Siap Jadi Janda

Artikel ini adalah kelanjutan dari artikel sebelumnya: Gelas Berisi Cicak Dan Gelas Berdebu. Tapi ga masalah sih kalo baca ini dulu tanpa baca artikel sebelumnya, tapi supaya imbang ada baiknya baca dua-duanya deh.

Saya sendiri sudah lupa siapa yang ngajarin atau saya baca di mana prinsip ini, tapi sampai sekarang prinsip ini masih saya pegang walaupun mungkin agak kurang relevan lagi di jaman sekarang. Prinsip ini berbunyi, " Hal pertama yang harus dilakukan seorang pria pada pasangannya adalah mempersiapkannya menjadi janda".
Prinsip yang agak serem ya? Masa baru pacaran atau baru nikah udah mikirin soal janda menjanda? Mungkin kedengarannya begitu, tapi kalau punya waktu luang barang 5-10 menit sambil nunggu aer di dispenser mateng buat bikin kopi, kenapa ngga lanjutin baca sedikit lagi? Siapa tahu berguna kan? Mungkin bisa jadi bahan inspirasi lagu dangdut? "Kutunggu jandamu"?

Ibu saya pernah cerita tentang seorang temennya. Temennya ini ibu rumah tangga sejati yang kerjanya diem di rumah dan mengurus anak. Suaminya punya toko pakaian yang lumayan sukses. Mereka bukan orang super kaya, tapi juga bukan orang yang pusing minggu depan mau makan apa. Temen ibu saya ini sama sekali ga ikut campur dan ga ngerti urusan toko, taunya cuma soal anak sekolah. Ga ada yang salah, sampe satu hari suaminya meninggal mendadak karena sakit, kalo ga salah stroke ato jantung gitu deh. Dan tiba-tiba istrinya harus berhadapan dengan akar dari semua masalah, duit!

Suaminya memang punya toko, tapi dia ga ngerti supplier barang siapa, jenis baju apa yang laku, bayaran pegawai berapa, surat-surat dan pajak gimana. Akhirnya, toko itu diambil alih kakak iparnya, kakak suaminya yang juga punya toko baju tapi di tempat yang berbeda. Sebagai gantinya, temen ibu saya ini tiap bulan terima uang dapur buat hidup sehari-hari. Cukup sih, tapi tentu saja jauh di bawah penghasilan yang seharusnya dia terima kalau toko itu bisa dia kelola sendiri. Saya ga bilang ini salah, kalau toko itu dikelola sendiri mungkin malah bangkrut karena dia ga ngerti apa-apa. Cara seperti ini lebih aman buat hidupnya. Tapi agak disayangkan kan?

Cerita yang kedua bahkan lebih tragis, ini cerita tentang teman saya sendiri. Ayahnya orang kaya, usahanya lancar dan ga perlu pusing soal duit. Usaha ayahnya ini kerjasama dengan saudaranya sendiri, dan karena usaha dengan saudara sendiri yang serba kekeluargaan, ga jelas aset-aset yang ada itu atas nama siapa aja. Dan seperti cerita sebelumnya, ayahnya juga meninggal mendadak. Dan tak lama sesudah ayahnya meninggal, saudara-saudara ayahnya mengambil alih semua aset bahkan mengambil tabungan yang ada sementara ibunya cuma bisa diam dan menangis. Yang tersisa dari semua kekayaan ayahnya adalah rumah yang mereka diami dan mereka harus mulai dari awal lagi.

Dalam artikel sebelumnya saya berbicara tentang bagaimana seorang pria harus bisa menjadi tempat yang aman bagi pasangannya. Di artikel ini justru saya berpendapat jangan sampai wanita terlalu nyaman, terlalu bergantung sepenuhnya pada pria dan melupakan identitasnya sendiri. Mungkin hal ini sudah ngga relevan lagi sekarang karena kebanyakan wanita sudah punya modal pendidikan, sebagian juga bekerja dan bukan hanya diam di rumah, dan jika pasangan mereka meninggal ga sampe hopeless banget. Bagaimanapun, sambil nunggu aer kopi mateng, ada baeknya dipikirin juga. Berbeda dengan artikel sebelumnya, yang saya tulis sekarang adalah hal yang akan saya lakukan, bukan hal yang sudah saya lakukan karena saya belum punya pasangan hidup.

Kita ga akan pernah tahu apa yang akan terjadi besok.
Jangankan besok, sedetik ke depan bakal ada meteor menghantam bumi atau ngga juga kita ngga tahu ( well, NASA mungkin tahu). Kita ga tahu kapan kita akan mati.
Siapa tahu kita besok tiba-tiba terpeleset kulit pisang di depan kolam hiu?
Atau pas nunggu lampu penyebrangan hijau tiba-tiba ditubruk kambing dari belakang?
Siapa tahu pas lagi ngetik artikel tiba-tiba kabel keyboardnya konslet dan kita kesetrum? (......BZZZTTTTTT...........)

" Tapi saya sudah nyiapin asuransi jiwa 5, punya tabungan di tiap cabang BPR, dan udah nyimpen segentong emas dan seperiuk berlian (5 langkah ke depan dan 7 langkah ke kiri dari tembok dapur, gali di sana). Keluarga saya pasti aman sejahtera kalau tiba-tiba terjadi sesuatu pada saya !" , mungkin begitu kata anda. 
Tapi duit bisa ilang, bisa ditipu orang, bank bisa crash,collapse dan tutup.
Ketika Revolusi Rusia jaman dinasti Romanov terjadi, banyak bangsawan yang kabur dari Rusia ke Perancis. Mereka membawa harta benda yang bisa mereka bawa, tapi mereka ga punya keahlian praktis yang bisa dipake untuk cari uang. Mereka memang bangsawan terpelajar, tapi yang mereka pelajari ga banyak berguna untuk nyari uang. Harta dijual sedikit demi sedikit, dan ketika harta yang dibawa habis, putri bangsawan pun terpaksa turun ke jalan jual diri.

Tentu saja, kalau bisa sih kita semua pengen mati tua pas anak cucu udah mandiri. Kalau bisa kita semua ingin seperti Gordon dan Norma Yeager ( cerita lengkapnya baca di artikel Resep Iga Bakar). Tapi ya itu, kalau bisa.....
Kalau seandainya detik ini tiba-tiba keyboard yang kita pakai konslet (...bzztttt...), siapkah pasangan kita jadi janda? Apakah aset-aset yang ditinggalkan sudah atas nama suami? Apa pasangan kita mengerti cara kerja bisnis yang kita jalankan?Apa dia punya keahlian yang bisa dipakai untuk cari uang? Apa dia punya teman-teman yang bisa mensupport dia? Apakah pasangan kita adalah pribadi yang berdiri sendiri dengan potensi dan visinya sendiri atau hanya bayangan dari suaminya ?

Ya, saya mengerti kalau ada pria yang keberatan istrinya bekerja atau punya kesibukan lain selain mengurus rumah. Men have little annoying thing called pride. "Saya masih sanggup kerja cari duit untuk keluarga, ga perlu kamu juga harus ikut-ikutan kerja!"

Ya, saya mengeti kalau ada pria yang kuatir kalau istri mereka punya pekerjaan lain justru malah akan membuat keluarga terbengkalai. Sapa tahu malah nemu TTM di tempat kerja. Sapa tahu gajinya lebih tinggi dan jadi meremehkan suami.

Ya, saya juga tahu kalau terkadang ada mertua kolot yang ga suka liat menantu perempuannya kerja karena di jamannya perempuan yang terhormat itu diam di rumah dan mengurus suami.

Saya ga punya niat mendebat hal itu, beberapa dari ketakutan itu memang beralasan kok. Lagipula, saya sendiri belum menikah, belum mengalami, siapa tahu pikiran  saya nanti berubah lagi, jadi saya ga punya niat untuk menghakimi pemikiran-pemikiran itu. Tugas saya cuma satu, membuat pasangan saya aman. Dan kalau terjadi sesuatu, apakah dia punya komunitas yang menjaga dia untuk tidak kehilangan imannya? Apakah dia punya keahlian atau talenta yang dia kembangkan? Apakah dia sudah menemukan visi yang dari Tuhan khusus untuk dirinya sendiri? Apakah dia akan aman sendirian? Siapkah dia jadi janda?

Ga perlu nunggu menikah kok untuk mulai mikir soal ini. Waktu pacaran pun kenapa gak mulai memikirkan hal ini ? Bantu pasangan kita untuk menemukan identitasnya sendiri, talentanya, keahliannya, visinya, kekuatannya. Saya percaya keluarga adalah hal terpenting, bukan hanya wanita tapi juga bagi pria. Prioritas pertama kita seharusnya keluarga, bukan pekerjaan dan pelayanan. Pria harus bekerja tanpa melupakan keluarga, wanita pun punya hak untuk mengembangkan potensinya sendiri tapi juga tanpa melupakan keluarga.

Kalau pasangan kita bisa bikin kue kering dan bukan kue kerak, kenapa ngga didorong bikin usaha kue kecil-kecilan?
Kalau pasangan kita hobi bawa golok kemana-mana, dukung dia jadi atlet kendo.
Kalau pasangan kita mukanya ramah keibuan tapi hanya dalam hitungan waktu yang diperlukan prosesor quad core untuk menghitung 2+2 tiba-tiba bisa jadi galak, kenapa gak jadi guru TK ?
Dan kalau pasangan kita tertarik dengan magnetism, kenapa gak didukung? Sapa tahu bisa menang Nobel?

Dan itu yang dilakukan Pierre ketika dia bertemu istrinya, Marie Sklodowska. Keduanya bertemu karena mereka punya ketertarikan yang sama pada sifat magnet dari besi. Setelah menikah, Pierre dan marie menjadi pasangan ilmuwan yang tangguh. Mereka berdua mempunya hobi dan ketertarikan yang sama pada bidang fisika. Bersama-sama mereka meneliti sifat radiasi dari uranium dan memenangkan hadiah Nobel untuk fisika di tahun 1903.

Tahun 1906 Pierre meninggal dalam kecelakaan dan membuat Marie merasa sangat kehilangan. Tapi Marie bukan janda yang tidak berdaya. Dia mengambil alih laboratorium suaminya dan di tahun 1911 memenangkan Nobel-nya yang kedua, kali ini di bidang kimia.

Marie Curie, begitu dia dikenal ( Curie nama keluarga suaminya, Pierre ) adalah wanita pertama yang memenangkan Nobel sampai 2 kali dan keduanya di bidang yang berbeda dan wanita pertama yang menjadi Professor di University of Paris. Anak perempuan pertamanya, Irene, di kemudian hari juga memenangkan hadiah Nobel di bidang kimia. Sampai saat ini, keluarga Curie menjadi keluarga yang mempunyai penghargaan Nobel terbanyak.

Keberhasilan Marie Curie bukannya tanpa halangan. Anak keduanya Eve, yang lahir 2 tahun sebelum kematian Pierre, merasa kurangnya perhatian dari ibunya semasa dia kecil karena kesibukan ibunya. Tapi, di kemudian hari hubungan Eve dan Marie semakin erat. Sampai kematian ibunya di tahun 1934, Eve dan kakak perempuanya Irene, merawat ibunya dengan penuh kasih. Sesudah Marie meninggal, Eve menulis buku biografi tentang ibunya dan segera menjadi best seller. Irene meneruskan karir ibunya sebagai ilmuwan, Eve mengejar karir di bidang jurnalistik dan humanitarian di UNICEF.

Bersama suami, menang Nobel. Ditinggal suami, juga tetep menang Nobel. Amazing, right?



Gelas Berisi Cicak dan Gelas Berdebu

Misalkan, kita saat ini sedang sangat haus dan ingin minum. Di depan kita ada 2 gelas. Gelas yang pertama bagian luarnya sangat bersih mengkilat, tapi di dalamnya ada bangkai cicak. Gelas yang kedua bagian luarnya sangat kotor berdebu, tapi bagian dalamnya sangat bersih karena ada tutupnya. Gelas mana yang akan kita pilih untuk kita pakai minum? Tentu saja kita akan memilih gelas yang dalamnya bersih. Secara naluri, kita sudah tahu kalau hal-hal yang bersifat intrinsik seperti kepribadian atau kepintaran lebih berharga daripada fisik luar.

Tapi, seandainya ada pilihan gelas ketiga? Gelas yang dalamnya bersih dan luarnya juga bersih ? Pasti lebih bagus kan? Bukan berarti kita kemudian rame-rame pergi ke korea operasi plastik. Yang saya maksud dengan bagian luar yang bersih itu berarti penampilan yang rapi bersih, dan sopan santun yang bagus. Dan yang saya maksud dengan sopan santun juga bukan seperangkat tata cara adat istiadat. Sebenarnya, daripada kata sopan santun saya lebih suka kata "manner". Bukan karena itu bahasa inggris jadi lebih keren, tapi karena saat ini saya ga kepikir padanan katanya dalam bahasa Indonesia itu apa. Mungkin yang paling mendekati itu "cara membawa diri" .

Jika kita mendengar kata Gentleman, apa yang muncul di pikiran kita? James Bond-nya Sean Connery? Pierce Brosnan? Seorang pria yang memakai jas dengan topi tinggi dan membawa tongkat?
Ada banyak definisi tentang kata Gentleman. Tapi yang paling saya suka adalah definisi yang ini, " Gentleman adalah seseorang yang memperhatikan/peka terhadap perasaan orang di sekitarnya dan berusaha membuat mereka senyaman mungkin".
Pada dasarnya, seorang Gentleman memperlakukan orang lain dengan hormat dan memperhatikan kebutuhan mereka.

Bagi kebanyakan orang, kata Gentleman, manner, dan sopan santun adalah kata yang kuno dan tidak relevan dengan jaman sekarang. Bagi kebanyakan orang kata-kata ini berkaitan dengan seperangkat tata krama yang yang membosankan dan ketinggalan jaman. Tapi, di jaman manapun, semua orang senang diperlakukan dengan hormat dan diperhatikan kebutuhannya. Gentleman Manner bukan seperangkat tata cara melainkan memakai akal sehat untuk mengerti hal-hal yang diinginkan atau dibutuhkan orang lain.
Artikel ini akan secara spesifik membahas Gentleman Manner terhadap perempuan.

Gentleman manner tidak berarti meremehkan perempuan atau menganggap perempuan sebagai mahluk lemah yang tidak sanggup membuka pintu dan mengangkat barang belanjaannya sendiri. Ibu saya single parent, penyakit diabetes membuat penglihatan matanya kurang bagus dan jalannya agak pincang karena satu ibu jari kakinya terpaksa diamputasi karena diabetes. Walaupun begitu, Ibu saya naik mobil umum dari Garut ke Bandung sendirian, belanja barang-barang untuk toko ke pasar-pasar, me-manage toko dan mengurus engkong saya yang sakit sambil menyekolahkan saya. Jadi, saya sangat tahu kalau perempuan itu mahluk yang kuat secara mental, dan kalau diperlukan, juga secara fisik.

Gentleman Manner adalah seni memperlakukan seorang perempuan sebagai ratu. Dan perempuan manapun, ingin dan bahkan butuh untuk diperlakukan sebagai ratu. Sebagian dari apa yang saya tulis diajarkan di gereja saya, sebagian saya pelajari sendiri. Sebagian sudah saya praktekkan, dan sebagian lagi masih kacau balau. Saya menulis artikel ini bukan karena saya merasa sudah menjadi seorang Gentleman, tapi karena saya pikir Gentleman Manner adalah bagian dari kepriaaan sejati. Memperlakukan seorang wanita dengan hormat dan memperhatikan kebutuhannya adalah salah satu ciri dari kepriaan sejati.

Artikel ini juga bukan bertujuan untuk mementingkan imej atau penampilan tapi melupakan yang di dalam. Cukup banyak buku yang membahas kepriaan sejati, salah satunya buku-buku Edwin Louis Cole. Pada intinya, kepriaan sejati adalah keserupaan dengan Yesus. Menjadi pria sejati berarti menjadi sama seperti Yesus. Yang saya tulis dalam artikel ini adalah hal-hal praktis. Sebenarnya, kebanyakan dari hal-hal yang saya tulis adalah hal-hal yang sangat umum yang sudah diketahui kebanyakan pria. Saya menulis ini untuk pria-pria seperti saya, yang tidak tahu apa-apa soal Gentleman Manner dan harus belajar dari awal. Dan juga untuk pria-pria yang sudah tahu, tapi belum tahu bahwa diperlakukan secara ratu bagi wanita bukan kemanjaan atau egoisme wanita atau cara pedekate, tapi suatu kebutuhan dan adalah hak istimewa seorang pria untuk memenuhinya.
Langsung saja kita mulai dari hal pertama.

Tepat waktu
Sebenernya, ini bersifat universal dan bukan hanya untuk perempuan saja.
Jangan membuat seorang perempuan menunggu! Apalagi kalau janji ketemuannya di deket markas geng motor. Kalau bisa, datanglah beberapa saat sebelum janji bertemu. Tapi, kalau janji menjemput ke rumahnya, jangan datang terlalu awal. Jangan sampai waktu kita jemput, dia masih pake rol rambut dan baru sebelah mata yang dimaskara.
Sebaliknya, seorang pria harus sabar menunggu seorang wanita. Wanita perlu waktu lebih lama untuk mempersiapkan diri, untuk pilih-pilih baju, untuk make-up, untuk terlihat cantik.
Gak adil? Lihat sisi baiknya, kalau dia datang terlambat tapi dengan dandanan yang rapi, setidaknya itu berarti dia ingin terlihat cantik di hadapan kita dan berarti ada harapan Natal tahun ini ga bakal duduk sendirian nunggu digodain Sinterklas.

Antarkan dia pulang kalau hari sudah gelap
Pembimbing saya di gereja ngajarin saya untuk selalu nganterin perempuan pulang kalau udah lewat jam 6 sore ( kalau jam 17.59 sih pulang sendiri aja). Tentu saja mereka sebenarnya bisa pulang sendiri, tiap hari juga pulang sendiri kan? Sekali lagi, Gentleman Manner bukan masalah fungsi, tapi memperlakukan wanita sesuai dengan kodrat mereka, ratu!
Lagipula, kondisi di sini ga aman-aman banget. Kalau bisa dianterin, kenapa harus dibiarin?
Kalau sudah sampe rumahnya, jangan langsung tarik gas ngebut menuju matahari terbenam. Tunggu sampai dia masuk ke rumahnya, kalau ada ortunya, kasih salam yang sopan supaya laen kali boleh bawa anaknya lagi!
Kalau rumahnya masuk gang dan kendaraan kita susah masuk, parkir dulu di tempat yang aman kemudian anterin jalan kaki sampai ke pintu ( jangan lupa salam ke ortunya, kalo bisa sekalian bawa oleh-oleh martabak)
Kalau kondisi ga memungkinkan untuk parkir, misalnya rumahnya di pinggir jalan tol yang pas turun dari mobil aja sambil loncat guling-guling, jalanin kendaraan sampai tempat yang bisa parkir terus sms/telepon untuk nanya dia udah sampai ke dalam rumah atau belom.
Saya tinggal di Bandung yang relatif kemana-mana gak terlalu jauh, tapi mungkin agak sulit di kota yang lebih besar seperti Jakarta yang kemana-mana jauh. Paling tidak, antarkan dia sampai ke tempat busway/bus/angkot dan pastikan dia naik angkutan yang kelihatannya aman.

Bawakan barang bawaannya
Bukan berarti perempuan ga bisa bawa barang bawaannya sendiri. Gentleman Manner adalah bentuk penghargaan, ga ada hubungannya dengan persamaan hak atau feminisme. Mau berat atau ringan bawaannya, biarpun belanjaannya cuman anting sepasang atau bola bowling selusin, bawakan barang bawaannya !
Kalau teman perempuan kita sibuk liat barang obralan dan sikut-sikutan dengan ibu-ibu laen, tawarkan untuk megangin tasnya.
Pertama, supaya dia lebih bebas ngacak-ngacak barang, yang tadinya cuman bisa nyikut pake 1 tangan sekarang bisa sikut kiri sikut kanan.
Kedua, namanya juga lagi panas emosi pilih barang, kalo ada copet juga ga bakal kerasa. Kalo kita kan gak ikut loncat ke tengah kobaran ibu-ibu jadi bisa ngejaga tas. Kecuali kalo yang diobral itu gadget,toolkit atau alat-alat motor, nah itu kita yang titip dompet ke temen perempuan kita.

Bukain pintu mobil
Kalo pake motor ato angkot, bagian ini di-skip aja.
Dalam prakteknya, mungkin ini gak terlalu praktis. Misalnya, mau nonton bioskop tapi jam masuk udah lewat, ya gak perlu bergaya gentleman, lari aja yang cepet.
Tapi, kalo misalnya mau pergi ke pesta dan dia pakai gaun, bukain pintu mobil untuk dia, kalau pake gaun kan agak susah keluar masuk mobil. Dan kalau dianya gak keberatan, tawarin tangan kita buat jadi tempat pegangan dia pas keluar mobil.

Bukain pintu
Bukan berarti pas dia mau buka pintu sementara kita masih 50m di belakang langsung sprint-sliding-touchdown dan rebutan buka pintu. Kalau bersama-sama masuk 1 ruangan, kita bukakan pintu, biarkan dia lewat dulu dan pastikan badan atau tangan kita justru tidak menghalangi dia masuk.

Berjalan di sebelah luar
Kalau berjalan di trotoar, pria selalu berjalan di sebelah luar, yang paling deket ke jalan. Fungsinya, kalau ada genangan air di jalan dan ada mobil yang lewat di atas genangan air itu, pria duluan yang kena semprot.
Tapi, asal mulanya sebenarnya lebih lucu. Di abad 18 dulu, London itu kota yang kotor. Kalau orang buang sampah, itu langsung buang sampah ke jalan. Begitu juga kalau penghuni lantai 2 mau buang sampah, langsung lempar keluar lewat jendela dan seringkali tanpa liat-liat dulu. Jadi, pria sukarela jalan di sebelah luar supaya kalau ada yang tiba-tiba buang sampah dari balkon atas, pria yang kena ( legendanya sih gitu, soal bener ngganya sih kaga tau)
Yah..tapi liat situasi juga sih. Terkadang yang nongkrong atau jualan di trotoar bisa lebih serem dari mobil lewat. Pokoknya, pastikan wanita berada di sisi jalan yang aman/nyaman.

Pasang badan kalau nyebrang
Saat kita menyeberang bersama teman perempuan kita, pastikan kita berada di sisi arah datangnya kendaraan. Kalau kendaraan datang dari kanan, ya kita berdiri di sebelah kanan. Waktu sampai di tengah penyeberangan dan kendaraan datang dari kiri, langsung pindah ke sebelah kiri. Fungsinya jelas, kalo ada beca mabok, pria duluan yang bonyok.
Praktisnya sih kalau yang nyebrang jumlahnya sedikit, misalnya 1 pria dan 3 wanita, cara ini masih bisa dilakuin. Tapi kalau yang nyebrang 19 wanita dan 1 pria, kayanya buat pindah dari sisi kanan ke sisi kiri itu ngga praktis. Dalam hal ini berarti pria itu yang beruntung karena kalo ada beca mabok dari kiri berarti bakal ketahan dulu sama 19 wanita.

Pastinya masih banyak hal-hal laen yang bisa kita lakukan untuk wanita, tapi pada intinya adalah bagaimana kita memperlakukan wanita dengan hormat dan membuat mereka merasa aman dan nyaman. Tentu saja, ada juga wanita yang tidak suka diperlakukan seperti itu karena berbagai alasan. Tidak perlu memaksa, apalagi sampai ribut. Ingat, Gentleman Manner adalah bagaimana membuat orang di sekeliling kita nyaman. Kalau kemudian wanita itu menjadi tidak nyaman, ya jangan dilakukan. Masih banyak hal yang bisa dilakukan untuk memperlakukan wanita dengan hormat. Salah satunya yang akan saya tulis berikut ini.

Hal yang paling diinginkan seorang wanita, sejauh yang saya tahu, adalah rasa aman.
Terkadang suka ada pria yang menuduh seorang wanita matre karena ga mau pacaran dengan orang miskin. Tapi, yang diinginkan wanita sebenarnya rasa aman, bukan uangnya. Walaupun prianya punya banyak warisan tapi tiap hari buang uang maen judi, tetep ga kerasa aman. Sebaliknya, kalo prianya ga punya banyak uang tapi pinter dan mau kerja keras punya potensi, itu memberikan rasa aman. Kalo cowonya tiap hari kerjanya nongkrong depan indomart ga ada kerja misalnya, gimana bisa memberi rasa aman?

Dan rasa aman tiap orang berbeda-beda tergantung bagaimana dia dibesarkan. Misalnya, seorang wanita yang waktu kecil pernah merasakan diusir dari rumah kontrakan karena ga punya uang, ketika sudah dewasa mungkin hanya mau pacaran dengan pria yang sudah punya rumah sendiri. Ini ga berarti matre, yang dia inginkan cuma rasa aman supaya ga mengalami lagi diusir ke jalan.
Tentu saja, ada juga yang kebutuhan akan rasa amannya sangat berlebihan dan bener-bener jadi matre, ada uang abang disayang ga ada uang abang ditendang.
Sama halnya banyak juga cowo yang berprinsip kalau ada tampang istri dicinta, tampang berkerut cari istri muda.
Di jaman sekarang mungkin juga rasa aman secara finansial ga terlalu relevan lagi karena banyak juga wanita yang bisa menerima kalau gaji suaminya di bawah gajinya. Tapi, ga ada wanita yang mau punya masa depan di mana dia bertanya-tanya, " Hari ini makan cinta goreng tepung kenyang gak ya? "

Rasa aman juga bukan cuma dalam hal fisik, tapi juga mental. Wanita perlu rasa aman dalam hubungan, rasa aman bahwa dia tidak akan ditinggalkan. Karena itu, perlu ada status yang jelas dalam hubungan entah itu pacaran,tunangan atau menikah, yang penting jelas! Terkadang ada juga cowo yang gak mau memberi kejelasan, kemana-mana selalu berdua kaya orang pacaran tapi gak pernah resmi pacaran ato bilang cinta. Dan tentu saja wanita merasa gak aman, kalo tiba-tiba ditinggalin dan cowonya punya pacar laen kan gak bisa nuntut karena emang statusnya bukan "pacaran". Kalo status dan komitmennya jelas wanita akan merasa lebih aman karena dia bisa menuntut haknya sebagai pacar/istri kalo suaminya mau cari yang baru.
Ya, saya tahu itu juga bukan jaminan, tapi status yang jelas tetap lebih baik daripada status ga jelas kan?

Dan karena itu saya terkadang bingung kalau seorang wanita mau hidup bersama tanpa ikatan pernikahan dan komitmen yang jelas.
Jangan salah, saya ga berniat untuk menghakimi dosa perzinahan, itu urusan pribadinya dengan Tuhan. Saya hanya seorang pria yang berusaha memahami apa yang diinginkan wanita. Apakah wanita itu bersedia hidup bersama tanpa menikah karena tidak mau kehilangan kebebasannya atau karena kebanyakan pria tidak mau berkomitmen dan daripada kesepian seorang diri lebih baik ada seseorang di samping walaupun tanpa status yang jelas? Apakah seorang wanita benar-benar mau hidup bersama dengan seseorang yang berbagi tempat tidur dengannya tapi tidak hidupnya?

Wanita juga merasa aman kalau dicintai. Seringkali pria merasa hal-hal romantis adalah hal yang konyol dan tak perlu, mengucapkan kata-kata cinta itu memalukan dan daripada beli bunga mending uangnya ditabung. Sebagai contoh, saya sendiri kadang merasa agak alay saat mengetik kata "cinta" . ^^
Tapi, wanita perlu penegasan setiap hari kalau dirinya masih dicintai dan dibutuhkan. Hal romantis bukanlah efek samping negatif kebanyakan baca novel Harlequin.
( Walopun saya pikir novel-novel sejenis Harlequin membuat wanita punya pengharapan yang ga realistis dari seorang pria; tampang bishounen, badan Arnold sebelum jadi governor, juragan tambak udang kaya raya, dan romantisme ala Zorro-Banderas. How can we, mortal men, compete with that? ).
Perbuatan dan ucapan romantis adalah bentuk penegasan bahwa dirinya masih dicintai. Perburuan harusnya tidak berhenti ketika cincin disematkan di jari manis. Daripada bunga tabungan yang langsung kepotong buat bayar administrasi, lebih baik beli bunga mawar walopun cuma setangkai.

Ya, saya tahu gak semua pria terbiasa dengan hal itu. Saya terlahir dengan temperamen melankolik yang walaupun kecenderungan depresi dan suicidal-nya paling tinggi dibanding temperamen laen, orang melankolik terlahir dengan puisi cinta dalam nafasnya ( ok, merasa sedikit alay pas ngetik kata-kata barusan).
Jaman engkong saya, ga ada waktu untuk hal romantis karena itu jaman survival of the fittest. Kalo engkong saya pulang bawa bunga dan bukannya bawa beras, bisa dilempar panci ma nenek saya. Jaman itu, yang penting suami kerja cari duit, istri urus rumah, bunga dan coklat cukup di film Hollywood aja.
But, come on, itu jaman di mana moyang kita fesbukan pake kode morse.
Jaman sudah berubah, dan kebutuhan wanita yang lain pun perlu dipenuhi. Itu bukan kebutuhan baru karena sebenarnya sejak dulu setiap wanita butuh untuk merasa dicintai. Itu bukan pengaruh film atau novel atau budaya barat, itu kebutuhan yang mendasar. Hanya saja di jaman engkong saya kebutuhan hati terpaksa mundur ke belakang karena ada yang lebih mendesak yaitu organ di sebelahnya, perut! Dan pria yang ga bisa menerima hal itu sebaiknya kembali fesbukan dengan .- -. - - - .-. ... .

Secara pribadi, ada 2 hal mendasar yang menurut saya penting dalam hal Gentleman Manner.
Yang pertama, Mendengarkan !
Ga ada hal yang lebih menunjukkan seorang wanita dicintai ketika seorang pria mendengarkannya dengan sungguh-sungguh.
Bukan mendengarkan sambil maen nintendo wii, bukan mendengarkan sambil ngetik, bukan mendengarkan sambil nonton bola, bukan mendengarkan sambil ngeceng cewe di meja sebelah.
Tapi mendengarkan dengan konsentrasi penuh! Kalau ada pekerjaan, save dulu pekerjaannya. Kalau lagi nonton, matiin tipinya. Kalo lagi ngeceng, berenti dulu ( nanti lanjut lagi ^^ )
Mendengarkan dengan perhatian yang tidak terpecah, dengan kepedulian tanpa menguap berkali-kali.
Umumnya, seorang wanita curhat bukan untuk mencari nasihat, tapi karena dia ingin didengarkan. Jadi, jangan tergoda untuk memberi nasihat 3 bab sementara dia baru mengucapkan kata pengantar. Tutup mulut, dan dengarkan!

Dan yang kedua,
Pria sejati TIDAK memukul perempuan. Titik!

Dan untuk para wanita yang kebetulan membaca artikel ini, saya minta maaf kalau ada yang saya salah mengerti. Berusaha mengerti wanita itu bukan perkara yang mudah bagi pria, karena itu jangan berkata " Ah, seharusnya hal kaya gitu sih dia ngerti sendiri". Dalam kenyataannya, banyak pria-pria seperti saya yang ga ngerti dan harus belajar dari nol. Memberikan rasa aman kepada wanita adalah hak istimewa/privilege, bukan kewajiban, bagi seorang pria. Itu adalah tugas yang dipercayakan Tuhan kepada kaum pria (Efesus 5:25-33). Tapi, kami terbatas,ada kalanya kami gagal. Karena itu, jangan menaruh rasa amanmu pada seorang pria, pada seorang manusia, tapi hanya pada Tuhan saja.

Saya yakin ada pria-pria yang tidak setuju dengan pendapat saya. Mungkin mereka takut kalau wanita diperlakukan terlalu baik kemudian menjadi besar kepala dan menghina pria. Saya ga menyangkal kalau sekarang ini ada pria-pria yang merasa terancam karena wanita sekarang bisa berlari lebih cepat dalam dunia kerja, lebih unggul dalam pendidikan dan gaji lebih besar. Seandainya ada wanita yang berlari lebih cepat dari kita, para pria punya 2 pilihan.
Yang pertama, mengikat kakinya dengan tali yang dibeli di toko adat-agama-dominasi pria supaya wanita itu tidak lagi bisa berlari cepat dan karenanya tidak lagi membuat malu para pria.
Atau kedua, melatih diri kita supaya bisa berlari lebih cepat mengejar wanita itu dan berlari bersamanya.
Mana yang akan dilakukan pria sejati ?


" Perlakukan seorang wanita sebagai ratu, dan dia akan mendukungmu menjadi raja"



PS : Ada artikel lanjutannya loh, Siap Jadi Janda . Baca juga yak...


Tawa Ompong

Tawa lucu
Setiap kali dilihatnya pantulan kerut mukanya di permukaan air, tawanya terasa sulit ditahan.
Sewaktu dilihatnya perutnya yang membesar, tawanya lebih sulit lagi untuk ditahan.
Ketika dia mendengar Tuhan berjanji untuk membuatnya mengandung di usianya yang sudah tua, dia tidak dapat menahan tawanya.
Itu adalah hal paling lucu yang pernah didengarnya, tapi juga kebahagian terbesar yang pernah didapatnya.


Tawa gugup
Dijulurkannya lagi jarinya ke lubang itu.
Ha..ha..ha.....lubang itu benar-benar ada, lubang di tanganNYA.
Ha..ha..ha.....tapi bagaimana mungkin? Bukankah Dia sudah mati?
Tapi kini Dia berada di depan matanya dan menunjukkan lubang di tanganNYA.
Linangan air mata menghalanginya untuk melihat dengan jelas, tapi wajah itu wajah yang sangat dikenalnya.
Karena wajah itu adalah wajah “ Tuhan dan Allahnya”  ( Yohanes 20:28)

Tawa bangga
Sekarang orang-orang Filistin itu akan melihat bahwa Allahnya adalah Allah yang hidup.
Tak akan ada lagi orang Filistin yang berani mencemooh Allah orang Israel.
Hanya dengan kuasa Allah dan batu kali dikalahkannya pahlawan terkuat orang Filistin.
Dengan bangga diambilnya pedang raksasa yang terpuruk itu.
Bangga karena Allahnya adalah Allah yang hidup dan kuat.

Tawa lega
52 hari lamanya dia berjaga-jaga.
Dengan satu tangan dipegangnya senjata dan dengan tangan lain dibangunnya tembok kota.
Rencana yang diberikan Allah dalam hatinya tampak mustahil.
Musuh-musuhnya mengintai untuk merusak pekerjaannya.
Tapi sekarang tembok itu sudah berdiri dan sekali lagi Jerusalem akan menjadi kota Allah.

Tawa berjingkrak
Teman-temannya datang mengabarkan padanya tentang seorang guru yang sanggup menyembuhkan orang sakit.
Entah apa yang diminum teman-temannya itu. Dirinya sudah lumpuh sejak lama dan tabib mana pun tidak akan sanggup menyembuhkannya.
Tapi, mereka adalah teman-temannya dan demi mereka dia bersedia ditandu pergi.
Ketika teman-temannya membongkar atap dan menurunkannya ke depan guru itu, dia makin bertanya-tanya berapa banyak anggur yang sudah diminum teman-temannya.
Tapi 5 menit kemudian, dengan tertawa dan berjingkrak, dia berlari pulang ke rumahnya.

Tawa ompong
Sudah lanjut umurnya, sudah buram matanya, tapi telinganya masih bisa mendengar suara tawa cicit-cicitnya.
Dalam hidupnya yang sudah seabad lebih ini, banyak hal sudah dilaluinya.
Dia pernah kehilangan seluruh anak-anaknya dalam bencana alam.
Harta kekayaanya habis dirampok orang.
Istrinya sendiri mengutukinya dan menyuruhnya mati
Teman-temannya menuduhnya sebagai pendosa yang jahat.
Penyakit kulit yang parah pernah menggerogoti tubuhnya.
Tapi, Tuhan yang setia tidak meninggalkan orang-orang yang berharap padaNYA.
Dan kini, di usianya yang sudah sangat lanjut, dia duduk dan tertawa bersama-sama anak cucu dan cicitnya.

Tawa bermimpi
Ketika Tuhan memulihkan keadaan Sion
Keadaan kita seperti orang – orang yang bermimpi
Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa
Dan lidah kita dengan sorak sorai
( Mazmur 126:1)