ini menceritakan bahayanya hidup seorang raja di jaman itu. Bagi pemimpin rohani, kecuali di beberapa tempat di belahan bumi ini, pedang bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan. Tapi integritas dan kehidupan pemimpin yang akan menentukan jatuh bangunnya satu pelayanan. Daripada pedang, pemimpin rohani sekarang lebih sering jatuh karena masalah sex atau uang.
Yang ketiga, mengenai rapuhnya istana kaca, saya dapat dari satu cerita lama dari china yang saya sendiri lupa darimana sumbernya, mungkin dari Tsun Zu. Cerita ini mengenai seorang raja yang bertanya pada satu orang bijaksana mengenai apa yang terpenting bagi kerajaan. Orang bijak ini menjawab, senjata, makanan dan kepercayaan rakyat. Raja ini bertanya lagi apa yang paling penting dan tidak boleh hilang. Orang bijak ini menjawab kalau kepercayaan rakyat tidak boleh hilang. Makanan dan senjata boleh habis, tapi tanpa kepercayaan rakyat tidak ada negara.
Dan ketika pelayan berhenti mempercayai pemimpinnya, yang tersisa hanya organisasi rohani, bukan pelayanan.
Dan yang terakhir, trailer film MuLan, prajurit wanita yang menyamar menjadi pria untuk menggantikan ayahnya ke medan perang. Kalo ga salah kata-kata di trailer itu kaya gini, “ Hidup seorang jendral bukan lagi miliknya sendiri, tapi milik negara dan anak buahnya.”