Pelajaran hari ini adalah bagaimana cara membelah roti coklat dengan benar menjadi 2 bagian yang adil. Alat yang dibutuhkan tentu saja pisau yang tajam. Bagaimana kita tahu kalau pisaunya cukup tajam? Mudah. Jatuhkan sehelai rambut ke atas mata pisau, jika rambut terpotong dengan sendirinya berarti pisau itu cukup tajam. Kalau tidak terpotong? Asah lagi sampai tajam. Kalau sudah, kita potong roti itu jadi 2.
Masalahnya, supaya adil berarti kedua bagian yang terpotong harus sama beratnya kan? Kelebihan atau kekurangan 0.0000000000001 gram saja berarti sudah tidak adil kan?
Dan supaya adil, pastinya kedua bagian roti harus sama enaknya. Kan ga adil kalau satu bagian sedikit hangus atau bantat sementara bagian lainnya matang sempurna. Dan pastinya jumlah coklat di dalam masing-masing bagian juga harus sama banyak dan enaknya kan?
Itu baru masalah fisik roti, belum orang yang akan menerima roti itu sendiri. Kalau salah satunya anak kecil sedangkan yang lainnya orang dewasa, bagaimana supaya adil membaginya? Apakah adil membagi roti jadi 2 bagian sama besar? Ataukah harusnya yang lebih tua mendapat bagian lebih banyak? Atau harusnya yang anak kecil karena badannya lebih kecil? Tapi bukankah orang dewasa badannya lebih besar yang berarti butuh lebih banyak energi sementara anak kecil dengan sedikit roti pun mungkin sudah kenyang? Atau justru anak kecil harus lebih banyak karena dalam masa pertumbuhan dan butuh lebih banyak makanan?
Bagaimana kalau penerima roti itu pria dan wanita? Haruskah pria lebih banyak karena wanita makan lebih sedikit? Sayang kan kalau sisa rotinya dibuang? Belum lagi kalau yang perempuan sedang diet. Atau karena emansipasi keduanya harus dapat bagian yang sama besar? Sekalipun mungkin sebagian akan dibuang?
Dan bagaimana pula kalau salah satu pihak tidak terlalu suka roti? Apakah yang suka roti harus mendapat bagian lebih banyak? Tapi kan suka atau tidak suka roti, kedua pihak tetap harus mendapat bagian yang adil kan? Tapi adilkah kalau pihak yang menginginkan harus melihat barang yang diinginkannya dibuang oleh orang yang tidak suka?
Menyiapkan roti – sudah!
Menyiapkan pisau pusaka – sudah!
Membagi 2 dengan adil - ??? Apa yang disebut adil itu?
Tuhan yang mendatangkan bencana alam yang menimpa orang baik dan orang jahat.
Tuhan yang menyediakan matahari yang menumbuhkan makanan bagi orang jahat dan orang baik.
Tuhan yang membuat anak – anak terlahir sehat tapi juga terlahir cacat.
Tuhan yang membuat neraka bagi orang-orang yang menolakNYA.
Tapi Tuhan yang sama juga mengorbankan diri buat orang-orang berdosa itu supaya mereka bisa tinggal di surga.
Tuhan yang mendatangkan air bah dan Tuhan yang merancang bahtera.
Tuhan yang membebaskan Israel dan mendatangkan tulah Mesir
Tuhan yang bertaruh dengan iblis dan menghajar Ayub.
Tuhan yang membimbing Mother Theresa dan Tuhan yang membiarkan phedofil menjual foto korban mereka di internet.
Apakah Tuhan adil?
Tapi ketika kita menemui kesulitan dalam konsep keadilan bahkan ketika kita ingin memotong roti, bagaimana kita bisa menilai keadilan Tuhan?
Ketika kita kesulitan mengatur keluarga kita sendiri, bagaimana kita bisa memerintah Tuhan mengenai bagaimana mengatur dunia?
Karena Tuhan adalah Tuhan dan Ayub adalah manusia.
Dan supaya Ayub mengerti itu, Tuhan menghabiskan 4 pasal untuk mengomeli Ayub dari dalam badai. Dan sekali lagi Tuhan menyatakan dirinya adalah Allah yang membentuk bumi ini dan Ayub yang mungkin saat itu gemetar menyadari kalau dirinya yang belum pernah turun ke dasar laut mencoba menghakimi Pencipta laut itu sendiri.
Ketika Ayub membawa pertanyaan mengenai penderitaan dan ketidakadilan, Tuhan tidak mengambil papan tulis atau memutar slide pertemuannya dengan iblis. Tuhan adalah Tuhan, Dia tidak perlu menjelaskan soal perbuatanNYA. Dia tidak berhutang kepada kita dan tidak punya kewajiban untuk menjelaskan. Tuhan yang memberi dan Tuhan yang mengambil, semuanya kepunyaan Dia.
Tuhan tidak perlu menjelaskan diriNYA, bumi ini sendiri adalah bukti keTuhananNYA. Jangankan menciptakan bumi, kita bahkan belum sanggup mengebor sampai ke inti bumi atau mengendalikan pergerakan lempeng benua. Tapi, seperti Ayub, bahkan mungkin lebih kasar darinya, kita menyebut Dia bodoh dan tidak kompeten. Dan dengan membawa roti yang berantakan terpotong-potong, kita menghadap Tuhan dan berkotbah mengenai keadilan.
Ayub melakukan hal itu, dan seandainya saya Tuhan, saya akan lemparkan dia ke ujung semesta karena berani mempertanyakan keputusan Pencipta Alam Semesta. Tapi, saya bukan Tuhan dan Tuhan jelas bukan saya. Dan karena itu Tuhan mengampuni Ayub, dan karena itu Tuhan menjelaskan dirinya lewat Yesus, dan karena itu Tuhan mati di kayu salib.
Karena Tuhan adalah Tuhan