Gimana caranya pilih Tuhan yang bener sementara di dunia ini ada banyak sekali kepercayaan? Sebagian ada yang bilang kalo banyak jalan ke Roma atau dengan kata lain semua agama tuh sama – sama mengajarkan kebaikan karenanya ga perlu dipermasalahkan mana yang bener atau salah, ambil yang baiknya aja. Kalau menurut saya sih pandangan macam itu sebenernya pandangan yang males buat nyari kebenaran dan ambil gampangnya aja. Dalam kenyataannnya, semua agama itu ga bisa disamain. Tiap agama punya ajaran yang berbeda – beda dan bahkan seringkali bertentangan. Tuhan jelas – jelas bilang di Alkitab jangan menyembah patung, gimana mau disamain dengan agama lain yang menyembah patung? Dalam kenyataannya agama itu berbeda – beda dan ga bisa disamain.
Terbalik dengan orang – orang yang menganggap bahwa semua agama itu benar,ada sebagian orang yang ketika melihat banyaknya agama justru menganggap tidak ada satupun yang benar. Ketika mereka melihat pertentangan antar agama, mereka memutuskan kalau agama itu ga ada bagusnya dan cuma membawa perpecahan. Mereka memutuskan kalau dunia akan lebih baik tanpa Tuhan, dengan kata lain orang atheis.
Saya ga akan bahas tentang jenis – jenis agama dan apa perbedaannya, agama mana yang benar dan mana yang salah. Yang akan saya bagiin sekarang ini adalah pengalaman pribadi kenapa saya tetap mengikut Yesus di antara sekian banyak tuhan yang diajarkan di dunia.
Saya akan mulai dari hal yang paling dasar, kenapa saya percaya ada Tuhan? Kenapa saya ngga percaya kalo bumi ini muncul dengan tiba – tiba dan manusia hanyalah monyet besar yang berevolusi? Salah satu hobi saya adalah nonton film dokumenter tentang alam. Saya suka banget nonton berbagai macam hewan yang ada di dunia dengan segala macem kemampuan dan kebiasaannya. Dalam taraf tertentu, saya pikir teori evolusi mungkin ada benarnya. Paling tidak, saya tahu bahwa hewan memang punya kemampuan untuk beradaptasi. Tapi saya sangat meragukan kalau untuk bertahan hidup, seeekor hewan bisa berubah menjadi spesies hewan lain yang sama sekali berbeda. Saya sangat meragukan kalau seekor ikan yang kolamnya mengalami kekeringan, untuk mepertahankan kelangsungan hidup spesiesnya, dalam keadaan megap – megap kekurangan air, ikan ini entah dengan cara bagaimana melahirkan anak – anak ikan yang mempunyai kaki dan paru – paru dan bisa bertahan hidup di daratan.
Kalau diterapkan pada manusia, itu sama dengan melemparkan seorang perempuan ke laut, dan dalam keadaan kepayahan berenang dan hampir tenggelam, entah dengan cara bagaimana minggu depannya dia akan melahirkan putri duyung. Belum lagi konsep pertahanan hewan yang seringkali terlalu rumit untuk sebuah hasil evolusi yang mengandalkan kebetulan. Saya pernah nonton film tentang seekor ikan yang menarik mangsanya dengan menggunakan sejenis kumis atau sungut di dahinya yang digunakannya seperti alat pancing. Sungut yang panjang itu mempunyai bentuk seperti cacing di ujungnya, kemudian sungut itu digerak – gerakkan seperti pancingan supaya mangsanya menyangka itu cacing betulan. Ketika mangsanya mendekat untuk memangsa cacing bohongan ini, ikan ini segera membuka mulutnya dan menyantap mangsanya.
Saya sulit untuk percaya kalau ikan semacam ini merupakan hasil evolusi, bahwa kemampuannya untuk mencari mangsa dan sungut yang dia punya itu hasil evolusi. Supaya ikan ini bisa berevolusi dari ikan biasa menjadi ikan pancing untuk mempertahankan hidupnya, ikan ini harus mengerti konsep alat pancing terlebih dulu. Ikan ini harus berpikir bahwa untuk menangkap mangsa dia bisa menggunakan umpan bohongan yang diikat pada suatu ujung yang panjang untuk menangkap ikan lain. Anak SD yang bisa pertambahan dan perkalian, dengan asumsi dia belum pernah tahu alat pancing tuh seperti apa aja belum tentu bisa kepikiran untuk nyari tongkat panjang dan benang kemudian bikin cacing bohongan yang diiket di ujungnya buat nangkep ikan. Itu konsep yang terlalu rumit untuk ikan, lebih mudah untuk mengembangkan sistem berburu yang mengandalkan kecepatan berenang misalnya daripada mengembangkan konsep alat pancing.OK, anggap saja ikan ini lebih pinter dari anak 6 SD dan dia bisa menemukan konsep alat pancing. Apakah kemudian ikan ini bisa bersemedi berbulan – bulan dan kemudian entah dengan cara bagaimana dia melahirkan anak-anak yang punya alat pancing di kepalanya. Kalau bisa kaya gitu sih, saya saranin untuk ibu – ibu hamil jangan keluar rumah dan semedi konsentrasi supaya anak yang dilahirkan nanti punya muka secakep dewa atau secantik dewi dan punya badan sekekar Arnold waktu belum jadi gubernur California.
Bulan-bulan kemarin saya nonton film dokumenter “ Earth” di bioskop dan di film itu ada dokumentasi tentang burung – burung di pulau Irian. Burung – burung itu punya bulu – bulu dengan warna yang sangat bagus dan burung - burung jantan mengembangkan sejenis tarian untuk menarik perhatian betinanya. Apakah konsep berdandan pake baju bagus dan “ Dance with me” ini hasil evolusi?
Evolusi mengandalkan teorinya pada kebetulan. Kebetulan bumi ini terletak pada posisi yang tepat dari matahari, kebetulan unsur – unsur tidak bernyawa berubah menjadi hewan bersel satu , kebetulan hewan ini menjadi hewan-hewan kecil yang kemudian jadi hewan besar jadi mamalia dan jadi mahluk yang mengetik di komputer ngejawab pertanyaan ini. Masalahnya, kemungkinan munculnya mahluk bersel satu secara kebetulan itu sangat kecil. Kemungkinan untuk munculnya hewan bersel satu secara kebetulan itu sama kecilnya dengan satu lapangan bola yang diisi penuh dengan mesin judi jackpot Las Vegas ( yang sering nonton film pasti tahu deh, yang kalo tuasnya ditarik kemudian muncul 3 gambar yang sama berarti menang), tarik tuasnya dan semua mesin judi itu menang.
Saya ngga percaya kalo bumi ini terjadi secara kebetulan, manusia hasil evolusi, ikan lebih pinter dari anak 6 SD dan burung lebih tahu cara berkencan daripada anak SMA. Saya lebih percaya ada Tuhan yang sangat kreatif dan punya rasa humor yang tinggi yang menciptakan kita. Perlu iman yang lebih besar untuk menjadi seorang atheis daripada menjadi seorang Kristen. Perlu iman yang lebih besar untuk percaya ikan lebih pinter dari anak 6 SD, daripada percaya Tuhan yang kreatif yang bikin ikan itu jauh lebih pinter dari anak SD. Pelajari alam, Tuhan itu ada.
Masalah berikutnya, kita percaya ada Tuhan. Masalahnya Tuhan yang mana? Ada begitu banyak Tuhan di dunia, mana yang harus kita pilih? Kenapa saya percaya Yesus? Lagi – lagi, karena saya percaya Tuhan lebih pinter dari anak SD. Saya percaya Tuhan ratusan, ribuan,jutaan,milyaran dan tak terbatas kali lebih baik,lebih pinter dan lebih penuh kasih daripada manusia yang paling baik sekalipun. Saya percaya Tuhan lebih baik dari seorang ibu yang bersedia mengorbankan nyawanya ketika melahirkan anaknya supaya anaknya bisa lahir dengan selamat. Saya percaya Tuhan lebih baik dari anggota pemadam kebakaran yang mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan korban pemboman menara kembar WTC. Saya percaya Tuhan lebih baik dari ayah manapun di dunia yang bersedia melindungi anaknya.
Dari seluruh agama di dunia, hanya ada satu pengajaran yang memberitakan Tuhan yang yang jauh lebih penuh kasih dari ibu yang mengorbankan nyawanya. Hanya ada satu pengajaran dimana Tuhan sendiri yang datang menghampiri kita. Hanya ada satu pengajaran dimana Tuhan sendiri, bukan umatnya, bukan wakilnya, bukan nabinya tapi hanya Tuhan sendiri yang mau mengorbankan nyawanya supaya kita bisa selamat.
Dalam semua agama yang lain, manusia sendiri yang harus mendekati Tuhan, manusia sendiri yang harus mengorbankan diri supaya mencapai keselamatan tapi cuma satu Tuhan yang menunjukkan kasih yang melebihi semua standar manusia dengan datang sendiri dan mengorbankan dirinya. Saya ga akan mengakui dan mengikuti tuhan yang tidak lebih baik dari manusia, tidak lebih penuh kasih dari manusia. Kalau Dia Tuhan, Dia pasti punya standar kasih yang jauh lebih tinggi dari kita. Standar kasih tertinggi yang bisa diperlihatkan manusia, mengorbankan diri demi orang lain, pasti juga Tuhan punya.Kalau bapa di bumi tahu memberi apa yang baik, Bapa di surga pasti ga lebih bodoh.
Apakah 2 alasan di atas cukup untuk mengenal Tuhan? Apakah dengan mengetahui kalau Tuhan pasti ada dan Tuhan yang baik itu Tuhan Yesus berarti kita sudah mengenal Tuhan? Ngga, untuk mengenal Tuhan kita tetap memerlukan pertemuan secara pribadi denganNYA. Akal sehat kita mungkin bisa menuntun kita untuk mencapai rumah seorangb teman di antara sekian banyak jalan yang semrawut. Tapi, untuk mengenal seseorang kita tetap harus masuk ke rumahNYA dan mengobrol secara pribadi denganNYA.
Lee Strobel adalah seorang atheis yang menolak kebenaran Tuhan dan Alkitab. Dalam usahanya untuk membuktikan bahwa Alkitab hanya sekumpulan mitos bohongan tanpa dasar yang teguh, Lee berkeliling Amerika mewawancarai sarjana – sarjana Alkitab untuk membuktikan dasar Alkitab itu tidak kuat. Tapi perjalanan itu justru menghasilkan yang sebaliknya, Lee tidak berhasil membuktikan Alkitab itu bohong, justru sebaliknya Lee belajar bahwa Alkitab itu benar. Tapi, walaupun dia mengetahui Alkitab itu benar tidak berarti dia sudah mengenal Tuhan. Sesudah Lee memutuskan untuk bertobat dan mengalami perjumpaan pribadi ( bukan secara supranatural, Tuhan tidak datang dalam wujud nyata ke kamarnya) dengan Tuhan, barulah dia menjadi manusia baru. Lee menjadi seorang penulis rohani dan hasil penyelidikannya tentang Alkitab ditulis menjadi buku dengan judul,” A Case For Christ”.
Saya mengenal Tuhan lewat pertobatan secara pribadi di retreat waktu SMA. Waktu itu saya belum ngerti dan belum mikirin alasan – alasan yang saya bahas di atas. Saya cuma tahu Yesus Tuhan yang benar ketika saya bertobat, saya ga mikir alasan kenapa Tuhan pasti ada atau kenapa harus milih Yesus di antara sekian banyak Tuhan. Sesudah saya mulai tertarik untuk belajar lebih jauh, baru saya kepikiran alasan – alasan di atas. Karena saya sudah menemukan Tuhan, lebih tepatnya sih Tuhan yang menemukan saya, alasan – alasan diatas tidak menjadi penuntun tapi menjadi peneguhan. Bagaimanapun, hubungan dengan Tuhan bukan masalah akal sehat melainkan perjumpaan secara pribadi. Akal sehat mungkin bisa menuntun kita untuk memilih pengajaran yang benar seperti halnya peta bisa menuntun kita ke rumah yang tepat. Tapi untuk bersahabat dengan pemilik rumahnya, kita harus masuk dan mengobrol secara pribadi denganNYA.Dan agama bukan Tuhan, ikut agama yang benar bukan berarti kita mengenal Tuhan. Seseorang bisa saja ke gereja selama puluhan tahun tanpa pernah mengenal Tuhan. Itu sama seperti menemukan rumah yang tepat, duduk di depan pagarnya setiap minggu, kadang – kadang bawa oleh – oleh tiap minggu tapi tidak pernah sekalipun masuk dan mengobrol dengan pemilikNYA.