Kenapa Kita Mempercayai Alien?

Beberapa bulan lalu, saya nonton film Indiana Jones yang terbaru, Kingdom Of Crystal Skull. Sebenernya lumayan rame sih, tapi entah kenapa mungkin karena Steven Spielberg ikut terlibat kok belakangnya jadi cerita alien sih? Jadi agak kecewa juga karena walaupun spesial efeknya keren tapi kalau soal cerita sih saya lebih suka Indiana Jones yang dulu. Tapi hal itu jadi bikin saya mikir, kok kita suka alien yah? Kenapa banyak orang yang percaya alien sampai-sampai ada proyek khusus untuk mencari kehidupan di luar angkasa yaitu SETI.

Saya ga bakalan ngebahas apakah alien ada atau ngga. Saya lebih tertarik pada kenapa bagi sebagian bahkan mungkin kebanyakan orang, lebih mudah mempercayai adanya alien daripada percaya adanya Tuhan. Bahkan para ilmuwan penganut teori evolusi sendiri lebih mudah mempercayai alien daripada Tuhan. Seiring kemajuan ilmu pengetahuan, semakin banyak keraguan yang ditujukan kepada teori evolusi karena banyak yang berpendapat bumi kita ini luar biasa komplek tapi sekaligus sangat teratur yang mustahil muncul hanya dari proses kebetulan belaka.

Kalau menurut teori evolusi, kehidupan di bumi berasal dari sup “daging” purba yang berevolusi menjadi mahluk hidup bersel satu yang kemudian berevolusi terus menerus secara “kebetulan” menjadi manusia. Itu suatu hal yang mustahil, sama mustahilnya dengan mengharapkan angin ribut melanda tong sampah dan dari kumpulan sampah itu secara kebetulan tersusun membentuk TV LCD 32 inch. Bahkan sebagian ahli teori evolusi terpaksa mengakui kalau ada suatu kekuatan atau kuasa yang menciptakan bentuk kehidupan rumit di bumi kita. Yang menarik, para ilmuwan ini kemudian tidak mengkaitkan kuasa ini dengan Tuhan tapi justru dengan alien. Mereka berpendapat di masa lalu ada alien yang berteknologi tinggi mengunjungi bumi kemudian menciptakan kehidupan di sini.

Tentu saja hal ini ngga menyelesaikan masalah karena masalah yang sama kemudian pasti muncul di planet alien itu,” Siapa yang menciptakan kehidupan di planet alien?”. Masa alien lain? Terus yang bikin kehidupan di planet alien yang bikin kehidupan di planet alien yang membuat kehidupan di bumi itu siapa,dan seterusnya. Yang menarik buat saya adalah kenapa, sekalipun mereka ilmuwan yang pintar, mereka lebih memilih percaya alien daripada Tuhan. Dari segi iman, kalo menurut saya sih butuh iman yang lebih besar untuk percaya kalo bumi ini dibuat oleh alien daripada iman yang dibutuhkan untuk percaya kalo bumi ini dibuat Tuhan. Dari segi akal sehat, kalo percaya Tuhan dianggap sebagai tahayul kuno yang ga memakai akal sehat, percaya pada alien emangnya lebih waras dan berakal sehat? Jadi kenapa ada orang yang lebih mudah percaya alien daripada Tuhan?

Saya cuma kepikir satu alasan. Saya pikir semua orang mau ga mau, menyadari kalau ada satu kuasa yang lebih besar dari kita yang membentuk dan mengatur dunia kita ini. Ada satu kuasa yang mengatur kelahiran dan kematian kita dan bahwa manusia bukanlah mahluk super yang berdiri di atas seluruh alam semesta. Suka ga suka, di ranjang kematian, semua orang sadar kalo ada suatu kuasa yang harus dia hadapi sebentar lagi. Alasan kenapa orang lebih mudah percaya alien adalah karena jika alien datang, dia ga akan bertanya dosa apa aja yang sudah kita lakukan. Dia mungkin akan bertanya kenapa manusia berperang dan merusak bumi, tapi saya pikir alien ga akan bertanya berapa sering kita berbohong atau menonton film porno. Dengan kata lain, mungkin bagi sebagian orang alien adalah mahluk berkuasa setara dengan Tuhan, bedanya alien ga akan menanyakan dosa – dosa kita. Sangat berbeda dengan Yesus yang jelas – jelas mengkonfrontasi dosa-dosa kita dan meminta kita bertobat.

Sebegitu susahnyakah bagi seseorang untuk mengakui kalau dia berdosa? Apakah itu lebih sulit daripada membengkokkan akal sehat dan memilih mempercayai mahluk hijau kecil bermata besar? Tapi mungkin ada alasan lain. Lebih mudah menjadi seorang ateis atau alien believer dan terus hidup dalam dosa daripada terus hidup dalam dosa tapi mempercayai adanya Tuhan. Yang pertama menghilangkan rasa bersalah yang mengganggu dengan cara menyingkirkan sumber rasa bersalah itu sendiri yaitu Tuhan dan menggantinya dengan teori dan mahluk hijau sementara yang kedua terus dihantui perasaan bersalah.Tapi sepertinya memang sudah jadi bagian dari natur manusia untuk menghindari berhadapan dengan dosa atau menolak untuk mempercayai bahwa manusia bisa berbuat dosa dan kesalahan.

M.Scott Peck, seorang psikolog pengarang buku “People Of The Lie” berusaha mencari tahu seperti apakah orang jahat itu. Sebenernya apa yang menjadikan seseorang jahat dan seperti apakah orang jahat itu. Dalam bukunya itu, disimpulkan kalau seorang yang jahat adalah seseorang yang tidak mengakui kalau mereka bisa berbuat salah. Bukan orang yang tidak mengakui ketika berbuat salah, banyak orang yang berbuat salah tapi karena harga diri tidak mau mengakui kalau mereka salah dan walaupun itu bukan hal yang baik tapi juga tidak cukup untuk kemudian menggolongkan mereka ke dalam kelompok orang jahat. Menurutnya, orang jahat adalah orang yang sama sekali tidak mengakui kalau mereka bisa berbuat salah. Orang-orang seperti ini berpikir kalau dirinya adalah orang-orang baik dan terhormat yang selalu berbuat baik dan mereka tidak pernah berbuat jahat. Ketika seseorang berbuat salah, walaupun dia tidak mengakui tapi dia tahu kalau dia melakukan kesalahan. Tapi orang –orang seperti ini benar-benar yakin kalau dirinya tidak mungkin berbuat salah sekalipun itu jelas-jelas salah. Orang-orang seperti ini membohongi dirinya sendiri kalau mereka adalah orang-orang suci yang tidak mungkin berbuat dosa.

Hitler tidak pernah menganggap dirinya salah karena dia berpikir kalau semua yang dia lakukan demi kebaikan Jerman dan memurnikan umat manusia. Al Capone, gangster Amerika terkenal, ketika ditangkap bersikukuh kalau dirinya tidak bersalah dan semua yang dia lakukan adalah demi kebaikan kota Chicago. Di antara pasien M.Scott Peck adalah sepasang suami istri yang mempunyai anak yang depresi. Setelah diselidiki, ternyata anak mereka depresi karena dia tidak menyukai sekolah yang dipilihkan orangtuanya dan lebih suka masuk sekolah lain yang sesuai dengan minatnya. Tapi ketika kenyataan ini diberitahukan kepada orangtuanya, orangtuanya justru menganggap kalau psikolognya, yaitu M.Scott Peck , terlalu berlebihan. Mereka benar – benar percaya kalau mereka melakukan yang terbaik dan memilihkan sekolah yang terbaik bagi anak mereka. Dan kalau keadaan tidak berjalan lancar, mereka sama sekali menutup kemungkinan kalau mereka yang salah tapi langsung menyalahkan anaknya yang memang terlahir bermasalah atau psikolognya yang terlalu berlebihan dan tidak mengerti keluarga mereka. Sekali lagi, ini bukan mereka tidak mau mengakui kesalahan tapi mereka tidak mengakui kalau mereka bisa berbuat salah.

Memang normal kalau kita ga mau menghadapi dosa – dosa kita, bukanlah hal yang membanggakan untuk mengakui kalau kita seorang pembohong atau pencuri atau pezinah. Tapi menutup mata dan membohongi diri sendiri kalau kita adalah dewa dewi yang tutun ke bumi yang tidak mungkin berbuat salah adalah hal yang konyol. Jadi kenapa sebagian dari kita lebih mudah mempercayai alien daripada Tuhan? Karena alien akan memarahi kita soal global warming tapi ga akan menanyakan apakah uang yang kita peroleh didapat dengan cara yang jujur atau dengan siapa saja kita tidur. Boleh saja orang bilang banyak bukti tentang keberadaan alien, yang menurut saya sangat meragukan. Bagi saya, ketika melihat kunang-kunang dan mendengar jangkrik berbunyi, itu mengingatkan saya kalau bumi ini dibentuk Tuhan dan bukan oleh mahluk hijau kecil di planet Mars.