….BRRRETTTTTTTT…

Ada yang masih ingat bagaimana rasanya ketika pertama kali bertemu Yesus? Saya dari kecil ikut sekolah minggu dan bayangan pertama tentang Yesus yang saya kenal adalah boneka bayi di palungan. Jenggot palsu yang dibikin pake pensil dan kain yang dililit-lilit. Dan tentu saja anak-anak perempuan yang pake rok berenda sambil membawa tongkat bintang. Entah kenapa dari kecil sepertinya saya sudah ditakdirkan untuk memerankan Yusuf, kalo ga salah 3x dari SD sampe SMP. Bayangan pertama tentang Yesus bagi seorang anak seperti saya tidak terlalu mengesankan, saya lebih tertarik dengan Simson atau Daud soalnya kalo guru sekolah minggu cerita, ceritanya jadi seru kaya film action. Tapi Yesus selalu muncul sebagai bayi di palungan di kandang domba dan seringkali cuma muncul setahun sekali di malam Natal. Paling ngga saya cuma inget cerita Yesus di hari Natal doang karena itu yang dipentasin.

Tentu saja ga semua punya kesan yang sama dengan saya mengenai kesan pertama bersama Yesus. Bagi sebagian orang mungkin Yesus adalah Allah asing yang disembah suku lain dengan kebiasaan-kebiasaan aneh seperti naro bayi di palungan,nyari telor di halaman dan pake kalung salib.

Mungkin bagi sebagian orang Yesus adalah gambar di ruang tamu yang sudah turun temurun bersama keluarga. Nama Yesus bukanlah nama yang aneh karena setiap orang yang dilahirkan di keluarganya otomatis menjadi Kristen. Bagi mereka, Yesus adalah bagian dari tradisi yang menyertai merekasejak lahir. Lahir dibaptis,menikah di gereja dan dikuburkan di pemakaman Kristen.

Mungkin sebagian lagi seperti bangsa Israel di kaki gunung Sinai. Yesus begitu menakutkan, terlalu tinggi untuk disentuh dan Yesus bukanlah Alah yang bisa ditemui oleh orang biasa. Dan seperti anak-anak yang pertama kali masuk TK, mereka mendekati Tuhan sambil bersembunyi di balik jaket pendeta,penatua,atau pelayan manapun di gereja yang selalu terlihat sibuk setiap minggu. Pertemuan dengan Yesus bukanlah pertemuan pribadi tapi pengajuan proposal melalui pihak ketiga. Dan mereka titipkan doa,harapan dan hak mereka untuk menentukan benar dan salah ke tangan orang lain dan berkata,” Berbicaralah pada Tuhan untuk kami”

Di masa kecil saya, Yesus dan sekolah minggu adalah bagian tak terpisahkan dari pergaulan anak-anak kecil di kota saya. Sekolah minggu adalah pelengkap taman kanak-kanak dan orangtua mengirimkan anak mereka ke gereja bukan untuk mengenal Yesus tapi supaya bergaul dengan anak-anak lain. Dan bagaikan tradisi, saya datang tiap minggu ke gereja, masuk SMP dan SMA Kristen tanpa pernah berpikir,” Siapakah Yesus?”

Bahkan ketika di SMA saya lahir baru dan mulai membuka mata pada nama Yesus, saya bersembunyi di balik baju pembimbing. Di hadapan Yesus rasanya saya cuma cucu keponakan cicit kutu yang keinjek,dikubur,diinjek-injek lagi,disemen di atasnya dijadiin trotoar dan diinjek-injek lagi. Terlalu berlebihan yah? Ya deh, cuma anak kutu yang diinjek dst….

Apakah itu cukup? Duduk di kaki gunung dan mengamati Musa yang terengah-engah memanjat gunung Sinai untuk bertemu dengan Tuhan? Paling tidak,apakah kita ga ingin melihat dan memegang ujung jubahnya Tuhan? Seandainya pun kita ga bisa memandang muka Tuhan secara langsung apakah kita paling tidak bermimpi, seperti Perseus dalam legenda Romawi, melihat sekilas pantulan wajahnya di cermin? Beranikah kita datang dan memelukNYA?

Seandainya hari ini saya meninggal,apa yang akan saya perbuat begitu sampai ke surga? Apakah saya akan berdiri ragu-ragu di depan pintu gerbang surga? Berjalan bolak balik sambil menggigiti kuku jari tanpa berani melangkah melewati pintu surga? Apakah saya akan mengintip dari balik pintu dengan takut-takut? Ketika melihat Yesus,apakah saya akan langsung berlutut dengan sangat takut? Ataukah saya akan bengong? Ataukah saya akan berlari dan langsung memelukNYA? Saya ga tahu, tapi yang saya tahu Yesus akan langsung lari ke arah kita dengan tangan terbuka sambil membawa baju dan cincin sementara panitia pesta besar turut berlari di belakangNYA.

Terkadang kita cukup puas mengamatiNYA dari jauh, terkadang kita hanya mengenalNYA sebagai Allah yang Maha Kuasa yang menentukan berkat dan hidup mati kita. Terkadang kita hanya mengenal tanganNYA dan bukan diriNYA. TanganNYA yang memberikan berkat, yang mengijinkan bencana, yang menentukan hidup dan mati kita. TanganNYA yang kita cari dan kita sembah. Saya bertanya-tanya, seandainya saya mempunyai keberanian ..bukan,bukan keberanian..lebih tepat kalau kerinduan, untuk mengangkat muka dan melihat wajahNYA, apakah yang akan saya lihat?

Sejujurnya, saya ga tahu. Saya ga mengenal Tuhan,saya cuma mengenal tanganNYA. Seperti apakah Tuhan itu? Apa yang Dia sukai? Apa yang membuatNYA tertawa? Apa yang membuatNYA sedih dan marah?Apakah Dia punya warna favorit? Apakah ada tempat di dunia atau di surga yang menjadi favoritNYA? Apakah Tuhan juga senang bermain ? Atau berolahraga? Atau bernyanyi? Apakah Yesus bermain bola di surga?
Apakah Yesus juga tersenyum ketika melihat matahari terbit?
Apakah Yesus juga merasa gemas ketika melihat anak kucing yang baru belajar berjalan dan mengejar ekor induknya?
Apakah Dia tersenyum melihat anak anjing yang mengejar buntutnya sendiri?
Apakah Yesus juga suka mendengar joke yang lucu? Sekalipun terkadang joke itu menyindir umatnya sendiri? Apakah selera humornya bagus?

Apakah aneh ketika saya menanyakan hobi Tuhan? Betul, itu memang aneh. Tapi saya mempertanyakan hal itu karena saya ga mengenalNYA. Saya ga mengerti seperti apa Yesus itu selain bahwa Dia Allah yang mengasihi kita. Tapi saya ingin mengenalnya lebih dekat lagi. Saya ingin mengenalnya bukan sebagai Allah Alam Semesta, tapi sebagai seorang Pribadi.

Saya ingin bertemu muka dengan muka denganNYA. Bukan, yang saya inginkan bukanlah sesuatu yang bersifat supranatural. Saya tidak meminta supaya malam ini Yesus muncul di kamar dan saya bisa memandang wajahNYA. Yang saya inginkan adalah berhenti memandang tanganNYA dan mengangkat muka memandang wajahNYA. Untuk mengenalNYA bukan sebagai Boss yang membagikan bonus di akhir bulan dan liburan panjang ke surga di akhir tahun. Tapi mengenalNYA sebagai seorang Pribadi.

Masih perlu waktu yang sangat lama untuk belajar memahami Tuhan, sampai dipanggil pulang pun saya yakin saya tetap ga akan mengenal Tuhan sepenuhnya. Adalah satu hal untuk mempertanyakan apakah Tuhan tertawa juga ketika mendengar joke yang bagus. Tapi hal yang sangat berbeda ketika saya berusaha memahami kenapa Tuhan mengijinkan hal buruk terjadi. Kenapa Tuhan mengijinkan anak-anak kecil dilecehkan, dijual dan dimanfaatkan habis-habisan? Kenapa Tuhan mengijinkan anak-anak di belahan dunia yang satu kelaparan sementara di belahan dunia yang lain ada anak-anak yang masuk gym dari umur 10 tahun karena obesitas? Kenapa Tuhan mengijinkan perang ? Kenapa Tuhan mengijinkan hal buruk terjadi kepada orang-orang yang mengikutiNYA?

Saya ga akan berlagak sebagai seorang bijaksana yang bisa menjawab semua pertanyaan itu.Bisa saja saya menghindar dan melupakan pertanyaan- pertanyaan ini. Kenapa tidak? Tuhan menciptakan dunia yang indah dengan binatang-binatang yang luar biasa, Tuhan memberkati hidup kita, untuk apa kita memikirkan hal-hal lain? Bukankan cukup kita tahu kalau Tuhan itu baik? Ya, tapi itu berarti saya hanya mengenal separuh dari dirinya. Bukan berarti separuh lagi dari Tuhan itu jahat, tapi kenyataanya Dia mengijinkan hal-hal itu terjadi. Tentu saja hal buruk adalah rancangan setan, tapi seperti Ayub, Tuhan mengijinkan hal itu terjadi. Menerima dan memahami hal itu bukanalah perkara yang mudah. Tapi saya ingin mengenal Dia seutuhnya.

Paling tidak, ketika saya pulang ke surga nanti, saya berharap saya ga akan bengong ketika melihat Yesus . Paling tidak, ketika Yesus berlari menghampiri saya, saya juga berlari menghampiriNYA. Apakah saya terlalu berlebihan? Apakah saya terlalu kurang ajar dengan mencoba memahami dan mengenal Tuhan sebagai Pribadi? Untuk memandang wajahNYA? Saya ga tahu, tapi saya ga punya niat hanya duduk di kaki gunung Sinai, hanya berdiri di depan bait Allah. Kenapa ?

Karena…BRRRETTTTTTTT…..tabir bait suci terbelah ketika Yesus disalib. Dan saya ingin mengintip lewat robekan itu. Mungkin yang akan saya lihat ketika mengintip adalah Allah dengan muka menyeramkan dan pedang terhunus dan dengan marah mengusir tukang ngintip ini. Tapi mungkin juga yang akan saya lihat adalah seorang pria berjenggot yang tersenyum dan dengan tangan terbuka mengundang saya masuk. I think I’ll take my chance.

Kok Adam Diciptain Duluan?

Kenapa yah Adam diciptain duluan dan Hawa diciptain belakangan? Kenapa ngga dua-duanya dibikin bersamaan? Kenapa mesti satu-satu sih? Ada ngga yang pernah mempertanyakan masalah ini? Sebenernya ini bukan masalah baru karena penciptaan Adam yang terlebih dulu ini seringkali dijadikan dasar untuk merendahkan kaum perempuan dengan alasan karena perempuan diciptakan sesudah Adam berarti perempuan lebih rendah derajatnya dan harus menurut pada kaum pria. Kalau memang ini jawabannya, itu berarti saya harus tunduk pada kaum kucing dan sapi karena mereka lebih dulu diciptakan daripada Adam.

Saya ga terlalu tertarik ngeributin apakah pria lebih tinggi derajatnya daripada perempuan karena menurut saya baik pria maupun wanita adalah pewaris Allah yang setara. Saya lebih tertarik pada kenyataan bahwa Allah tidak menciptakan pria dan wanita dalam waktu yang bersamaan. Bukan hanya mereka tidak diciptakan bersamaan tapi juga Adam sempat hidup seorang diri bersama para binatang ( Kejadian 2:19 ) sebelum akhirnya Tuhan mengambil tulang rusuknya.

Jujur aja, kalau saya baca Kejadian 2 sepertinya Allah seperti ilmuwan yang coba-coba. Bikin Adam, taro di Taman Eden dan kemudian diamati. Diambil kesimpulan kalau Adam tidak baik seorang diri dan Allah memberikan teman baginya. Allah tidak langsung memberikan Hawa tapi justru memberikan binatang hutan kepada Adam. Adam tidak menemukan teman yang sepadan baginya di antara binatang-binatang tersebut dan Allah mencoba sekali lagi. Kali ini Ia membuat seorang perempuan dari tulang rusuk Adam, dan kali ini Adam menerima.

Eureka…Allah mengusap keringat di dahinya dan gembira karena percobaanNYA akhirnya berhasil dan Adam gembira. Seperti inikah proses penciptaan manusia? Allah yang memakai jas lab putih lengkap dengan kacamata tebal dan buku notes yang mencatat setiap gerak gerik Adam?Buat saya ini perkara yang aneh karena ga mungkin Allah seperti itu. Ketika Dia membuat Adam, pastilah Dia sudah punya rencana yang jelas dan Dia juga sudah tahu masa depan manusia dan tentu saja rancangan Hawa sudah ada di pikirannya sejak awal dan bukan hasil proses coba-coba.

Tuhan tentu tahu kalau Hawa lah yang dibutuhkan Adam, tapi Adam sendiri mungkin ga tahu. Pernah nonton film Tarzan yang produksi Disney? Film lama sih dan mungkin banyak yang ga pernah nonton. Anyway, Tarzan dibesarkan di tengah keluarga kera dan walaupun tahu dirinya berbeda dari gorila tapi Tarzan belum pernah bertemu dengan manusia lain. Sampai suatu hari dia bertemu Jane dan langsung jatuh cinta dan tahu kalau yang dia inginkan adalah Jane. Akhirnya, hepi ending lah, mana mungkin Disney bikin film yang ga hepi ending ( ..ada yang tahu gimana cerita Bambi? Ga pernah nonton…katanya sedih endingnya? )

Apakah Adam kesepian? Pernahkah Adam melihat ke bintang-bintang dan bertanya-tanya kenapa begitu banyak bintang tapi hanya ada dia seorang diri? Ataukah Adam berjlan-jalan di musim gugur saat daun berjatuhan dan duduk mengamatinya seorang diri? Bukankah ada Allah di sampingnya? Masihkah Adam kesepian ketika Allah sendiri duduk di sampingnya?

Oh, saya yakin duduk bersama Allah pasti sangat menyenangkan. Mengobrol tentang berbagai macam hal dan mentertawakan anak kucing yang baru belajar berlari dan terguling-guling. Tapi Allah adalah Allah dan tetaplah Allah, sedekat apapun hubungan Allah dan Adam tetap saja Adam adalah manusia dan Allah adalah Allah. Apakah itu berarti kita ga bisa bersahabat dengan Tuhan? Apakah kita ga bisa berteman dengan papa kita? Tentu saja bisa tapi papa tetaplah papa dan bukan teman main kita yang selevel.

Ada begitu banyak binatang yang menemani Adam, apakah Adam tetap kesepian? Mungkin memang menyenangkan bermain gulat dengan panda. Empuk,berbulu dan lucu. Sayangnya Adam tidak akan pernah bisa pergi dinner dengan panda karena pasti susah kalau harus memotong bambu dengan garpu dan pisau.

Dan mungkin menarik ketika Adam mengobrol dengan burung beo yang cerewet dan bawel. Tapi bisakah Adam bercakap –cakap mengenai masalah alam semesta dengan beo?

Ketika Adam memandang ke atas, disana ada Allah yang mengasihinya. Dan ketika Adam memandang ke bawah, di sana ada binatang-binatang yang menghormatinya. Tapi ketika Adam menandang ke samping…adakah yang memegang tangannya dan berjalan di sampingnya?

Tuhan tentu tahu kalau Adam akan kesepian dan membutuhkan seseorang. Ketika Tuhan mengatakan bahwa manusia itu tidak baik seorang diri, Tuhan tidak mengatkanhya sambil terkejut dan berkeringat seolah-olah itu kejadian yang tidak terduga yang tidak ada dalam rencanaNYA. Tuhan mengatakan hal itu sama seperti seorang ayah yang melihat anaknya menggambar-gambar di kertas dan berlari-lari di taman;” Sudah waktunya dia masuk TK dan bermain dengan teman-teman yang lain”. Sang ayah tentu tahu kalau suatu saat nanti anaknya harus masuk TK, dia hanya sekedar mengkonfirmasi hal itu.

Mungkin Tuhan melihat kesepian Adam atau kebingungannya atau kesedihannya. Apapun alasannya, Tuhan tahu kalau waktunya sudah tiba dan berkata,” Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja”. Dan Tuhan menjadikan Hawa,penolong yang sepadan dengan adam, yang akan berlari bersamanya. Tidak di depannya dan tidak juga di belakangnya tapi di sampingnya.

Dan menurut saya itulah alasannya, supaya Adam tahu bahwa yang dibutuhkannya adalah penolong yang sepadan, yang tidak berada di atasnya dan di bawahnya tapi disampingnya.

Kita semua punya alasan masing-masing kenapa kita menginginkan seorang pasangan. Kebanyakan dari kita menginginkan seseorang yang menyayangi kita dan memperhatikan kita. Mungkin sebagain dari kita kehilangan kasih sayang ketika kita kecil dan sambil berjalan kita bertanya-tanya; adakah seseorang yang akan menyayangi kita? Kebanyakan dari kita berharap akan adanya seseorang penyelamat, seorang ksatria berkuda yang akan melindungi dan menyayangi kita seumur hidup. Ga aneh kalau tema cerita soap opera atau sinetron pada dasarnya adalah cerita Cinderela yang diremake berulang kali.Kita menginginkan seorang pasangan yang akan membahagiakan kita seumur hidup, yang akan selalu berjalan di depan dan menghadapi setiap rintangan dan yang perlu kita lakukan hanyalah mengikutinya. Apakah aneh kalau kemudian banyak yang kecewa dan cinderela kembali ke dapur yang gelap? Atau sebaliknya, kita menganggap pasangan kita warga kelas 2 yang posisinya berada di bawah kita dan harus selalu berjalan di belakang kita.

Apakah salah kalau kita menginginkan pasangan kita menyayangi kita? Tentu saja ngga, yang sering kita lupakan justru bahwa pasangan kita juga ingin disayangi sama seperti kita menginginkannya. Pasangan kita bukanlah tong kasih sayang yang biasa kita kuras tiap hari terus menerus. Pasangan kita bukanlah hanya sekedar dekorasi rumah untuk dipamerkan kepada para tamu.

Intinya sih yang Adam butuhkan dan yang kita butuhkan adalah seseorang yang berjalan di samping kita, bukan di depan dan di belakang.