Marah pada Tuhan,bolehkah?

Di majalah GF! edisi lalu ada surat dari pembaca yang bilang kalo dia sedikit keberatan dengan salah satu tulisan saya tentang marah pada Tuhan. Emang boleh marah sama Tuhan? Kalo menurut saya pertanyaannya bukanlah apakah kita boleh atau ngga boleh marah pada Tuhan ,tapi bisakah kita ngga marah ke Tuhan? Bisakah dari mulai pertama kita kenal Tuhan, kita ga pernah kecewa ga pernah kesel dan ga pernah marah ke Tuhan? Saya ga tahu dengan orang lain, tapi bagi saya itu ga mungkin. Ketika kita kehilangan seseorang yang kita sayangi, ketika Tuhan menjawab tidak untuk permohonan yang kita doakan, ketika Tuhan membiarkan kesusahan dan kesedihan dalam hidup kita, ketika Tuhan tampak jauh dan ga peduli, saya mendapati sangat sulit untuk tidak kecewa dan marah pada Tuhan. Gimanapun juga jalanNYA sangat berbeda dengan jalan kita dan ga gampang untuk kita mengikut jalanNYA dengan sukarela tanpa perlawanan.

Kalo ada seseorang yang bilang kalo dia ga pernah marah atau kesel atau kecewa pada Tuhan selama dia mengikut Tuhan, bagi saya ada 3 kemungkinan. Yang pertama, dia dianugerahi iman yang luar biasa yang hanya dimiliki sedikit orang dan tidak dimiliki sebagian besar orang. Yang kedua, dia berbohong supaya terlihat sebagai pengikut Tuhan yang taat. Dan kemungkinan yang ketiga, mungkin dia memang ga pernah kenal Tuhan sama sekali.

Bagi saya ga mudah untuk ikut Tuhan. Ketika saya ingin membenci, Dia meminta memaafkan. Ketika saya ingin memegang seseorang, Dia menyuruh untuk melepaskan. Ketika saya ingin masa depan saya berbelok ke kiri, Dia menyuruh saya berbelok ke kanan. Ketika saya ingin hidup seenaknya menurut apa yang saya inginkan, Dia menyuruh untuk melakukan hal yang benar. Bagi saya, selama saya mengikut Tuhan, ada banyak hal yang membuat saya kesal dan marah dan kecewa. Tentu saja saya tahu itu bukan salah Tuhan karena Tuhan selalu benar. Saya tahu kekecewaan itu selalu muncul karena keegoisan saya dan keengganan saya untuk menerima jalanNYA yang sangat berbeda dengan yang saya inginkan. Bahkan ketika sepertinya saya tidak melakukan hal yang salah tapi kemudian kesulitan datang, saya tahu itu Tuhan ijinkan karena ada tujuan yang harus tercapai lewat kesulitan itu dan tujuan itu buat kebaikan saya sendiri.

Bahkan sekalipun saya tahu semua kemarahan saya pada Tuhan itu karena kesalahan saya sendiri, itu bukan berarti kemudian kemarahan itu ga pernah terjadi. Kenyataannya, apapun alasannya, saya pernah merasa kecewa dan marah pada Tuhan dan saya yakin sebagian besar orang yang mengikut Tuhan juga mengalami hal yang sama, pernah kecewa dan marah pada Tuhan.

Apakah pantas bagi kita seorang ciptaan unhtuk marah kepada Allah Semesta Alam? Saya sadar bagi sebagian orang , marah kepada Tuhan sepertinya penghinaan dan hal yang sangat ga pantas dilakukan. Tapi ijinkan saya menanyakan satu hal, Tuhan tahu ga kalo kita marah? Kao Tuhan ga tahu kalo kita marah, memang masuk akal untuk menyimpan rasa amarah itu dan ga menunjukkannya demi alasan sopan santun. Masalahnya, Tuhan tahu isi hati kita. Sekalipun tangan kita terangkat, mulut kita tersenyum dan memuji, tapi kalau hati kita marah dan kecewa, Tuhan tahu itu.

Apa gunanya kita berpura-pura tersenyum di hadapan Tuhan dan menyembunyikan kekecewaan kita sementara Tuhan tahu dengan jelas semua isi hati kita? Buat saya itu seperti menyembunyikan gajah di balik punggung kita. Sekalipun kita tersenyum dan dengan bahasa yang sangat sopan mengatakan kalau di belakang kita ga ada gajah, gajah itu sendiri tetap kelihatan dengan jelas. Kalau begitu kenapa kita ga jujur aja sekalian? Kenapa ga kita tumpahkan semua isi hati kita di hadapan Tuhan? Kenapa ga kita ungkapkan semua pertanyaan kita, semua kekecewaan kita, semua kekesalan kita dan semua kemarahan kita di hadapan Tuhan? Toh biarpun kita sembunyikan dan tersenyum semanis mungkin pun Dia tetep tahu, jadi kenapa ga jujur aja?

Apa yang lebih Tuhan inginkan, muka yang tersenyum dan tangan yang terangkat tapi dengan pisau yang tersembunyi rapi di balik pakaian kita ataukah kejujuran kita? Sekalipun kejujuran itu disertai dengan air mata kekecewaan dan luapan amarah? Mana yang lebih baik, berpura –pura kalo gajah itu ga pernah ada atau menerima kenyataan bahwa gajah itu menag ada di belakang punggung kita? Apakah dosa atau kekurangajaran kita akan berkurang kalau kita menutup mata dan ga mengakui kekecewaan kita sementara gajah itu tetap jelas terlihat?

Sejujurnya, saya ga ngeliat ada yang salah dengan bersikap jujur dan menyatakan perasaan kita pada Tuhan. Tentu saja kalau kita marah sambil mengucapkan kata-kata yang kasar , kita harus minta maaf. Sama sesama kita aja kalo kita marah dengan bahasa kasar kita harus minta maaf apalagi dengan Tuhan. Apa yng salah dengan kejujuran? Apakah muka yang tersenyum lebih baik dari kejujuran? Siapapun bisa tersenyum tapi ga semua orang bisa jujur. Balik lagi ke pertanyaan di awal, bisakah kita ga marah ke Tuhan? Kalo ada yang bilang bisa, bersyukurlah karena hanyas edikit orang yang dikaruniai iman seperti itu. Tapi kalau ada yang diam atau menjawab ga bisa, saya sarankan jangan disembunyikan karena Tuhan udah tahu perasaan kita jadi mendingan nyatakan aja dengan jujur.

Tuhan Yang Ga Masuk Akal

Apakah Tuhan kita masuk akal? Pertanyaan seperti ini ngga pernah muncul waktu saya masih kecil dan rajin datang ke sekolah minggu. Tiap tahun saat natal anak anak sekolah minggu semuanya berlatih untuk drama natal yang menceritakan kelahiran Yesus. Seringnya saya menjadi gembala walaupun pernah juga sekali menjadi Yusuf, sepertinya itu peran tertinggi yang pernah saya capai dalam masa karir akting yang singkat di masa kanak kanak. Tapi selama saat itu saya tidak pernah berpikir kalau Tuhan iu tidak masuk akal, semuanya baik – baik aja. Ngga ada yang aneh dengan drama natal dan ngga ada yang aneh dengan cerita kelahiran Yesus.

Sesudah saya dewasa, saya mulai bertanya – tanya…”Apakah Tuhan kita masuk akal?”. Kenapa saya bertanya seperti itu? Karena paling sedikit ada 3 hal yang menurut saya tidak masuk akal dan sulit dipercaya.Apa saja? OK, kita akan teliti satu – satu untuk memastikan apakah otak saya yang salah atau Tuhan memang tidak masuk akal.

Tuhan yang mau mati buat saya. Pencipta yang mau mati buat ciptaanNYA, seorang penyayang binatang yang mengorbankan dirinya ditabrak mobil supaya hamsternya ga dilindes mobil. Seorang direktur yang merelakan perusahaannya dijual dan hartanya habis supaya para pekerjanya tidak kekurangan, seorang presiden yang bersedia dipenjara supaya seorang perampok dan pembunuh bisa kembali ke keluarganya. Semua hal di atas tidak masuk akal, mana ada orang yang bersedia mati demi hamster, bersedia bangkrut demi pegawainya dan presiden yang mau masuk penjara demi seorang kriminal? Kalau hal seperti itu saja tidak masuk akal apalagi Tuhan yang mau mati demi manusia. Kabar Baik begitu tidak masuk akal dan mustahil sampai kebanyakan orang ga percaya. “Enak amat jadi orang Kristen, bikin dosa banyak – banyak udah gitu tinggal bertobat langsung masuk surga,mana ada kaya gitu?Kalo bikin dosa ya harus ditebus dong!”….”Apa? Si kurang ajar itu mau masuk surga?Sesudah menipu banyak orang? Mana mungkin, biarpun jadi Kristen sekalipun orang seperti itu sih pasti masuk neraka !”

Komentar – komentar kaya gitu sih bukan hal yang aneh. Saya malahan denger komentar itu dari mama saya sendiri. Sulit untuk percaya ada Tuhan yang mau mati demi umatnya supaya umatnya bebas dari dosa dan bisa masuk surga. Bayangan Tuhan bagi kebayakan orang berupa sosok raksasa di awan awan yang melemparkan petir saat kita berbuat salah dan memberikan emas jika kita berbuat baik. Mungkin untuk orang – orang yang baik Tuhan memang mau berkorban, tapi demi orang – orang jahat?Tidak masuk akal.

Saya pernah membaca di Reader Digest mengenai kejahatan seksual terhadap anak – anak. Salah seorang pelaku yang tertangkap memasukkan seorang anak perempuan berumur 3 tahun ke dalam kandang anjing tanpa pakaian. Pelaku memfilmkan anak kecil telanjang yang ketakutan dan meringkuk di dalam kandang kemudian menjual filmnya di internet kepada kalangan phedopil ( orang – orang yang mempunyai kelainan seksual menyukai anak – anak di bawah umur). Saya hampir tidak bisa membaca sampai selesai karena marah dan berkata kepada Tuhan,” Tuhan, sampah macam gini ga mungkin saya ampuni. Kalo saya ketemu orang kaya gini pasti saya pukulin abis – abisan.” Mana mungkin Tuhan mengampuni sampah kaya gini ?

Saya juga menonton film “Hotel Rwanda” yang menceritakan pembantaian ratusan ribu suku Tutsi oleh suku Hutu di Afrika. Dengan membawa parang, suku Hutu turun ke jalan dan membantai setiap orang suku Tutsi yang mereka temui. Begitu banyak orang yang dibantai memenuhi jalan – jalan raya sampai mobil yang dikemudikan tokoh utama film tersebut harus melindas mayat – mayat yang tergeletak di jalan raya supaya bisa terus maju. Film ini diangkat dari kisah nyata dan pembantaian itu benar – benar terjadi. Sekali lagi saya bertanya pada Tuhan, “ Kau mengampuni mereka? Beneran? Ga bohong?”

Kenyataannya Tuhan memang mengampuni mereka, hanya saja apakah orang – orang itu mau menerima pengampunan itu atau tidak terserah mereka. Kenapa saya tahu kalau Tuhan masih mengampuni mereka dan masih masih memberi mereka kesempatan? Karena mereka msih bernafas! Kalau Tuhan berpendapat mereka tidak layak diampuni dan memutuskan untuk meninggalkan mereka maka mereka pasti sudah mati. Selama seseorang masih hidup itu berarti selalu masih ada kesempatan yang terbuka bagi orang itu untuk bertobat sejahat apapun orang itu.

Matius 5:45 …yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Tuhan tidak memperlakukan orang jahat dengan cara yang berbeda. Tuhan tidak membuat matahari bersinar dan cuaca cerah di sekeliling orang benar dan langit mendung disertai hujan dan kilat menyambar di sekitar orang jahat. Bagi Tuhan semua orang, benar atau tidak benar, layak menerima pengorbananNYA.

Dalam otak saya, cukup masuk akal kalo Tuhan mau mati demi orang benar tapi sangat tidak masuk akal kalo Tuhan mau mati buat orang jahat. Tapi poin inilah yang menjadikan pesan Kristus berbeda dari agama lainnya. Tindakan Tuhan yang tidak masuk akal inilah yang membuat pesan Kristus menjadi suatu hal yang aneh, berbeda dan luar biasa. Semua agama lain menawarkan Hukum; taati semua hukum maka tuhan akan menerima kamu. Yesus menawarkan Kasih; Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu ( Matius 11:28). Percaya saja, ga usah susah payah, Aku akan menerimamu. Pernyataan yang luar biasa sulit dipercaya sampai – sampai di kalangan orang Kristen sendiri pun masih bayak yang berusaha mencari huruf – huruf kecil tersembunyi tak terlihat dari pernyataan ini yang meminta manusia supaya menaati sejumlah peraturan dan menjalankan sejumlah pelayanan supaya Tuhan berkenan padanya. Pesan Tuhan sangat jelas, “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan ( Markus 16:16)”, tidak ada embel – embel yang lain.. Hanya dengan percaya bahwa Tuhan mati bagi kita!

Saya pernah membaca berita beberapa waktu yang lalu mengenai keluarga yang terperangkap di rumah yang terbakar. Sang ibu memeluk anaknya untuk melindungi anak itu dari api selama mungkin. Saya juga pernah membaca di satu buku tentang seorang ibu dan anaknya yang terperangkap di dalam gedung yang runtuh karena gempa. Selama berhari – hari mereka terkubur di sana, sang ibu mengiris jarinya sendiri dan memberikan darahnya untuk anaknya yang masih kecil supaya bisa bertahan hidup dengan risiko dirinya sendiri semakin lemah dan bisa meninggal. Saya juga ingat kepada orangtua yang mempunyai anak gay yang ditolak masyarakat tapi tetap membela dan menyayangi anaknya.

Kalo saya memikirkan hal – hal di atas sepertinya tindakan Tuhan menjadi masuk akal. Saya yakin, Tuhan mempunyai moral dan kasih yang ratusan juta milyar kali lipat lebih hebat dari ibu – ibu di atas. Kalo kita yang jahat aja tahu apa yang baik buat anak – anak kita apalagi Tuhan. Tuhan pastilah tidak lebih bodoh dan jahat daripada kita. Kalo kita bisa mengasihi , Tuhan pasti bisa mengasihi milyaran kali lebih baik dari kita. Kalo karena kasih kita bisa berkorban demi anak – anak kita, Tuhan juga pasti bisa. Kalo kita bisa mati demi orang yang kita kasihi apalagi Tuhan. Cari seseorang di muka bumi ini dengan moral terbaik dan kasih terhebat, kalikan sejuta milyar kali dan kita dapatkan kurang dari 1%-nya Tuhan.

Sebagian orang mungkin bilang kalo kita hanya ciptaan Tuhan dan bukan anakNYA yang berarti Tuhan ga perlu mati buat mahluk rendahan seperti manusia. Well..saya sih ga percaya kalo Tuhan itu mirip ilmuwan sinting yang menciptakan manusia hanya karena iseng atau Tuhan itu seperti dewa jaman Yunani yang karena ga ada kerjaan terus ngurusin manusia supaya ga bosen. Seperti orangtua yang menantikan kelahiran anaknya selama 9 bulan, seperti itulah perasaan Tuhan sewaktu menciptakan manusia.

Hal kedua yang membuat saya lebih heran adalah kenyataan bahwa Tuhan mempercayai kita. Setelah Tuhan menerima kita ,Dia tidak meminta kita menyingkir ke belakangnya tapi justru menawarkan kita untuk menjadi wakilNYA di bumi dan mengurus pekerjaanNYA yang belum selesai di bumi.

Seorang pemilik modal ingin membangun sebuah perusahaan yang besar, untuk itu ia mulai mencari orang – orang yang bisa dipercaya untuk membangun dan mengelola perusahaan yang baru ini. Kalau menurut logika, seharusnya dia mencari orang – orang yang berpendidikan, berpengalaman ,berhasil dalam hidupnya dan tentu saja tidak menerima orang – orang yang gagal untuk menjadi pekerjanya. Mana ada orang pintar yang akan memilih orang – orang gagal untuk menjadi pekerjanya, kalaupun ada pastilah dia orang yang bodoh. Anehnya, pemilik modal ini tidak hanya menerima orang – orang pintar untuk menjadi pekerjanya tapi juga orang – orang yang gagal, bahkan sepertinya lebih banyak orang gagal yang menjadi pekerjanya daripada yang berhasil. Yang lebih aneh lagi pemilik modal ini ternyata Tuhan yang ingin membangun gerejaNYA di bumi.

Abraham adalah seorang pembohong yang rela mengorbankan istrinya sendiri untuk menyelamatkan nyawanya, Yakub adalah seorang penipu yang mencurangi ayah dan kakaknya, Yehuda menjual adiknya sendiri dan tidur dengan menantunya sendiri, Daud membunuh jendralnya dengan tipu daya dan merebut istrinya, Salomo dengan segala kebijaksanaannya yang luar biasa tapi tunduk di bawah kerlingan mata wanita, Musa dengan temperamennya yang meledak – ledak, Samson yang begitu perkasa tapi juga begitu buta bahkan sebelum dia dibutakan orang Filistin karena tidak bisa melihat niat Delilah yang sebenarnya.

Ketika Yesus memulai pelayananNYA di bumi, murid murid yang dipilihNYA pun aneh – aneh yang terdiri dari nelayan yang tak berpendidikan dan pemungut cukai. Misionaris pertamanya yang lari ke dalam kota memberitakan Yesus adalah perempuan Samaria yang kawin cerai 5 kali. Rasul yang diutusnya kepada bangsa – bangsa lain adalah mantan pembunuh dan murid yang menjadi dasar gerejaNYA justru seorang pengecut yang menyangkalnya 3 kali.

Augustine mempunyai orangtua yang unik, ayahnya seorang pagan penyembah dewa – dewi Romawi dan ibunya seorang Kristen. Semasa mudanya Augustine mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang pengikut paganisme dan menjalani masa muda yang tidak bermoral. Pada usia 18 tahun, Augustine sudah mempunyai seorang anak di luar nikah. Ibu Augustine mendoakannya terus menerus selama 32 tahun sampai akhirnya Augustine bertobat. Augustine menjadi salah seorang bapa gereja mula – mula yang sangat berpengaruh, tulisan –tulisannya berabad – abad kemudian mempengaruhi seorang biarawan muda bernama Martin Luther yang kemudian mereformasi gereja( buku Augustine yang palin terkenal, “Confessions”, bisa didownload secara gratis di Project Gutenberg, ).

Sepertinya, kebanyakan orang – orang yang Tuhan percayai untuk menjalankan tugas – tugas paling besar justru orang –orang yang paling gagal. Saya selalu heran kenapa Tuhan mau mempercayai orang –orang seperti kita yang punya banyak kelemahan dan kegagalan. Tuhan pasti tahu bahwa banyak dari kita akan jatuh, berkhianat dan meninggalkan Dia. Beberapa orang bukannya mengangkat namaNYA di bumi tapi justru mempermalukanNYA. Tuhan pasti tahu bahwa kebanyakan dari kita akan melalaikan tugas yang Dia percayakan kepada kita dan menganggap Dia seperti jin botol yang dengan beberapa kali melipat tangan dan beberapa patah kata yang diucapkan dengan memejamkan mata akan membuat Dia mengabulkan segala keinginan kita. Tuhan pasti tahu semua itu! Walaupun demikian Dia tetap mempercayai kita untuk pergi dan menjadikan semua bangsa muridNYA ( Matius 28:19). Sampai saat ini kita belum pernah melihat Tuhan yang frustasi karena melihat kepercayaanNYA disia-siakan. Kita juga ngga pernah melihat Tuhan mengirim pasukan malaikat untuk mengambil alih semua bentuk pelayanan di muka bumi dan menyuruh kita ke pinggir untuk menjadi penonton.Dengan segala kelemahan kita, Dia tetap memutuskan untuk mempercayai kita.

Beberapa waktu yang lalu saya ikut seminar Nick, seorang hamba Tuhan yang tidak mempunyai tangan dan kaki tapi melayani Tuhan dengan luar biasa. Saat itu saya membayangkan orangtua Nick yang harus menerima kenyataan bahwa Nick lahir dengan kelemahan fisik tapi tetap membesarkan Nick dan mempercayai bahwa suatu hari nanti Nick akan dipakai Tuhan. Saat itu saya berpikir, kalau orangtua Nick saja bisa mempercayai Nick, kenapa Tuhan ngga bisa mempercayai anak – anakNYA sendiri. Dia kan pasti jutaan kali lebih baik dari orangtuanya Nick. Ketika saya melihat Tuhan sebagai seorang pemilik modal yang ingin membangun perusahaan maka segala tindakanNYA yang memilih orang – orang gagal sebagai pekerjaNYA tampak tidak masuk akal. Tapi ketika saya memikirkan orangtua Nick, tindakanNYA menjadi masuk akal.

Hal yang paling sulit saya percayai bakan sampai saat ini adalah Tuhan yang menginginkan kita bahagia. Bapa yang merencanakan segala sesuatu yang terbaik bagi masa depan kita, yang menyiapkan rancangan damai sejahtera bagi masa depan kita dan Bapa yang dengan asyik menyiapkan surga untuk mejadi tempat kita berjalan bersama – sama dia suatu saat nanti. Bagi si anak hilang, bapanya tidak hanya menyambutnya di depan pintu, mengadakan pesta, tapi juga menyiapkan masa depan yang indah untuknya.

Kalau ada hari libur saya suka sekali pergi ke salah satu mall di Bandung yang masih menyediakan lahan untuk taman dengan pohon – pohon besar. Pagi – pagi saya pergi kesana, beli cemilan dan minuman di supermarket kemudian duduk di bangku di bawah pohon. Saat – saat seperti itu saya bisa merasakan sekilas bahwa Tuhan ingin membahagiakan kita. Tidak ada yang kebetulan di muka bumi ini, segala sesuatu terjadi untuk mendatangkan kebaikan bagi orang – orang yang mengasihiNYA. Saya garis bawahi segala sesuatu karena itu berarti semuanya yang terjadi dalam hidup kita, Tuhan juga turut bekerja di sana.

Saat saya duduk di bangku, terkadang ada angin bertiup dan daun – daun bergoyang. Terkadang ada kadal yang melintas dan ada burung yang terbang lewat sambil ngomel dengan cerewet. Karena Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu, itu berarti Tuhanlah yang membuat angin bertiup, Tuhan yang menggoyangkan daun, Tuhan yang menyenggol si kadal supaya lari di depan saya dan Tuhan yang membuat burung tadi berbelok supaya terbang di depan saya. Pada saat yang sekilas itu saya merasa Tuhan sedang menyiapkan pertunjukan yang spesial dimana dia sendiri yang menjadi konduktornya di depan saya. Dalam masa yang sekilas ini saya bisa mengerti bahwa Tuhan sangat mengasihi kita sampe – sampe Dia mau repot – repot menyenggol kadal dan burung untuk menunjukkan bahwa Dia peduli dan sedang tersenyum kepada kita.

Baru – baru ini saya menonton film mengenai alam berjudul “Deep Blue” yang memfilmkan kehidupan hewan – hewan di laut. Saat itu saya bertanya – tanya apakah Tuhan sedang asyik mendandani bumi kita untuk menunjukkan bahwa Dia peduli? Ketika saya melihat berbagai macam ikan dan terumbu karang dengan warna – warna yang ajaib, saya berpikir ngapain Tuhan repot – repot merancang semua ini. Ketika saya melihat mahluk-mahluk di laut paling dalam muka bumi dengan bentuknya yang aneh – aneh dan ajaib saya lebih heran lagi. Mahluk – mahluk ini baru bisa dilihat manusia di abad ke 20 setelah kita mempunyai teknologi yang cukup maju untuk bisa menyelam ke laut dalam, walaupun begitu tetap saja Tuhan buat mahluk – mahluk ini sejak berabad - abad yang lalu. Kalau bumi kita ini hanya tempat pelatihan dan kita hanya sementara di sini, karena rumah kita yang sebenarnya di surga , kenapa Tuhan mesti repot-repot memperindah dunia ini. Kenapa tidak Dia bikin saja dunia ini dalam 2 warna,hitam dan putih saja, semua jenis ikan bentuknya sama dan semua mahluk di darat bentuknya juga sama? Bukankah itu lebih mudah? Ataukah jangan – jangan Tuhan seperti orangtua yang keranjingan mengecat dan menggambar sendiri kamar anaknya, membelikan berbagai boneka untuk menyenangkan anaknya dan selalu meluangkan waktu untuk bermain dengan anaknya dalam keadaan sesibuk apapun? Apakah Dia tidak bisa menahan diri untuk membahagiakan anak - anakNYA sehingga sekalipun Dia sudah menyiapkan surga, Dia tetap tidak bisa menahan diriNYA untuk memperindah bumi kita yang cuma sementara ini?

Sadhu Sundar Singh, seorang rasul Tuhan di India berkata,” Ada 2 buku yang layak dipelajari. Yang pertama Alkitab dan yang kedua Alam.” Beberapa orang menganggap alam ini terbentuk karena tidak sengaja dan bukan karena Tuhan. Mereka berpendapat alam ini terbentuk karena proses alami dan evolusi yang terus menerus. Bagi saya lebih sulit untuk mempercayai segala keindahan yang saya lihat, kucing manja dan hamster lucu, semuanya hanya karena proses kebetulan. Mempercayai dunia kita terjadi hanya karena proses kebetulan sama sulitnya dengan mempercayai ada angin ribut yang bertiup di pembuangan sampah dan sesudah angin ribut itu lewat ternyata sampah – sampah “secara kebetulan” menjadi pesawat jumbo jet yang bersih mengkilat. Bagi saya, lebih mudah untuk mempercayai bahwa alam bukannya tidak sengaja terjadi melainkan diciptakan Tuhan untuk menunjukkan kemuliaan dan kepedulianNYA kepada kita.

Tentu saja alam tidak selamanya ramah, bencana tsunami yang terjadi 2 kali baru baru ini menunjukkan itu. Apakah itu berarti Tuhan tidak menginginkan kita bahagia? Kalau dia menginginkan kita bahagia kenapa Dia mengijinkan tsunami yang menghancurkan dan membunuh banyak orang?

Saya pernah mengenal sepasang orangtua yang menolak untuk memarahi anaknya dengan alasan takut membuat anaknya sedih. Apapun kenakalan yang anak ini lakukan, mereka ngga pernah menegur anak ini. Apa yang terjadi? Anak ini tumbuh menjadi anak yang berandalan, ngga mau denger omongan orang lain dan bertindak semaunya sendiri. Apakah hal ini berarti mereka orangtua yang baik yang ingin membahagiakan anaknya? Mereka justru merusak masa depan anaknya sendiri!

Tuhan kita bukan orangtua gampangan kaya gini. Dia tahu, untuk menyiapkan masa depan yang baik untuk anakNYA terkadang dia juga harus menegur dengan keras. Saya belum pernah mengalami tsunami, karena itu saya ngga bisa berlagak mengerti apa tujuan Tuhan dalam mengijinkan peristiwa ini terjadi. Yang saya tahu, kehidupan saya pun tidak selamanya indah, ada juga masa masa susah dan sedih. Yang saya tahu, masa – masa itu mengajarkan banyak hal dan membuat saya menjadi lebih kuat.

Alam bukanlah sesuatu yang harus kita takuti ataupun harus kita sembah. Sama seperti Alkitab, alam menceritakan kemuliaan Tuhan. Dan saat saya melihat alam saya melihat Tuhan yang dengan asyik menggambar kamar tidur anak – anakNYA. Ketika saya duduk di bangku di bawah pohon, saya melihat Tuhan yang sebelah tanganNYA mengurusi peroalan dunia dan sebelah tanganNYA menggoyang daun, menyentil kadal dan burung sambil tersenyum. Saya kira Tuhan menikmati saat – saat itu sama seperti saya juga menikmatinya.

Tentu saja masih banyak hal – hal lain yang tidak masuk akal mengenai Tuhan. Tapi saat ini, ketiga hal inilah yang paling membuat saya heran. Pada akhirnya saya mengerti kenapa Tuhan tampak tidak masuk akal. Ketika saya memandang Tuhan hanya sebagai Tuhan yang bertahta di awan – awan maka semuanya itu memang tampak tidak masuk akal. Tapi ketika saya melihat Dia sebagai seorang Bapa yang merindukan anak – anakNYA maka semuanya tampak masuk akal.

Beberapa tahun yang lalu ada film berjudul “ Finding Nemo” yang menceritakan kisah yang terjadi di laut. Kita bisa saja menonton film ini seperti kita menonton film ilmu pengetahuan, dengan notes d tangan kiri dan pulpen di tangan kanan, siap mencatat setiap spesies laut yang muncul di film ini. Kita juga bisa saja menganggap film ini sebagai sumber pembelajaran moral dan etika, ingat hiu – hiu yang bertekad menjadi hiu yang penuh kasih dengan cara menjadi vegetarian? Tapi jika kita melakukan hal itu kita mungkin akan melewatkan cerita utama film ini, yaitu mengenai seorang ayah yang kehilangan anaknya dan melakukan segala cara termasuk menyebrangi lautan dan mempertaruhkan nyawanya untuk bisa bertemu kembali dengan anaknya.

Kita bisa menggunakan Alkitab sebagai bahan pembelajaran teologis, referensi etika, kitab sejarah ataupun kitab perilaku dan sopan santun tapi pada dasarnya bukankah Alkitab menceritakan seorang Bapa yang kehilangan anak – anakNYA dan begitu rindu untuk berkumpul kembali dengan anak – anakNYA sampai – sampai Dia bersedia mengorbankan diriNYA?

Sebagai Allah dia tidak masuk akal, tapi sebagai Bapa dia sangat luar biasa.

Keabadian

Salah satu pengarang novel yang bukunya menarik buat saya adalah Anne Rice. Buku-buku yang dikarang Anne Rice sebagian besar bertemakan kehidupan kaum vampire, novelnya yang paling terkenal mungkin Interview With The Vampire soalnya udah difilmin dengan bintang Tom Cruise. Yang menarik dari cerita-cerita Anne Rice adalah karena semua ceritanya berputar di sekitar tema keabadian. Mahluk-mahluk vampire yang hidup abadi yang tak pernah bisa mati kecuali dibunuh. Walaupun begitu, sekalipun mereka memiliki kehidupan abadi yang diimpikan banyak orang, tampaknya bagi sebagian besar vampir hal itu lebih berupa kutukan karena kebanyakan dari mereka menghabiskan waktu dalam kebosanan dan tidur panjang. Kecuali dalam novel The Mummy, keabadian dalam cerita Anne Rice lebih berupa kutukan daripada berkat.

Kenapa saya tertarik dengan konsep keabadian? Karena sepertinya banyak orang yang menginginkan untuk menghindari penuaan dan kematian. Tentu saja cuma sedikit orang yang benar-benar cukup gila untuk mengharapkan hidup abadi, tapi kebanyakan orang ngga ingin menjadi tua dan mati. Saya ga bermaksud ngebahas misteri kematian dan keabadian, saya cuma pengen ngobrol soal keabadian dan pemuridan. Memang nyambung? Apa hubungannya antara hidup abadi dengan pemuridan?

Salah satu orang yang saya kagumi adalah Papa Ten Boom. Siapa? Kok namanya kaya nama tokoh di buku cerita anak-anak? Nama Papa Ten Boom sendiri mungkin kurang terkenal karena yang lebih terkenal adalah Corrie Ten Boom,anak perempuannya. Siapa sih keluarga Ten Boom itu? Keluarga Ten Boom hidup di masa Perang Dunia 2 di Belanda. Papa Ten Boom sendiri adalah seorang tukang jam yang membuka toko kecil untuk menghidupi keluarganya. Ga ada yang istimewa dari Papa maupun keluarganya, pada dasarnya mereka adalah keluarga Kristen kecil normal yang baik. Ketika Perang Dunia 2 pecah dan Nazi Jerman menginvasi dan menduduki hampir seluruh daratan Eropa, termasuk Belanda, barulah keluarga ini menunjukkan keistimewaannya. Sepeerti di negaranya sendiri, Nazi Jerman yang menduduki Belanda juga bermaksud untuk menghabisis orang-orang Yahudi di sana dan perintah penangkapan orang Yahudi pun dikeluarkan.

Keluarga Ten Boom,walaupun bukan Yahudi, memutuskan untuk menyembunyikan teman –teman Yahudi mereka di rumah mereka sekalipun resikonya bila ketahuan mereka akan dianggap penghianat dan diperlakukan sama dengan orang Yahudi. Tanpa satupun keberatan, semua keluarga Papa Ten Boom termasuk anak-anaknya bersedia menanggung resiko itu. Pada akhirnya, tentara Jerman mencium tindakan mereka dan keluarga Ten Boom pun ditangkap dan dibawa ke kamp konsentrasi bersama –sama orang Yahudi yang mereka sembunyikan untuk dibunuh di sana. Di kamp konsentrasi,kecuali Corrie, semua keluarga Ten Boom meninggal terbunuh disana termasuk Papa Ten Boom. Papa Ten Boom meninggal seorang diri di kamp konsentrasi seorang diri tanpa ditemani keluarganya. Ketika perang berakhir, Corrie Ten Boom menjadi seorang pembicara terkenal yang mengkotbahkan kasih dan pengampunan Tuhan, termasuk kepada orang –orang Jerman yang membunuh keluarganya di penjara.

Yang membuat saya kagum pada Papa Ten Boom adalah karena tak ada satupun anak-anaknya yang mengingkari iman mereka kepada Tuhan sekalipun mereka terancam kematian. Yang lebih hebat lagi,anaknya yang selamat,Corrie Ten Boom, tidak menjadi kecewa pada Tuhan tapi justru mengkotbahkan kasih dan pengampunan Tuhan sampai akhir hidupnya. Dan yang paling hebat, 60 tahun sesudah Papa Ten Boom meninggal, hidupnya tidak hilang begitu saja tapi masih bisa memberkati seseorang di tempat yang jauh yaitu saya. Bisa dibilang kehidupan Papa Ten Boom tidak pernah berakhir dan masih memberkati banyak orang, denagn kata lain sekalipun Papa sudah pulang tapi dia masih hidup abadi. Saya lebih tertarik pada keabadian seperti ini daripada keabadian yang membosankan milik para vampire.

Entah bagaimana cara Papa Ten Boom mengajar anak-anaknya sehingga bahkan dalam keadaan yang paling berat, semua anak-anaknya tetap setia pada Tuhan. Dia bukan hanya berhasil mengajar tentang Tuhan, tapi lebih dari itu dia berhasil membawa anak-anaknya mengenal Yesus secara pribadi. Seperti seorang pelari estafet yang berlari dengan baik dan menyerahkan tongkat pada pelari berikutnya, Papa Ten Boom berhasil mewariskan hal terpenting dalam hidupnya dan pertandingan terus berlanjut tanpa terhenti.

Tidak semua orang berhasil meninggal dan hidupnya tetap abadi sampai puluhan tahun kemudian, kebanyakan orang gagal. Sebagian orang meninggal dan langsung dilupakan begitu saja seolah-olah dia tak pernah hidup. Sebagian orang meninggal dan meningalkan kenangan buruk bagi orang-orang yang pernah disakitinya. Dan bagi sebagian orang, ketika mereka meninggal mereka tidak hanya terlupakan bahkan berusaha dilupakan karena kenangan yang ditinggalkannya terlalu buruk untuk diingat. Ketika saya membaca cerita tentang Papa Ten Boom, mungkin itu pertama kalinya saya ga ingin hidup saya dilupakan begitu saja, pertamakalinya saya menginginkan keabadian dan pertama kalinya saya ingin meninggalkan jejak kaki di bumi ini. Bagaimana caranya? Dengan menyampaikan tongkat estafet pada pelari berikutnya, dengan kata lain pemuridan. Nah, nyambung kan antara pemuridan dan hidup abadi?

Saya bisa sampai sekarang ini karena mama dan engkong saya bekerja dan jaga toko supaya ada uang untuk sekolah, untuk saya beli buku dan tahu banyak hal. Saya bisa sampai sekarang ini karena pembimbing-pembimbing saya di gereja yang meluangkan waktu buat ngajar dan terutama buat sabar ngadepin saya yang cenderung keras kepala dan temperamen tinggi. Dalam banyak hal, sebenarnya kita hidup dengan mengorbankan banyak orang karena kita bisa terus maju karena pengorbanan orang-orang yang sudah maju duluan sebelum kita. Karena itu,pada dasarnya seorang pembimbing adalah batu yang dipijak supaya murid yang dibimbingnya bisa berjalan lebih jauh. Seperti orangtua saya yang berusaha cari uang supaya saya bisa dapet pendidikan yang lebih tinggi dari mereka supaya saya bisa memulai hidup saya dari posisi yang lebih baik, seorang pembimbing belajar dan berjalan sejauh mungkin supaya murid yang dibimbingnya bisa memulai start dari tempat yang lebih jauh. Kalau seorang pembimbing memulai startnya dengan pengajaran yang nilainya 20, dia harus belajar lebih banyak supaya murid yang dibimbingnya bisa memulai start dari pengajaran yang nilainya 40. Kalau seorang pembimbing hanya mengandalkan pengajaran yang dia terima dari pembimbing sebelumnya dan ga ngembangin itu, murid yang dibimbingnya juga cuma mulai start dari nilai 20 atau mungkin kurang, kalo gitu sih lari di tempat.

Saya berbicara seolah-olah saya udah jadi pembimbing yang hebat, apakah seperti itu? Jujur aja,ngga! Sampai sekarang saya dipercayakan 7 orang untuk saya bimbing dan dari 7 orang itu, 2 hilang karena kelalaian dan kemalasan saya. Secara pengajaran, saya pikir saya sudah mengajarkan semua hal yang terpenting yang saya dapet dan saya pegang selama ini. Tapi secara hubungan emosional, saya pikir saya ga begitu deket dengan mereka. Kenapa? Karena saya kurang percaya diri menjadi pembimbing mereka, karena saya pikir saya belum pantas jadi pembimbing mereka. Kenapa? Saya cukup percaya diri dalam hal pengajaran soalnya saya hobi baca buku dan belajar banyak hal, tapi dalam kehidupan pribadi saya rasa masih banyak banget bolongnya. Kasarnya sih, karena ngurus diri sendiri aja susah, saya ngerasa ga percaya diri ngurus orang lain. Kalo gitu kenapa saya terima tanggung jawab buat ngebimbing mereka? Yang pertama sih memang karena ga ada orang lain yang punya waktu luang buat ngajar. Tapi alasan kedua dan paling utama adalah karena walaupun saya ngerasa saya belum pantas buat ngebimbing mereka, karena suatu alasan yang saya ga ngerti Tuhan memilih untuk mempercayakan mereka pada saya,makanya saya terima. Tau darimana Tuhan nitipin mereka ke saya dan bukan ke orang lain? Ya didoain dulu sebelum saya terima.Pada dasarnya, saya belum menjadi pembimbing ideal yang saya impikan dan semua yang saya tulis di sini tuh gambaran pembimbing ideal yang saya punya.

Anak adalah fotokopi orangtua mereka. Sebagian karena anak-anak secara natural memang mencontoh orangtua mereka dan sebagian lagi karena orangtua, secara sadar maupun ga sadar, membentuk anak sesuai dengan diri mereka atau impian mereka.
“ Orangtua tahu apa yang terbaik buat anak,anak ga tahu apa -apa dan sebaiknya diam saja ngikutin apa kata orangtua”. Pendapat seperti ini, terutama di negara-negara Asia, sudah jadi hukum umum di dalam keluarga. Anak harus mengikuti perkataan orangtua karena orangtua sudah hidup lebih lama dan lebih berpengalaman jadi lebih tahu. Dalam banyak hal tentu saja hal ini memang benar dan sangat bijaksana untuk mendengarkan pendapat orangtua. Yang jadi masalah adalah ketika hal ini berlanjut seumur hidup dan sang anak ga pernah dapet kesempatan untuk menjadi dewasa. Orangtua yang pedagang menginginkan anaknya menjadi pedagang juga, sekalipin sang anak mungkin ingin jadi pelukis. Orangtua yang olahragawan mungkin menginginkan anaknya lebih banyak beraktifitas di luar sementara mungkin sang anak lebih suka diam di kamar membaca buku atau ngoprek komputer. Atau mungkin orangtua ingin anaknya melanjutkan mimpi mereka. Seorang ibu yang gagal menjadi artis mungkin berusaha dengan segala cara supaya anaknya menjadi artis sekalipun mungkin si anak itu sendiri lebih tertarik bekerja di pertambangan,misalnya. Atau mungkin kita pernah ketemu dengan orangtua yang mengatur segala tingkah laku anak bahkan sampai ke hal yang paling kecil,misalnya cara yang benar untuk makan kue dan bersikeras anaknya melakukan hal yang persis sama?

Mungkin hal yang paling sering dilupakan adalah sekalipun anak dilahirkan orangtua, anak bukanlah properti milik orangtua. Anak adalah seorang pribadi yang punya pikirannya sendiri, punya caranya sendiri dan yang paling penting punya jalan hidupnya sendiri yang mungkin sama sekali berbeda dengan jalan hidup orangtuanya. Pada akhirnya,walaupun orangtua yang membesarkan dan mendidik anak, keputusan terakhir mengenai jalan hidup seseorang haruslah dipilih oleh orang itu sendiri. Pada waktunya, tugas orangtua yang terakhir adalah menahan diri dan memberikan kuasa untuk memilih itu pada anak mereka, sekalipun jalan yang dipilih itu salah atau terlihat salah di mata orangtua.

Kalau anaknya mau jadi penjahat gimana? Masa dibiarkan begitu saja? Kalau anaknya sudah dewasa dan sudah waktunya memutuskan jalan hidup mereka sendiri,ya. Tugas orangtua adalah berdoa dan percaya anak mereka akan kembali dan menunggu dan bersiap pada saat sang anak membutuhkan mereka. Ketika anak itu kembali, orangtua tidak mengomel,” Apa gua bilang.Salah kan?” tapi diam dan menerima. Cukup baca kisah anak yang hilang untuk mengerti apa yang saya maksud. Lagipula, sekalipun orangtua ga berhak untuk menetukan pilihan anak, orangtua bisa mengajarkan jalan hidup mana yang baik dan mana yang salah. Jadi kalau ada anak yang kemudian pengen jadi penjahat, saya harus bertanya-tanya apa aja yang diajarin orangtuanya?

Kenapa saya bicara panjang lebar tentang pendidikan anak? Karena pembimbing adalah seorang bapa rohani dan murid yang dibimbing adalah anak rohani. Dan masalah yang sama yang muncul dalam hubungan ayah-anak juga muncul di sini. Seringkali seorang pembimbing tanpa sadar membentuk anak bimbingannya supaya menjadi sama dengan mereka. Jadi kalau pembimbingnya biasa turun ke jalan dan menginjili anak jalanan, anak bimbingannya pun diharapkan seperti itu,misalnya. Tentu saja ga masalah kalau anak bimbingannya belajar pelayanan bapa rohaninya lagipula sepertinya terkadang Tuhan memang memasangkan anak dengan bapa rohani yang mempunyai visi dan pelayanan yang sama,tapi tidak selalu. Kalau misalnya anak yang tadi lebih terpanggil untuk pelayanan musik tapi kemudian dipaksa ikut pelayanan anak jalanan tentu saja ga akan maksimal bahkan bisa ga tahan dan kabur.

Saya ngerasa terpanggil untuk pelayanan di bidang pengajaran dan konseling dan saya suka baca buku. Sejujurnya, saya juga pengen anak-anak rohani saya juga hobi baca buku karena menurut saya banyak hal yang bisa dipelajari dari buku. Tapi, ga semua anak-anak rohani saya hobi baca buku malahan sepertinya mayoritas ga kuat baca buku lama-lama.Tentu saja saya pengen dan berharap ada yang punya visi dan minat yang sama dengan saya, walaupun begitu saya harus nahan diri untuk ga memaksakan visi saya pada mereka. Tapi jujur aja, saya sangat gregetan kalo liat orang yang hobi baca buku terutama buku rohani. Tapi saya juga sadar kalo tiap orang punya cara sendiri untuk mengenal Tuhan. Misalnya, saya ga terlalu hobi denger musik rohani tapi mungkin bagi sebagian orang ketika mereka mendengar lagu rohani dan ikut menyembah, mereka connect dengan Tuhan. Bagi saya,jalur connect-nya lewat baca buku. Dalam soal kebiasaan, kalo saat nyanyi lagu pujian biasanya saya nyanyi dengan suara sekeras mungkin biarpun fals.( Sekali waktu saya ikut misa katolik dan waktu nyanyi diliatin orang-orang soalnya volume nyanyi saya yang paling rendah pun masih terlalu keras buat sebuah misa..malu juga.:) …) Tapi walaupun saya nyanyinya fals dan keras bukan berarti anak rohani saya harus gitu kan? Puji Tuhan sih ngga ada yang kaya gitu, soalnya kalau sama keras dan falsnya kesian jemaat yang laen.

Seperti seorang ayah yang melepas putrinya di pernikahan, seorang pembimbing pada akhirnya juga melakukan hal yang sama. Ketika anak rohani mereka masih baru lahir, seorang pembimbing mengajarkan banyak hal dan mengenalkannya pada nama Yesus,calon pengantinnya di masa depan. Ketika tiba waktunya, pembimbing akan membawa anak rohaninya dan meyerahkannya pada Yesus. Setelah itu, seorang ayah akan mundur dan membiarkan anaknya memulai hidup baru dengan Mempelainya dan ga ikut mencampuri urusan rumah tangga mereka. Mungkin sekali waktu ketika anaknya marah dan kecewa pada Mempelainya, dia akan pulang ke rumah ayahnya. Dan disinilah fungsi ayah sebagai seorang penasihat yang menghilangkan rasa marah dan kecewanya dan mengantarkan lagi anaknya pada Mempelainya.

Seperti seorang ayah yang berjalan di tepi pantai dan meninggalkan jejak di pasir pantai yang basah sementara di belakangnya anaknya yang masih kecil berjalan dengan menapak di bekas kaki ayahnya. Akan tiba saatnya sang anak tidak lagi berjalan di bekas jejak kaki ayahnya tapi membuat sepasang jejak kaki lain yang berjalan beriringan dengan jejak kaki ayahnya.

Pada akhirnya, seorang pembimbing hanya bisa menahan diri ketika anak rohaninya memilih jalan hidup mereka sendiri. Sekalipun tampaknya jalan yang dipilih itu salah, pembimbing harus menahan diri. Seperti anak yang sedang belajar berjalan, anak pun terkadang jatuh. Dan orangtua yang baik tidak mencegah anaknya jatuh tapi membantu anaknya berdiri. Dan kalau suatu saat anak itu kembali dari jalan yang salah, pembimbing tidak bicara apa-apa tapi segera menghampiri dan memberikan jubah dan sepatu dan cincin dan mengadakan pesta besar.

Memilih Tuhan Yang Benar?

Gimana caranya pilih Tuhan yang bener sementara di dunia ini ada banyak sekali kepercayaan? Sebagian ada yang bilang kalo banyak jalan ke Roma atau dengan kata lain semua agama tuh sama – sama mengajarkan kebaikan karenanya ga perlu dipermasalahkan mana yang bener atau salah, ambil yang baiknya aja. Kalau menurut saya sih pandangan macam itu sebenernya pandangan yang males buat nyari kebenaran dan ambil gampangnya aja. Dalam kenyataannnya, semua agama itu ga bisa disamain. Tiap agama punya ajaran yang berbeda – beda dan bahkan seringkali bertentangan. Tuhan jelas – jelas bilang di Alkitab jangan menyembah patung, gimana mau disamain dengan agama lain yang menyembah patung? Dalam kenyataannya agama itu berbeda – beda dan ga bisa disamain.

Terbalik dengan orang – orang yang menganggap bahwa semua agama itu benar,ada sebagian orang yang ketika melihat banyaknya agama justru menganggap tidak ada satupun yang benar. Ketika mereka melihat pertentangan antar agama, mereka memutuskan kalau agama itu ga ada bagusnya dan cuma membawa perpecahan. Mereka memutuskan kalau dunia akan lebih baik tanpa Tuhan, dengan kata lain orang atheis.

Saya ga akan bahas tentang jenis – jenis agama dan apa perbedaannya, agama mana yang benar dan mana yang salah. Yang akan saya bagiin sekarang ini adalah pengalaman pribadi kenapa saya tetap mengikut Yesus di antara sekian banyak tuhan yang diajarkan di dunia.

Saya akan mulai dari hal yang paling dasar, kenapa saya percaya ada Tuhan? Kenapa saya ngga percaya kalo bumi ini muncul dengan tiba – tiba dan manusia hanyalah monyet besar yang berevolusi? Salah satu hobi saya adalah nonton film dokumenter tentang alam. Saya suka banget nonton berbagai macam hewan yang ada di dunia dengan segala macem kemampuan dan kebiasaannya. Dalam taraf tertentu, saya pikir teori evolusi mungkin ada benarnya. Paling tidak, saya tahu bahwa hewan memang punya kemampuan untuk beradaptasi. Tapi saya sangat meragukan kalau untuk bertahan hidup, seeekor hewan bisa berubah menjadi spesies hewan lain yang sama sekali berbeda. Saya sangat meragukan kalau seekor ikan yang kolamnya mengalami kekeringan, untuk mepertahankan kelangsungan hidup spesiesnya, dalam keadaan megap – megap kekurangan air, ikan ini entah dengan cara bagaimana melahirkan anak – anak ikan yang mempunyai kaki dan paru – paru dan bisa bertahan hidup di daratan.

Kalau diterapkan pada manusia, itu sama dengan melemparkan seorang perempuan ke laut, dan dalam keadaan kepayahan berenang dan hampir tenggelam, entah dengan cara bagaimana minggu depannya dia akan melahirkan putri duyung. Belum lagi konsep pertahanan hewan yang seringkali terlalu rumit untuk sebuah hasil evolusi yang mengandalkan kebetulan. Saya pernah nonton film tentang seekor ikan yang menarik mangsanya dengan menggunakan sejenis kumis atau sungut di dahinya yang digunakannya seperti alat pancing. Sungut yang panjang itu mempunyai bentuk seperti cacing di ujungnya, kemudian sungut itu digerak – gerakkan seperti pancingan supaya mangsanya menyangka itu cacing betulan. Ketika mangsanya mendekat untuk memangsa cacing bohongan ini, ikan ini segera membuka mulutnya dan menyantap mangsanya.

Saya sulit untuk percaya kalau ikan semacam ini merupakan hasil evolusi, bahwa kemampuannya untuk mencari mangsa dan sungut yang dia punya itu hasil evolusi. Supaya ikan ini bisa berevolusi dari ikan biasa menjadi ikan pancing untuk mempertahankan hidupnya, ikan ini harus mengerti konsep alat pancing terlebih dulu. Ikan ini harus berpikir bahwa untuk menangkap mangsa dia bisa menggunakan umpan bohongan yang diikat pada suatu ujung yang panjang untuk menangkap ikan lain. Anak SD yang bisa pertambahan dan perkalian, dengan asumsi dia belum pernah tahu alat pancing tuh seperti apa aja belum tentu bisa kepikiran untuk nyari tongkat panjang dan benang kemudian bikin cacing bohongan yang diiket di ujungnya buat nangkep ikan. Itu konsep yang terlalu rumit untuk ikan, lebih mudah untuk mengembangkan sistem berburu yang mengandalkan kecepatan berenang misalnya daripada mengembangkan konsep alat pancing.OK, anggap saja ikan ini lebih pinter dari anak 6 SD dan dia bisa menemukan konsep alat pancing. Apakah kemudian ikan ini bisa bersemedi berbulan – bulan dan kemudian entah dengan cara bagaimana dia melahirkan anak-anak yang punya alat pancing di kepalanya. Kalau bisa kaya gitu sih, saya saranin untuk ibu – ibu hamil jangan keluar rumah dan semedi konsentrasi supaya anak yang dilahirkan nanti punya muka secakep dewa atau secantik dewi dan punya badan sekekar Arnold waktu belum jadi gubernur California.

Bulan-bulan kemarin saya nonton film dokumenter “ Earth” di bioskop dan di film itu ada dokumentasi tentang burung – burung di pulau Irian. Burung – burung itu punya bulu – bulu dengan warna yang sangat bagus dan burung - burung jantan mengembangkan sejenis tarian untuk menarik perhatian betinanya. Apakah konsep berdandan pake baju bagus dan “ Dance with me” ini hasil evolusi?

Evolusi mengandalkan teorinya pada kebetulan. Kebetulan bumi ini terletak pada posisi yang tepat dari matahari, kebetulan unsur – unsur tidak bernyawa berubah menjadi hewan bersel satu , kebetulan hewan ini menjadi hewan-hewan kecil yang kemudian jadi hewan besar jadi mamalia dan jadi mahluk yang mengetik di komputer ngejawab pertanyaan ini. Masalahnya, kemungkinan munculnya mahluk bersel satu secara kebetulan itu sangat kecil. Kemungkinan untuk munculnya hewan bersel satu secara kebetulan itu sama kecilnya dengan satu lapangan bola yang diisi penuh dengan mesin judi jackpot Las Vegas ( yang sering nonton film pasti tahu deh, yang kalo tuasnya ditarik kemudian muncul 3 gambar yang sama berarti menang), tarik tuasnya dan semua mesin judi itu menang.

Saya ngga percaya kalo bumi ini terjadi secara kebetulan, manusia hasil evolusi, ikan lebih pinter dari anak 6 SD dan burung lebih tahu cara berkencan daripada anak SMA. Saya lebih percaya ada Tuhan yang sangat kreatif dan punya rasa humor yang tinggi yang menciptakan kita. Perlu iman yang lebih besar untuk menjadi seorang atheis daripada menjadi seorang Kristen. Perlu iman yang lebih besar untuk percaya ikan lebih pinter dari anak 6 SD, daripada percaya Tuhan yang kreatif yang bikin ikan itu jauh lebih pinter dari anak SD. Pelajari alam, Tuhan itu ada.

Masalah berikutnya, kita percaya ada Tuhan. Masalahnya Tuhan yang mana? Ada begitu banyak Tuhan di dunia, mana yang harus kita pilih? Kenapa saya percaya Yesus? Lagi – lagi, karena saya percaya Tuhan lebih pinter dari anak SD. Saya percaya Tuhan ratusan, ribuan,jutaan,milyaran dan tak terbatas kali lebih baik,lebih pinter dan lebih penuh kasih daripada manusia yang paling baik sekalipun. Saya percaya Tuhan lebih baik dari seorang ibu yang bersedia mengorbankan nyawanya ketika melahirkan anaknya supaya anaknya bisa lahir dengan selamat. Saya percaya Tuhan lebih baik dari anggota pemadam kebakaran yang mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan korban pemboman menara kembar WTC. Saya percaya Tuhan lebih baik dari ayah manapun di dunia yang bersedia melindungi anaknya.

Dari seluruh agama di dunia, hanya ada satu pengajaran yang memberitakan Tuhan yang yang jauh lebih penuh kasih dari ibu yang mengorbankan nyawanya. Hanya ada satu pengajaran dimana Tuhan sendiri yang datang menghampiri kita. Hanya ada satu pengajaran dimana Tuhan sendiri, bukan umatnya, bukan wakilnya, bukan nabinya tapi hanya Tuhan sendiri yang mau mengorbankan nyawanya supaya kita bisa selamat.

Dalam semua agama yang lain, manusia sendiri yang harus mendekati Tuhan, manusia sendiri yang harus mengorbankan diri supaya mencapai keselamatan tapi cuma satu Tuhan yang menunjukkan kasih yang melebihi semua standar manusia dengan datang sendiri dan mengorbankan dirinya. Saya ga akan mengakui dan mengikuti tuhan yang tidak lebih baik dari manusia, tidak lebih penuh kasih dari manusia. Kalau Dia Tuhan, Dia pasti punya standar kasih yang jauh lebih tinggi dari kita. Standar kasih tertinggi yang bisa diperlihatkan manusia, mengorbankan diri demi orang lain, pasti juga Tuhan punya.Kalau bapa di bumi tahu memberi apa yang baik, Bapa di surga pasti ga lebih bodoh.

Apakah 2 alasan di atas cukup untuk mengenal Tuhan? Apakah dengan mengetahui kalau Tuhan pasti ada dan Tuhan yang baik itu Tuhan Yesus berarti kita sudah mengenal Tuhan? Ngga, untuk mengenal Tuhan kita tetap memerlukan pertemuan secara pribadi denganNYA. Akal sehat kita mungkin bisa menuntun kita untuk mencapai rumah seorangb teman di antara sekian banyak jalan yang semrawut. Tapi, untuk mengenal seseorang kita tetap harus masuk ke rumahNYA dan mengobrol secara pribadi denganNYA.

Lee Strobel adalah seorang atheis yang menolak kebenaran Tuhan dan Alkitab. Dalam usahanya untuk membuktikan bahwa Alkitab hanya sekumpulan mitos bohongan tanpa dasar yang teguh, Lee berkeliling Amerika mewawancarai sarjana – sarjana Alkitab untuk membuktikan dasar Alkitab itu tidak kuat. Tapi perjalanan itu justru menghasilkan yang sebaliknya, Lee tidak berhasil membuktikan Alkitab itu bohong, justru sebaliknya Lee belajar bahwa Alkitab itu benar. Tapi, walaupun dia mengetahui Alkitab itu benar tidak berarti dia sudah mengenal Tuhan. Sesudah Lee memutuskan untuk bertobat dan mengalami perjumpaan pribadi ( bukan secara supranatural, Tuhan tidak datang dalam wujud nyata ke kamarnya) dengan Tuhan, barulah dia menjadi manusia baru. Lee menjadi seorang penulis rohani dan hasil penyelidikannya tentang Alkitab ditulis menjadi buku dengan judul,” A Case For Christ”.

Saya mengenal Tuhan lewat pertobatan secara pribadi di retreat waktu SMA. Waktu itu saya belum ngerti dan belum mikirin alasan – alasan yang saya bahas di atas. Saya cuma tahu Yesus Tuhan yang benar ketika saya bertobat, saya ga mikir alasan kenapa Tuhan pasti ada atau kenapa harus milih Yesus di antara sekian banyak Tuhan. Sesudah saya mulai tertarik untuk belajar lebih jauh, baru saya kepikiran alasan – alasan di atas. Karena saya sudah menemukan Tuhan, lebih tepatnya sih Tuhan yang menemukan saya, alasan – alasan diatas tidak menjadi penuntun tapi menjadi peneguhan. Bagaimanapun, hubungan dengan Tuhan bukan masalah akal sehat melainkan perjumpaan secara pribadi. Akal sehat mungkin bisa menuntun kita untuk memilih pengajaran yang benar seperti halnya peta bisa menuntun kita ke rumah yang tepat. Tapi untuk bersahabat dengan pemilik rumahnya, kita harus masuk dan mengobrol secara pribadi denganNYA.Dan agama bukan Tuhan, ikut agama yang benar bukan berarti kita mengenal Tuhan. Seseorang bisa saja ke gereja selama puluhan tahun tanpa pernah mengenal Tuhan. Itu sama seperti menemukan rumah yang tepat, duduk di depan pagarnya setiap minggu, kadang – kadang bawa oleh – oleh tiap minggu tapi tidak pernah sekalipun masuk dan mengobrol dengan pemilikNYA.

Bener ga sih agama menghalangi kebebasan kita?

Bener ga sih agama menghalangi kebebasan kita? Sepertinya ga sedikit orang yang berpikiran kalau agama menghalangi kebebasan pribadi seseorang, terutama di negara – negara modern yang memang menghargai kebebasan individual. Bahkan bagi sebagian orang, agama terlihat sangat menakutkan sampai-sampai mereka menjadi ateis. Memang beralasan kalo berpikir agama menghalangi kebebasan,jujur aja saya juga pernah berpikir seperti itu. Saya berasal dari gereja yang cukup ketat dan keras, terutama dalam hal pasangan hidup. Saya diajar untuk ga sembarangan pilih pacar, tapi harus dipikirin baik-baik dan didoain dan disetujui oleh pembimbing. Kedengrannya memang sangat baik, masalahnya kalo cinta sudah merasuk, wah susah deh . Boro-boro ikut aturan gereja, mertua galak aja tetep nekat datang terus.

Saya juga ngalamain hal yang sama 9 tahun yang lalu, saya suka pada seseorang dan orang itu juga suka dan kita pacaran. Masalahnya kita pacaran tanpa lewat prosedur yang bener, kaga didoain dulu n ngga minta pertimbangan dan persetujuan pembimbing dulu. Kita diminta untuk ga melanjutkan hubungan itu dulu selama beberapa bulan supaya emosi kita turun dan kemudian baru dipikirin dengan kepala dingin. Tapi, sepeeti yang saya bilang, kalo cinta udah merasuk, lawan naga gendut juga berani apalagi cuma peraturan gereja. Saya tentu saja marah dan berpikir kalo gereja terlalu mengada-ada, pembimbing saya terlalu keras dan mulai berpikir kalo saya salah masuk gereja yang ekstrim dan fanatik.

Kalo inget hal seperti itu, ga heran kalo anak-anak muda, terutama di negara modern, beranggapan kalo agama itu sama dengan pengekangan. Gimana nggga? Secara pergaulan , kebanyakan jauh lebih bebas dari disini. Banyak hal yang sangat menarik dan menggoda di luar sana dan seringkali gereja melarang itu. Pornografi,pergaulan bebas, obat dan minuman ga pernah disetujui gereja kan? Saya ngomong seperti orang yang udah tua ya? Apakah itu berarti saya ga pernah tergoda? Hei, gini gini juga saya masih muda, kepala 3 aja belum kok. Dan terkadang saya iri dengan semua kebebasan itu, bebas untuk melaukan apapun tanpa harus memikirkan apa kata gereja, tanpa harus merasa bersalah. Saya ga heran kalo kemudian ada yang menjadi ateis karena menganggap gereja menghalangi kebebasan dan memilih untuk ga mempedulikan rasa bersalah. Banyak hal di luar sana yang terlalu menarik untuk dibuang begitu saja dan masuk ke dalam kehidupan gereja yang sepertinya kering tanpa kegembiraan di balik tembok.

Apakah saya tampak membela gereja? Ngga tuh, saya juga sadar kalo gereja seringkali keterlaluan dan berlebihan dalam mengatur hidup. Sepanjang sejarah gereja, bukan sekali dua kali gereja menghalangi pemikiran –pemikiran atau teknologi baru. Teori heliosentris Galileo dan Reformasi gereja adalah salah satu contoh di mana gereja menghalangi kebebasan berpikir. Dalam usahanya untuk membuat seseorang menjadi jemaat yang lebih baik, seringkali gereja terjebak untuk merubah penampilan dan kebiasaan di luar.

Ada masa dimana di gereja saya dulu, seoang pelayan ga boleh nonton bioskop. Aturan ini sendiri entah darimana munculnya, tapi yang pasti itu ada dan beredar padahal tidak pernah ada larangan secara resmi dari penatua untuk hal itu. Sampai saat ini saya masih ga tahu pasti siapa yang memulai larangan ini walaupun alasannya sih cukup jelas. Sepertinya ada angggapan kalau seorang pelayan yang baik tidak membuang waktunya dengan menonton TV atau film yang ga berguna dan lebih memilih baca Alkitab. Anggapan ini mungkin muncul karena ada pelayan yang memang sudah dewasa secara rohani dan suka menghabiskan waktu dengan membaca Alkitab dan kemudian ditiru mentah mentah oleh orang-orang di bawahnya. Tentu saja hal yang baik kalau seseorang lebih suka baca Alkitab daripada melakukan hal lain, tapi perlu waktu untuk mencapai kedewasaan rohani seperti itu. Lagipula, hal itu tidak kemudian menjadikan kegitan yang lain di luar membaca Alkitab sebagai sesuatu yang salah. Tapi kita memang punya kecenderungan untuk meniru seseorang yang kita kagumi, sayangnya kebanyakan dari kita hanya meniru hal yang paling gampang, yaitu penampilan dan kebiasaannya. Ketika kita mengidolakan seorang penyanyi misalnya, berapa banyak yang kemudian berlatih les vokal dan berusaha menyanyi sebagus penyanyi itu? Kebanyakan langsung nyari baju atau kosmetik atau makanan yang biasa dipakai penyanyi tadi.

Bukan hal yang salah melakukan hal seperti itu, tapi kalau itu terjadi di gereja bisa repot. Kita mungkin kagum ketika melihat seorang pelayan Tuhan berdoa bagi bangsa-bangsa dan negara –negara dengan penuh perasaan. Masalahnya, perlu waktu sampai seseorang punya kasih seperti itu. Lah, mengasihi keluarga sendiri aja kadang susah apalagi mengasihi bangsa-bangsa. Tapi karena berpikir kalo semua orang Kristen harusnya seperti itu dan juga karena takut dibilang ga punya kasih, jadi saya angkat tangan dan ikut berdoa bagi bangsa – bangsa sambil berusaha mengeluarkan air mata. Serius, saya lakukan itu sebelum saya sadar kalo itu sebenernya lagi bikin sinetron di depan Tuhan. Sejak itu saya ga pernah lagi ikut-ikutan seperti itu. Suatu hari nanti mungkin saya akan punya kasih yang besar yang bukan hanya meliputi keluarga dan teman – teman dekat saya tapi juga bagi dunia, tapi sampai saat itu tiba saya ga mau bikin sinetron. Intinya, di jaman apapun dan di gereja manapun, akan selalu ada orang – orang yang lebih mengejar penampilan orang kudus daripada kualitas kekudusan itu sendiri. Mungkin bagi sebagian orang kekudusan itu berarti memakai baju kuno dan menolak teknologi, dan mungkin bagi sebagian orang lagi hal itu berarti menolak untuk berbicara selama bertahun tahun. Untuk hidup di tengah dunia sambil mengikuti 10 perintah aja udah susah, apalagi ditambah aturan –aturan kekudusan semacam itu. Ga heran banyak yang ga kuat dan memilih menghindari gereja.

Semua orang yang punya anak kecil tahu, anak itu harus dijaga baik-baik. Kalau perlu pintu dikunci dan tangga dikasih penghalang supaya anak ga main ke jalan atau naik turun tangga. Tentu saja bagi anak hal inisangat mengganggu, di luar pintu dan di bawah tangga ada dunia baru yang sangat menarik yang belum pernah dilihatnya. Tapi kalau ga dilarang,bisa – bisa gegar otak jatuh dari tangga atau ketabrak motor.
Saya ga tahu dengan orang-orang lain, tapi kalau saya secara ga sengaja tedampar di tengah hutan dan ga bisa keluar dari sana sampai saya mati, saya akan bikin rumah dan di sekeliling rumah itu akan saya bikin pagar. Namanya juga di tengah hutan, ga lucu kalau malem malem ada singa ikutan tidur di ranjang gara-gara ga ada pagar di sekeliling rumah makanya bebas masuk. Kalau di sekeliling rumah ga ada pagar,apakah saya akan merasa lebih bebas melakukan kegiatan di luar rumah? Ya ga tenanglah, takut singa yang semalam tidur di sebelah tiba-tiba nyamperin dari belakng. Tapi kalau di sekeliling rumah ada pagar, saya bebas melakukan apaun karena saya tahu saya terlindungi.

Mungkin sulit bagi sebagian orang untuk membayangkan, kok bisa ikut Tuhan malah lebih bebas dari orang yang ga ikut Tuhan? Bayangkan seperti ini, saya sangat jarang maen ke Jakarta makanya saya ga tahu jalan-jalan di sana. Kalo saya tiba-tiba ditaro di tengah kota Jakarta,apakah saya akan merasa bebas dan menari-nari? Ga lah, saya langsung panik karena ga tahu jalan. Boro-boro ngerasa bebas, kalo salah jalan gimana? Berarti saya mesti puter-puter sepanjang hari sampe nemu jalan yang bener, kalo keburu malem gimana? Tapi coba kalo saya dikasih peta dan GPS, karena saya bisa liat di GPS jalan mana yang bener, saya ga perlu buang waktu dan bisa bebas maen keliling Jakarta. Dan saat malam tiba,saya tahu harus pulang kemana.

Seperti itulah Tuhan bagi saya,saya tahu kalo Tuhan bikin larangan itu bukan karena iseng tapi buat kebaikan kita. Dan karena saya tahu Tuhan ngelindungin kita, saya bebas dari rasa takut tiba-tiba disamperin singa dari belakang. Dan karena saya tahu jalan mana yang bener, saya ga perlu buang-buang waktu sepanjang hidup buat nyari jalan mana yang bener.

Tapi kan enak kalo bisa bergaul dengan bebas dan pilih pacar siapa aja. Lagian cinta kok diatur, ga bebas baget sih. Iya,kalo milihnya bener. Kalo ngga? Seumur hidup kita terikat dan ga bisa bebas. Apalagi kalo milih pasangannya yang ngaco banget, yang suka ngobat dan punya penyakit. Bukannya bebas malah mati muda.

Tapi seperti yang saya bahas di atas, gereja juga punya andil dalam membuat anak muda menghindari gereja. Selain munculnya aturan-aturan yang ga jelas atas nama kekudusan, seringkali gereja juga punya kecenderungan yang sama dengan orangtua lainnya, ga mempercayai anak untuk mengambil keputusan sendiri. Orangtua mana pun ga ingin anaknya celaka, makanya mereka berusaha melindungi anak mereka. Masalahnya, seringkali ada orangtua yang terlalu melindungi anak sampai semua tindakan anak harus diatur oleh orangtua karena mereka takut anaknya mengambil keputusan yang salah. Ada yang pernah kirim surat ke GF! dan cerita kalo di gerejanya pasangan hidup tiap jemaat ditentukan langsung oleh pemimpinnya. Ini sih jelas terlalu berlebihan, saya bisa mengerti kalo gereja ga pengen jemaatnya salah pilih pasangan tapi kalo kemudian semuanya diatur gereja, ngapain hidup? Hal –hal seperti ini yang kemudian seringkali membuat image gereja sebagai pengekang kebebasan. Apakah itu berarti menghindari gereja saja tapi tetep ikut Tuhan? Ga lah. Saya ga pernah denger ada orang yang bisa bertumbuh dan terus setia ikut Tuhan tanpa pernah ikut komunitas gereja. Suka ga suka, gereja adalah tempat yang memberi kita makan waktu masih bayi rohani dan melatih kita untuk pelayanan waktu pemuda dan tempat melayani waktu kita dewasa.

Jadi kita harus gimana dong? Bagi saya, saya mengerti aturan bukan untuk mengekang saya tapi justru memberi ruang dimana saya bisa bergerak bebas. Saya dulu sangat menolak aturan pasangan hidup di gereja saya. Tapi sekarang sih udah ngerti kalau itu untuk kebaikan saya. Kalo saya sampe salah pilih pasangan, saya bisa terjebak seumur hidup dalam pernikahan yang ga bahagia dan itu jelas bukan kebebasan yang saya inginkan. Tapi bukan berarti saya kemudian membabi buta mengikuti semua aturan yang ada tanpa tahu alasannya. Saya percaya saya punya kebebasan memilih, dan saya bebas untuk menerima atau menolak aturan yang ada. Kalau itu sesuai firman dan alasannya masuk akal, saya terima aturan itu sebagai salah satu pagar yang menjaga kebebasan saya. Tapi kalau itu ga sesuai firman dan ga masuk akal dan orang yang mengeluarkan keputusan itu ga bisa ngejelasin kenapa keputusan itu diambil, diusir dari gereja pun saya tetep ga akan terima aturan itu.

Misalnya, ada pendapat kalo ke gereja itu harus bawa Alkitab dalam bentuk kitab, jangan bawa Alkitab dalam bentuk software di HP atau PDA. Alasannya karena orang yang bawa Alkitab di HP itu berarti malu untuk menunjukkan kekeristenannya. Buat saya, itu alasan yang ga masuk akal karena kalo menurut saya kekristenan bukan ditunjukkan dari bawa Alkitab atau ngga. Mungkin memang ada yang takut atau malu bawa Alkitab ke gereja, tapi bukan berarti semua orang sepeerti itu. Sekedar informasi, motor saya yang dulu dan yang sekarang, dua-duanya ditempeli stiker rohani yang jelas-jelas menyebut nama Yesus dan saya ga keberatan pake baju yang ada tulisan Yesusnya. Bagi saya, kalau memang bisa lebih praktis bawa Alkitab di HP,kenapa ngga? Lagipula, daripada bawa Alkitab kemana-mana cuman di hari minggu doang, mendingan bawa di HP dan kalo lagi bengong nunggu servis motor bisa dibaca. Mungkin saya salah, mungkin memang ada alasan yang lebih dalam dari aturan itu. Tapi sebelum saya menemukan alasan yang kuat, biarpun disindir atau ditegur, saya sih cuek aja. Yang pasti, saya ga mau melakukan sesuatu hanya karena disuruh dan takut ditegur atau takut dibilang ga kudus. Kalau saya menuruti suatu aturan, itu karena saya mengerti dengan jelas alasannya.

Kenapa Kita Mempercayai Alien?

Beberapa bulan lalu, saya nonton film Indiana Jones yang terbaru, Kingdom Of Crystal Skull. Sebenernya lumayan rame sih, tapi entah kenapa mungkin karena Steven Spielberg ikut terlibat kok belakangnya jadi cerita alien sih? Jadi agak kecewa juga karena walaupun spesial efeknya keren tapi kalau soal cerita sih saya lebih suka Indiana Jones yang dulu. Tapi hal itu jadi bikin saya mikir, kok kita suka alien yah? Kenapa banyak orang yang percaya alien sampai-sampai ada proyek khusus untuk mencari kehidupan di luar angkasa yaitu SETI.

Saya ga bakalan ngebahas apakah alien ada atau ngga. Saya lebih tertarik pada kenapa bagi sebagian bahkan mungkin kebanyakan orang, lebih mudah mempercayai adanya alien daripada percaya adanya Tuhan. Bahkan para ilmuwan penganut teori evolusi sendiri lebih mudah mempercayai alien daripada Tuhan. Seiring kemajuan ilmu pengetahuan, semakin banyak keraguan yang ditujukan kepada teori evolusi karena banyak yang berpendapat bumi kita ini luar biasa komplek tapi sekaligus sangat teratur yang mustahil muncul hanya dari proses kebetulan belaka.

Kalau menurut teori evolusi, kehidupan di bumi berasal dari sup “daging” purba yang berevolusi menjadi mahluk hidup bersel satu yang kemudian berevolusi terus menerus secara “kebetulan” menjadi manusia. Itu suatu hal yang mustahil, sama mustahilnya dengan mengharapkan angin ribut melanda tong sampah dan dari kumpulan sampah itu secara kebetulan tersusun membentuk TV LCD 32 inch. Bahkan sebagian ahli teori evolusi terpaksa mengakui kalau ada suatu kekuatan atau kuasa yang menciptakan bentuk kehidupan rumit di bumi kita. Yang menarik, para ilmuwan ini kemudian tidak mengkaitkan kuasa ini dengan Tuhan tapi justru dengan alien. Mereka berpendapat di masa lalu ada alien yang berteknologi tinggi mengunjungi bumi kemudian menciptakan kehidupan di sini.

Tentu saja hal ini ngga menyelesaikan masalah karena masalah yang sama kemudian pasti muncul di planet alien itu,” Siapa yang menciptakan kehidupan di planet alien?”. Masa alien lain? Terus yang bikin kehidupan di planet alien yang bikin kehidupan di planet alien yang membuat kehidupan di bumi itu siapa,dan seterusnya. Yang menarik buat saya adalah kenapa, sekalipun mereka ilmuwan yang pintar, mereka lebih memilih percaya alien daripada Tuhan. Dari segi iman, kalo menurut saya sih butuh iman yang lebih besar untuk percaya kalo bumi ini dibuat oleh alien daripada iman yang dibutuhkan untuk percaya kalo bumi ini dibuat Tuhan. Dari segi akal sehat, kalo percaya Tuhan dianggap sebagai tahayul kuno yang ga memakai akal sehat, percaya pada alien emangnya lebih waras dan berakal sehat? Jadi kenapa ada orang yang lebih mudah percaya alien daripada Tuhan?

Saya cuma kepikir satu alasan. Saya pikir semua orang mau ga mau, menyadari kalau ada satu kuasa yang lebih besar dari kita yang membentuk dan mengatur dunia kita ini. Ada satu kuasa yang mengatur kelahiran dan kematian kita dan bahwa manusia bukanlah mahluk super yang berdiri di atas seluruh alam semesta. Suka ga suka, di ranjang kematian, semua orang sadar kalo ada suatu kuasa yang harus dia hadapi sebentar lagi. Alasan kenapa orang lebih mudah percaya alien adalah karena jika alien datang, dia ga akan bertanya dosa apa aja yang sudah kita lakukan. Dia mungkin akan bertanya kenapa manusia berperang dan merusak bumi, tapi saya pikir alien ga akan bertanya berapa sering kita berbohong atau menonton film porno. Dengan kata lain, mungkin bagi sebagian orang alien adalah mahluk berkuasa setara dengan Tuhan, bedanya alien ga akan menanyakan dosa – dosa kita. Sangat berbeda dengan Yesus yang jelas – jelas mengkonfrontasi dosa-dosa kita dan meminta kita bertobat.

Sebegitu susahnyakah bagi seseorang untuk mengakui kalau dia berdosa? Apakah itu lebih sulit daripada membengkokkan akal sehat dan memilih mempercayai mahluk hijau kecil bermata besar? Tapi mungkin ada alasan lain. Lebih mudah menjadi seorang ateis atau alien believer dan terus hidup dalam dosa daripada terus hidup dalam dosa tapi mempercayai adanya Tuhan. Yang pertama menghilangkan rasa bersalah yang mengganggu dengan cara menyingkirkan sumber rasa bersalah itu sendiri yaitu Tuhan dan menggantinya dengan teori dan mahluk hijau sementara yang kedua terus dihantui perasaan bersalah.Tapi sepertinya memang sudah jadi bagian dari natur manusia untuk menghindari berhadapan dengan dosa atau menolak untuk mempercayai bahwa manusia bisa berbuat dosa dan kesalahan.

M.Scott Peck, seorang psikolog pengarang buku “People Of The Lie” berusaha mencari tahu seperti apakah orang jahat itu. Sebenernya apa yang menjadikan seseorang jahat dan seperti apakah orang jahat itu. Dalam bukunya itu, disimpulkan kalau seorang yang jahat adalah seseorang yang tidak mengakui kalau mereka bisa berbuat salah. Bukan orang yang tidak mengakui ketika berbuat salah, banyak orang yang berbuat salah tapi karena harga diri tidak mau mengakui kalau mereka salah dan walaupun itu bukan hal yang baik tapi juga tidak cukup untuk kemudian menggolongkan mereka ke dalam kelompok orang jahat. Menurutnya, orang jahat adalah orang yang sama sekali tidak mengakui kalau mereka bisa berbuat salah. Orang-orang seperti ini berpikir kalau dirinya adalah orang-orang baik dan terhormat yang selalu berbuat baik dan mereka tidak pernah berbuat jahat. Ketika seseorang berbuat salah, walaupun dia tidak mengakui tapi dia tahu kalau dia melakukan kesalahan. Tapi orang –orang seperti ini benar-benar yakin kalau dirinya tidak mungkin berbuat salah sekalipun itu jelas-jelas salah. Orang-orang seperti ini membohongi dirinya sendiri kalau mereka adalah orang-orang suci yang tidak mungkin berbuat dosa.

Hitler tidak pernah menganggap dirinya salah karena dia berpikir kalau semua yang dia lakukan demi kebaikan Jerman dan memurnikan umat manusia. Al Capone, gangster Amerika terkenal, ketika ditangkap bersikukuh kalau dirinya tidak bersalah dan semua yang dia lakukan adalah demi kebaikan kota Chicago. Di antara pasien M.Scott Peck adalah sepasang suami istri yang mempunyai anak yang depresi. Setelah diselidiki, ternyata anak mereka depresi karena dia tidak menyukai sekolah yang dipilihkan orangtuanya dan lebih suka masuk sekolah lain yang sesuai dengan minatnya. Tapi ketika kenyataan ini diberitahukan kepada orangtuanya, orangtuanya justru menganggap kalau psikolognya, yaitu M.Scott Peck , terlalu berlebihan. Mereka benar – benar percaya kalau mereka melakukan yang terbaik dan memilihkan sekolah yang terbaik bagi anak mereka. Dan kalau keadaan tidak berjalan lancar, mereka sama sekali menutup kemungkinan kalau mereka yang salah tapi langsung menyalahkan anaknya yang memang terlahir bermasalah atau psikolognya yang terlalu berlebihan dan tidak mengerti keluarga mereka. Sekali lagi, ini bukan mereka tidak mau mengakui kesalahan tapi mereka tidak mengakui kalau mereka bisa berbuat salah.

Memang normal kalau kita ga mau menghadapi dosa – dosa kita, bukanlah hal yang membanggakan untuk mengakui kalau kita seorang pembohong atau pencuri atau pezinah. Tapi menutup mata dan membohongi diri sendiri kalau kita adalah dewa dewi yang tutun ke bumi yang tidak mungkin berbuat salah adalah hal yang konyol. Jadi kenapa sebagian dari kita lebih mudah mempercayai alien daripada Tuhan? Karena alien akan memarahi kita soal global warming tapi ga akan menanyakan apakah uang yang kita peroleh didapat dengan cara yang jujur atau dengan siapa saja kita tidur. Boleh saja orang bilang banyak bukti tentang keberadaan alien, yang menurut saya sangat meragukan. Bagi saya, ketika melihat kunang-kunang dan mendengar jangkrik berbunyi, itu mengingatkan saya kalau bumi ini dibentuk Tuhan dan bukan oleh mahluk hijau kecil di planet Mars.

Bintang Jatuh

Ada kehebohan besar di kota para bintang di langit. Semua bintang, baik yang kecil maupun besar semuanya rame-rame pergi ke ujung kota yang berbatasan langsung dengan bumi. Sambil berdesak-desakan, para bintang berdiri di ujung terjauh dari kota bintang. Di hadapan mereka terbentang langit terbuka dan di bawah kaki mereka di kejauhan terlihat nyala lampu dari kota-kota di bumi yang terlihat bagaikan lampu natal yang kedap kedip.

Sambil berbisik bisik antar sesamanya, bintang-bintang mendengarkan pengumuman mengenai alasan semua kehebohan ini. Bintang-bintang tertua menerima gulungan surat dari tangan malaikat besar yang bersinar melebihi bahkan para bintang yang paling tua. Gulungan surat itu teryata berisi perintah dari Raja Semesta Alam yang meminta para bintang berlatih untuk acara besar yang sedang disiapkanNYA. Para bintang diminta berlatih meloncat turun ke bumi . Para bintang yang masih kecil dengan heran bertanya kepada bintang yang lebih tua kenapa mereka harus melakukan hal itu. Bintang-bintang yang lebih tua hanya tersenyum sambil berkata,” Rahasia…”

Bagaimanapun, bintang – bintang yang masih kecil dengan bersemangat segera berbaris siap meloncat turun ke bumi karena ini permintaan dari Raja Semesta Alam itu sendiri. Muka mereka tampak lebih bersinar karena rasa bangga bisa ikut terlibat dalam acara besar Sang Raja. Ada yang dengan bersemangat meloncat sambil berteriak ..” Banzaaiii…” dan ada juga yang agak takut-takut melangkah ke tepian yang dengan segera didorong dari belakang oleh bintang lain di belakang. Bintang lain mempersiapkan diri sebaik mungkin dan terjun dengan memakai tuxedo terbaiknya sementara bintang lain terjun sambil memakai celana renang dan ban di pinggang lengkap dengan snorkel dan kacamata hitam sambil menjinjing payung pantai.

Di tempat lain, ada keramaian yang tak kalah sibuknya dengan para bintang di langit. Kali ini tempatnya di bawah tanah di sebuah pabrik besar yang terang benderang, pabrik ini juga menerima perintah yang sama dari Sang Raja untuk ikut berpartisipasi di Acara Agung. Pabrik ini memproduksi ribuan bola lampu kecil yang sangat terang setiap harinya. Dan di bagian tengah pabrik, di tempat perakitan terakhir, berkumpul banyak sekali kunang-kunang yang berbaris sambil membuka katup khusus di buntutnya. Begitu satu bola lampu dihasilkan dari bagian produksi, pegawai pabrik segera mengganti bola lampu lama di buntut kunang-kunang dengan bola lampu yang baru. Setelah dites dan lulus uji produksi, kunang-kunang yang sekarang sudah diganti lampunya dan bersinar terang ini segera terbang ke tempat pemberangkatan dimana buntut mereka akan dibersihkan sampai mengkilap sebelum diberangkatkan ke Acara Agung.

Tak jauh di atas pabrik itu, dibawah dedaunan yang berserakan keramaian yang sama juga berlangsung, bahkan di sini lebih ribut daripada di tempat lain karena banyak sekali bunyi alat musik yang saling bersahutan. Siapa yang membuat keributan seperti ini? Tidak tahukah mereka kalau sebentar lagi Acara Agung akan dimulai? Tapi ternyata para pembuat keributan di bawah dedaunan itu tahu kalau Acara Agung sebentar lagi akan dimulai karena mereka juga menerima gulungan surat yang sama yang meminta mereka berpartisipasi. Siapa sih para pembuat keributan ini? Ternyata mereka para jangkrik yang memakai tuxedo lengkap sedang berlatih memainkan alat musik mereka.

Di tempat lain, di atas bukit kecil juga ada kesibukan yang luar biasa. Tapi di sini suasananya tidak terang benderang seperti di tempat para bintang atau pabrik kunang-kunang tapi juga tidak ribut seperti para jangkrik. Walaupun jelas terlihat banyak gerakan dan kesibukan tapi apa yang sebenarnya mereka lakukan. Apa mereka juga menerima surat perintah yang sama? Ya, bahkan mereka yang menerima paling dulu dan mereka semua sudah bersiap siap sejak sebulan yang lalu. Siapa mereka dan apa yang mereka lakukan? Ternyata mereka para rumput! Rumput? Ya, rumpu hjau di atas bukit kecil. Dan mereka semua sedang fitness. Rumput fitness? Ya, rumput-rumput di sana semuanya sedang fitness. Ada yang berlari,naik sepeda dan ada yang latihan angkat beban. Semua menunjukkan muka yang sangat serius berlatih karena merka tahu, apapun peranan mereka dalam Acara Agung Sang Raja, peranan mereka pasti menentukan.

Semua penghuni bumi dan seisi surga bertanya-tanya, sebenarnya seperti apa Acara Agung ini dan untuk apa. Tapi Tuhan hanya tersenyum dan dengan gembira berjalan-jalan ke tempat para bintang, ke pabrik kunang-kunang, mendengarkan latihan musik para jangkrik dan meyegarkan rumput yang kecapaian berlatih dengan menyiramkan embun baru.

Sambil berdebar-debar penghuni surga menunggu hari yang ditetapkan sebagai hari pelaksanan Acara Agung. Akhirnya hari itu tiba dan dengan tegang semua pemain yang terlibat bersiap-siap. Waktunya telah ditetapkan waktu bulan mulai meninggi di langit dan tempatnya di atas bukit kecil tempat para rumput berlatih fitness.

Perlahan-lahan bulan mulai meninggi di langit dan semua dengan tegang bertanya-tanya apa yang akan terjadi kemudian. Tak lama terdengar suara tawa anak-anak dan suara seorang pria dewasa dari kejauhan. Jangkrik yang mengintip terheran-heran melihat seorang anak kecil dan seorang pria dewasa yang sepertinya ayahnya berjalan bergandengan tangan. Suara tawa sang anak terdengar sampai jauh, bahkan kunag-kunang di bawah tanah bisa mendengar dengan jelas pertanyaan-pertanyaannya yang bersemangat kepada ayahnya.
“ Ayah, benarkah malam ini kita akan melihat Tuhan?

“ Haha, malam ini kita bukan melihat Tuhan tapi sebagian kecil dari Tuhan”,jawab ayahnya.

“Sebagian kecil dari Tuhan? Apakah kita hanya akan melihat tanganNYA saja atau kakiNYA?”

“ Bukan…bukan itu maksud ayah. Maksud ayah kita akan melihat karya tangan Tuhan…”

“ Karya tangan Tuhan? Seperti apa?”

“ Hmm, kamu suka makan kue buatan mama?

“Iya dong, kue buatan mama paling enak sedunia”

“ Tahu seperti apa bikinnya?”

“Tahu, biasanya mama sibuk seharian di dapur kalau lagi bikin kue.”

“ Nah, malam ini juga Tuhan akan bikin sesuatu untuk kamu, tapi bukan kue..”

“Wah, berarti seharian tadi Tuhan sibuk ya?”

“Iya”

Sambil tertawa-tawa, mereka berjalan sambil berpegangan tangan menuju ke bukit kecil dan duduk di sana. Dan ketika mereka duduk, perlahan lahan Tuhan memutar tombol dan meredupkan cahaya bulan. Kunang-kunang keluar beterbangan sambil menyalakan lampu di buntut mereka dan para jangkrik memasang biola di pundak mereka masing-masing dan mulai menggeseknya. Cahaya bulan yang meredup membuat cahaya kunang-kunang dan bintang-bintang tampak lebih bersinar. Saat ayah dan anak ini terpesona melihat kunang-kunang yang beterbangan dan mendengar musik para jangkrik, Tuhan memberi isyarat kepada para bintang di langit. Para bintang yang sudah menunggu pun langsung meloncat . Dalam sekejap langit dihiasi ratusan panah perak yang berlari melintasi langit dan simfoni musik semesta, Acara Agung itu, dimulai di tengah – tengah cahaya kunang-kunang dan musik serangga dan bintang yang terbang meluncur melintasi langit. Diam –diam, tanpa disadari siapapun bahkan tidak juga oleh para penghuni surga, Tuhan turun dari tahtanya dan duduk di belakang sepasang ayah anak yang sedang terbelalak penuh kagum, merangkul pundak mereka dan ikut menonton bersama-sama Acara Agung yang disiapkanNYA sendiri.

Dimana para rumput? Bukankah mereka memegang peranan yang penting juga? Mereka dimana? Dimana lagi kalau bukan di bawah pantat pasangan ayah dan anak itu, para rumput itu diduduki oleh kedua orang itu. Dan kalau kita lihat lebih dekat dengan kaca pembesar, muka para rumput itu tampak berkeringat walaupun mereka terlihat gembira, dan otot tangan –tangan mereka tampak menggelembung. Sekuat tenaga rumput-rumput itu bertahan mengangkat sepasang ayah anak itu supaya mereka tidak duduk menyentuh tanah yang keras dan bisa duduk dengan empuk di atas tangan-tangan berotot para rumput yang terangkat ke atas.


( Cerita di atas sebenarnya cerita anak-anak yang ingin saya buat bukunya tapi berhubung teman saya yang illustrator sedang sibuk jadi sampai sekarang belum direalisasikan. Jadi, sebelum bisa saya bikin versi buku anak-anaknya, lebih baik saya tulis dulu di blog)


P.S : Nike, ini beneran gw yang nulis loh, percaya gw dong....T.T