Kenapa yah Adam diciptain duluan dan Hawa diciptain belakangan? Kenapa ngga dua-duanya dibikin bersamaan? Kenapa mesti satu-satu sih? Ada ngga yang pernah mempertanyakan masalah ini? Sebenernya ini bukan masalah baru karena penciptaan Adam yang terlebih dulu ini seringkali dijadikan dasar untuk merendahkan kaum perempuan dengan alasan karena perempuan diciptakan sesudah Adam berarti perempuan lebih rendah derajatnya dan harus menurut pada kaum pria. Kalau memang ini jawabannya, itu berarti saya harus tunduk pada kaum kucing dan sapi karena mereka lebih dulu diciptakan daripada Adam.
Saya ga terlalu tertarik ngeributin apakah pria lebih tinggi derajatnya daripada perempuan karena menurut saya baik pria maupun wanita adalah pewaris Allah yang setara. Saya lebih tertarik pada kenyataan bahwa Allah tidak menciptakan pria dan wanita dalam waktu yang bersamaan. Bukan hanya mereka tidak diciptakan bersamaan tapi juga Adam sempat hidup seorang diri bersama para binatang ( Kejadian 2:19 ) sebelum akhirnya Tuhan mengambil tulang rusuknya.
Jujur aja, kalau saya baca Kejadian 2 sepertinya Allah seperti ilmuwan yang coba-coba. Bikin Adam, taro di Taman Eden dan kemudian diamati. Diambil kesimpulan kalau Adam tidak baik seorang diri dan Allah memberikan teman baginya. Allah tidak langsung memberikan Hawa tapi justru memberikan binatang hutan kepada Adam. Adam tidak menemukan teman yang sepadan baginya di antara binatang-binatang tersebut dan Allah mencoba sekali lagi. Kali ini Ia membuat seorang perempuan dari tulang rusuk Adam, dan kali ini Adam menerima.
Eureka…Allah mengusap keringat di dahinya dan gembira karena percobaanNYA akhirnya berhasil dan Adam gembira. Seperti inikah proses penciptaan manusia? Allah yang memakai jas lab putih lengkap dengan kacamata tebal dan buku notes yang mencatat setiap gerak gerik Adam?Buat saya ini perkara yang aneh karena ga mungkin Allah seperti itu. Ketika Dia membuat Adam, pastilah Dia sudah punya rencana yang jelas dan Dia juga sudah tahu masa depan manusia dan tentu saja rancangan Hawa sudah ada di pikirannya sejak awal dan bukan hasil proses coba-coba.
Tuhan tentu tahu kalau Hawa lah yang dibutuhkan Adam, tapi Adam sendiri mungkin ga tahu. Pernah nonton film Tarzan yang produksi Disney? Film lama sih dan mungkin banyak yang ga pernah nonton. Anyway, Tarzan dibesarkan di tengah keluarga kera dan walaupun tahu dirinya berbeda dari gorila tapi Tarzan belum pernah bertemu dengan manusia lain. Sampai suatu hari dia bertemu Jane dan langsung jatuh cinta dan tahu kalau yang dia inginkan adalah Jane. Akhirnya, hepi ending lah, mana mungkin Disney bikin film yang ga hepi ending ( ..ada yang tahu gimana cerita Bambi? Ga pernah nonton…katanya sedih endingnya? )
Apakah Adam kesepian? Pernahkah Adam melihat ke bintang-bintang dan bertanya-tanya kenapa begitu banyak bintang tapi hanya ada dia seorang diri? Ataukah Adam berjlan-jalan di musim gugur saat daun berjatuhan dan duduk mengamatinya seorang diri? Bukankah ada Allah di sampingnya? Masihkah Adam kesepian ketika Allah sendiri duduk di sampingnya?
Oh, saya yakin duduk bersama Allah pasti sangat menyenangkan. Mengobrol tentang berbagai macam hal dan mentertawakan anak kucing yang baru belajar berlari dan terguling-guling. Tapi Allah adalah Allah dan tetaplah Allah, sedekat apapun hubungan Allah dan Adam tetap saja Adam adalah manusia dan Allah adalah Allah. Apakah itu berarti kita ga bisa bersahabat dengan Tuhan? Apakah kita ga bisa berteman dengan papa kita? Tentu saja bisa tapi papa tetaplah papa dan bukan teman main kita yang selevel.
Ada begitu banyak binatang yang menemani Adam, apakah Adam tetap kesepian? Mungkin memang menyenangkan bermain gulat dengan panda. Empuk,berbulu dan lucu. Sayangnya Adam tidak akan pernah bisa pergi dinner dengan panda karena pasti susah kalau harus memotong bambu dengan garpu dan pisau.
Dan mungkin menarik ketika Adam mengobrol dengan burung beo yang cerewet dan bawel. Tapi bisakah Adam bercakap –cakap mengenai masalah alam semesta dengan beo?
Ketika Adam memandang ke atas, disana ada Allah yang mengasihinya. Dan ketika Adam memandang ke bawah, di sana ada binatang-binatang yang menghormatinya. Tapi ketika Adam menandang ke samping…adakah yang memegang tangannya dan berjalan di sampingnya?
Tuhan tentu tahu kalau Adam akan kesepian dan membutuhkan seseorang. Ketika Tuhan mengatakan bahwa manusia itu tidak baik seorang diri, Tuhan tidak mengatkanhya sambil terkejut dan berkeringat seolah-olah itu kejadian yang tidak terduga yang tidak ada dalam rencanaNYA. Tuhan mengatakan hal itu sama seperti seorang ayah yang melihat anaknya menggambar-gambar di kertas dan berlari-lari di taman;” Sudah waktunya dia masuk TK dan bermain dengan teman-teman yang lain”. Sang ayah tentu tahu kalau suatu saat nanti anaknya harus masuk TK, dia hanya sekedar mengkonfirmasi hal itu.
Mungkin Tuhan melihat kesepian Adam atau kebingungannya atau kesedihannya. Apapun alasannya, Tuhan tahu kalau waktunya sudah tiba dan berkata,” Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja”. Dan Tuhan menjadikan Hawa,penolong yang sepadan dengan adam, yang akan berlari bersamanya. Tidak di depannya dan tidak juga di belakangnya tapi di sampingnya.
Dan menurut saya itulah alasannya, supaya Adam tahu bahwa yang dibutuhkannya adalah penolong yang sepadan, yang tidak berada di atasnya dan di bawahnya tapi disampingnya.
Kita semua punya alasan masing-masing kenapa kita menginginkan seorang pasangan. Kebanyakan dari kita menginginkan seseorang yang menyayangi kita dan memperhatikan kita. Mungkin sebagain dari kita kehilangan kasih sayang ketika kita kecil dan sambil berjalan kita bertanya-tanya; adakah seseorang yang akan menyayangi kita? Kebanyakan dari kita berharap akan adanya seseorang penyelamat, seorang ksatria berkuda yang akan melindungi dan menyayangi kita seumur hidup. Ga aneh kalau tema cerita soap opera atau sinetron pada dasarnya adalah cerita Cinderela yang diremake berulang kali.Kita menginginkan seorang pasangan yang akan membahagiakan kita seumur hidup, yang akan selalu berjalan di depan dan menghadapi setiap rintangan dan yang perlu kita lakukan hanyalah mengikutinya. Apakah aneh kalau kemudian banyak yang kecewa dan cinderela kembali ke dapur yang gelap? Atau sebaliknya, kita menganggap pasangan kita warga kelas 2 yang posisinya berada di bawah kita dan harus selalu berjalan di belakang kita.
Apakah salah kalau kita menginginkan pasangan kita menyayangi kita? Tentu saja ngga, yang sering kita lupakan justru bahwa pasangan kita juga ingin disayangi sama seperti kita menginginkannya. Pasangan kita bukanlah tong kasih sayang yang biasa kita kuras tiap hari terus menerus. Pasangan kita bukanlah hanya sekedar dekorasi rumah untuk dipamerkan kepada para tamu.
Intinya sih yang Adam butuhkan dan yang kita butuhkan adalah seseorang yang berjalan di samping kita, bukan di depan dan di belakang.