Pelajaran hari ini adalah bagaimana cara membelah roti coklat dengan benar menjadi 2 bagian yang adil. Alat yang dibutuhkan tentu saja pisau yang tajam. Bagaimana kita tahu kalau pisaunya cukup tajam? Mudah. Jatuhkan sehelai rambut ke atas mata pisau, jika rambut terpotong dengan sendirinya berarti pisau itu cukup tajam. Kalau tidak terpotong? Asah lagi sampai tajam. Kalau sudah, kita potong roti itu jadi 2.
Masalahnya, supaya adil berarti kedua bagian yang terpotong harus sama beratnya kan? Kelebihan atau kekurangan 0.0000000000001 gram saja berarti sudah tidak adil kan?
Dan supaya adil, pastinya kedua bagian roti harus sama enaknya. Kan ga adil kalau satu bagian sedikit hangus atau bantat sementara bagian lainnya matang sempurna. Dan pastinya jumlah coklat di dalam masing-masing bagian juga harus sama banyak dan enaknya kan?
Itu baru masalah fisik roti, belum orang yang akan menerima roti itu sendiri. Kalau salah satunya anak kecil sedangkan yang lainnya orang dewasa, bagaimana supaya adil membaginya? Apakah adil membagi roti jadi 2 bagian sama besar? Ataukah harusnya yang lebih tua mendapat bagian lebih banyak? Atau harusnya yang anak kecil karena badannya lebih kecil? Tapi bukankah orang dewasa badannya lebih besar yang berarti butuh lebih banyak energi sementara anak kecil dengan sedikit roti pun mungkin sudah kenyang? Atau justru anak kecil harus lebih banyak karena dalam masa pertumbuhan dan butuh lebih banyak makanan?
Bagaimana kalau penerima roti itu pria dan wanita? Haruskah pria lebih banyak karena wanita makan lebih sedikit? Sayang kan kalau sisa rotinya dibuang? Belum lagi kalau yang perempuan sedang diet. Atau karena emansipasi keduanya harus dapat bagian yang sama besar? Sekalipun mungkin sebagian akan dibuang?
Dan bagaimana pula kalau salah satu pihak tidak terlalu suka roti? Apakah yang suka roti harus mendapat bagian lebih banyak? Tapi kan suka atau tidak suka roti, kedua pihak tetap harus mendapat bagian yang adil kan? Tapi adilkah kalau pihak yang menginginkan harus melihat barang yang diinginkannya dibuang oleh orang yang tidak suka?
Menyiapkan roti – sudah!
Menyiapkan pisau pusaka – sudah!
Membagi 2 dengan adil - ??? Apa yang disebut adil itu?
Tuhan yang mendatangkan bencana alam yang menimpa orang baik dan orang jahat.
Tuhan yang menyediakan matahari yang menumbuhkan makanan bagi orang jahat dan orang baik.
Tuhan yang membuat anak – anak terlahir sehat tapi juga terlahir cacat.
Tuhan yang membuat neraka bagi orang-orang yang menolakNYA.
Tapi Tuhan yang sama juga mengorbankan diri buat orang-orang berdosa itu supaya mereka bisa tinggal di surga.
Tuhan yang mendatangkan air bah dan Tuhan yang merancang bahtera.
Tuhan yang membebaskan Israel dan mendatangkan tulah Mesir
Tuhan yang bertaruh dengan iblis dan menghajar Ayub.
Tuhan yang membimbing Mother Theresa dan Tuhan yang membiarkan phedofil menjual foto korban mereka di internet.
Apakah Tuhan adil?
Tapi ketika kita menemui kesulitan dalam konsep keadilan bahkan ketika kita ingin memotong roti, bagaimana kita bisa menilai keadilan Tuhan?
Ketika kita kesulitan mengatur keluarga kita sendiri, bagaimana kita bisa memerintah Tuhan mengenai bagaimana mengatur dunia?
Karena Tuhan adalah Tuhan dan Ayub adalah manusia.
Dan supaya Ayub mengerti itu, Tuhan menghabiskan 4 pasal untuk mengomeli Ayub dari dalam badai. Dan sekali lagi Tuhan menyatakan dirinya adalah Allah yang membentuk bumi ini dan Ayub yang mungkin saat itu gemetar menyadari kalau dirinya yang belum pernah turun ke dasar laut mencoba menghakimi Pencipta laut itu sendiri.
Ketika Ayub membawa pertanyaan mengenai penderitaan dan ketidakadilan, Tuhan tidak mengambil papan tulis atau memutar slide pertemuannya dengan iblis. Tuhan adalah Tuhan, Dia tidak perlu menjelaskan soal perbuatanNYA. Dia tidak berhutang kepada kita dan tidak punya kewajiban untuk menjelaskan. Tuhan yang memberi dan Tuhan yang mengambil, semuanya kepunyaan Dia.
Tuhan tidak perlu menjelaskan diriNYA, bumi ini sendiri adalah bukti keTuhananNYA. Jangankan menciptakan bumi, kita bahkan belum sanggup mengebor sampai ke inti bumi atau mengendalikan pergerakan lempeng benua. Tapi, seperti Ayub, bahkan mungkin lebih kasar darinya, kita menyebut Dia bodoh dan tidak kompeten. Dan dengan membawa roti yang berantakan terpotong-potong, kita menghadap Tuhan dan berkotbah mengenai keadilan.
Ayub melakukan hal itu, dan seandainya saya Tuhan, saya akan lemparkan dia ke ujung semesta karena berani mempertanyakan keputusan Pencipta Alam Semesta. Tapi, saya bukan Tuhan dan Tuhan jelas bukan saya. Dan karena itu Tuhan mengampuni Ayub, dan karena itu Tuhan menjelaskan dirinya lewat Yesus, dan karena itu Tuhan mati di kayu salib.
Karena Tuhan adalah Tuhan
The Glass Castle 2 : Rebuild
Beberapa tahun sudah berlalu sejak peristiwa runtuhnya istana kaca dan raja terdahulu sudah kembali ke tahtanya dan meredakan kekacauan. Dan sang raja yang gagal, kembali ke kehidupannya semula sebagai petani. Jika dulu dia selalu mengomel tentang hidupnya, petani ini sekarang perlahan-lahan mulai mensyukuri hidupnya dan berbahagia mengolah ladang kecil di pojok kerajaan.
Sampai tiba harinya raja datang kembali ke rumahnya. Kali ini petani tidak kaget lagi, dia justru takut dan cemas karena dia tahu apa tujuan raja datang ke rumahnya. Dan ketakutannya memang menjadi kenyataan karena raja memintanya untuk bertukar tempat dengannya lagi. Berbeda dengan dulu dimana petani langsung menyambar kesempatan ini tanpa pikir panjang, kali ini petani justru enggan untuk menyetujui pertukaran ini.
“ Aku sudah puas dengan kehidupanku sekarang. Memang tak banyak yang bisa kulakukan tapi hidupku tenang dan damai. Kenapa aku harus mengambil kehidupan sebagai seorang raja?”
“ Karena kau tidak ditakdirkan untuk hal yang biasa-biasa saja tapi ada takdir besar yang menunggumu. Tentu saja menjadi petani pun hal yang baik, tapi kau mempunyai potensi yang melebihi hal itu dan akan sangat menyedihkan kalau kau menyia-nyiakan potensi itu”, jawab raja.
“ Haruskah aku kembali ke kerajaanmu? Tidak bisakah aku pergi ke kerajaan lain? Mungkin penduduk di kerajaan lain tidak akan mengetahui kegagalanku dan mungkin mereka akan menerimaku dengan baik?”
“ Kau bisa saja pergi ke kerajaan lain dan memulai pemerintahan baru disana, tapi itu tidak berarti kerajaanmu akan aman. Lagipula peristiwa runtuhnya menara kaca itu menjadi berita hangat dimana-mana. Kau tidak akan pernah tahu apakah berita itu sampai ke kerajaan lain atau tidak. Dan mungkin suatu hari nanti berita kegagalanmu akan membuat mereka menghancurkan lagi istana kaca yang kau diami disana”
“ Tapi jika aku kembali ke kerajaanmu, bagaimana aku bisa memerintah? Pendudukmu sudah mngetahui kegagalanku dan mereka akan menolakku. Apa gunanya aku menjadi raja kalau mereka menolakku?”, tanya petani itu.
“ Kalau kau mau, aku bisa menggunakan otoritasku sebagai raja untuk membuat mereka mematuhimu sebagai penggantiku. Tapi, kau harus tahu, mereka akan mematuhimu bukan karena otoritasmu tapi otoritasku. Mereka akan mematuhimu bukan karena mereka menghormatimu tapi karena kedudukanmu sebagai raja yang kuwariskan”
“ Bagaimana aku bisa meminta mereka untuk menghormatiku?”, tanya petani itu lagi.
“ Kau tidak bisa meminta mereka untuk menghormatimu. Orang terhormat tidak perlu meminta untuk dihormati orang lain. Kalau dia memang orang terhormat, tanpa diminta pun orang akan menghormatinya. Orang yang meminta dihormati bukan orang terhormat, melainkan orang yang gila hormat”
“ Tapi, bukankah kau sendiri yang mengatakan kalau tanpa kepercayaan rakyat tidak akan ada negara? Jangankan menghormatiku, mereka bahkan melemparkan batu ketidakpercayaan padaku. Bagainana aku bisa meminta mereka mempercayaiku?”
“ Betul, mereka tidak percaya lagi padamu. Reruntuhan istana kaca itu adalah bukti yang sangat nyata atas ketidakpercayaan mereka. Kau harus mengerti, kepercayaan bukanlah sesuatu yang diminta dan diberikan. Kepercayaan adalah sesuatu yang harus kau usahakan. Kau tidak meminta seseorang mempercayaimu, kau berusaha menunjukkan kalau kau bisa dipercaya.”
“ Tapi, bagaimana aku bisa membuat mereka mempercayaiku? Apa yang harus kulakukan untuk membuat mereka mempercayaiku lagi?’
“ Kali ini aku tak bisa membantumu, itu sesuatu yang harus kau pikirkan sendiri. Tapi akan kuberi beberapa petunjuk, mengakui kesalahanmu dan meminta maaf adalah langkah awal yang benar. Kegagalanmu akan menyertaimu sepanjang hidupmu dan orang akan selalu membicarakan hal itu. Menutupi hal itu dan berharap orang melupakan sama saja dengan menyiapkan tumpukan batu siap lempar di depan istana kaca yang akan kau bangun”.
“ Dan kau harus melakukan sesuatu yang berharga yang melebihi semua kegagalanmu. Seberapa besar kegagalanmu, sebesar itu jugalah kau harus menanggungnya dan melakukan hal yang melebihi kegagalan itu. Sampai suatu hari nanti orang bisa berkata tentang dirimu bukan lagi “ dia orang gagal” melainkan “ Dulu dia orang gagal, tapi sekarang…..”. Kegagalanmu di masa lalu tak akan pernah hilang, tapi bukan berarti masa kini dan masa depanmu hilang”
Petani itu merenungkan hal itu. Dia tahu kalau dia bisa memilih untuk hidup tenang di pertaniannya atau pergi ke kerajaan lain. Tapi dia juga tahu kalau itu hanya mengubur kegagalannya dan menjauhi takdirnya. Dia tahu apa yang harus dia lakukan sekarang tapi dia juga tahu kesusahan yang akan menimpanya.
Esok harinya, sementara raja tidur di pondoknya, petani ini pergi ke kota untuk melakukan apa yang harus dia lakukan.Tentu saja penduduk kota mengenali bekas raja mereka yang gagal ini dan mereka mengolok-oloknya, beberapa bahkan mencoba mengusirnya pergi. Tapi petani ini tetap pergi ke tempat dia harus pergi, yaitu ke reruntuhan istana kacanya. Istana kacanya yang dulu megah sekarang hanya tersisa puing-puing.
Tanpa mempedulikan penduduk kota yang mengejeknya, petani ini mengambil puing-puing kaca satu demi satu dan merekatkannya kembali. Berhari-hari dia melakukan hal itu, merekatkan pecahan kaca dan membangunnya kembali. Seringkali bangunan yang baru dibangunnya itu kembali harus hancur karena ada penduduk kota yang melempar batu ketidakpercayaan, tapi petani ini mengambil kembali serpihan kaca yang hancur dan merekatkannya.
Sampai tiba harinya dimana kehormatan dipulihkan dan kepercayaan dinyatakan adalah hari dimana istana kaca kembali berdiri. Dan raja sejati memenuhi takdirnya.
PS:
Tadinya judulnya pengen The Glass Castle : Reloaded atau Glass Castle 2 : Revenge of the Farmer tapi karena udah keburu diambil holiwut ya udah jadi ini judulnya.
Sampai tiba harinya raja datang kembali ke rumahnya. Kali ini petani tidak kaget lagi, dia justru takut dan cemas karena dia tahu apa tujuan raja datang ke rumahnya. Dan ketakutannya memang menjadi kenyataan karena raja memintanya untuk bertukar tempat dengannya lagi. Berbeda dengan dulu dimana petani langsung menyambar kesempatan ini tanpa pikir panjang, kali ini petani justru enggan untuk menyetujui pertukaran ini.
“ Aku sudah puas dengan kehidupanku sekarang. Memang tak banyak yang bisa kulakukan tapi hidupku tenang dan damai. Kenapa aku harus mengambil kehidupan sebagai seorang raja?”
“ Karena kau tidak ditakdirkan untuk hal yang biasa-biasa saja tapi ada takdir besar yang menunggumu. Tentu saja menjadi petani pun hal yang baik, tapi kau mempunyai potensi yang melebihi hal itu dan akan sangat menyedihkan kalau kau menyia-nyiakan potensi itu”, jawab raja.
“ Haruskah aku kembali ke kerajaanmu? Tidak bisakah aku pergi ke kerajaan lain? Mungkin penduduk di kerajaan lain tidak akan mengetahui kegagalanku dan mungkin mereka akan menerimaku dengan baik?”
“ Kau bisa saja pergi ke kerajaan lain dan memulai pemerintahan baru disana, tapi itu tidak berarti kerajaanmu akan aman. Lagipula peristiwa runtuhnya menara kaca itu menjadi berita hangat dimana-mana. Kau tidak akan pernah tahu apakah berita itu sampai ke kerajaan lain atau tidak. Dan mungkin suatu hari nanti berita kegagalanmu akan membuat mereka menghancurkan lagi istana kaca yang kau diami disana”
“ Tapi jika aku kembali ke kerajaanmu, bagaimana aku bisa memerintah? Pendudukmu sudah mngetahui kegagalanku dan mereka akan menolakku. Apa gunanya aku menjadi raja kalau mereka menolakku?”, tanya petani itu.
“ Kalau kau mau, aku bisa menggunakan otoritasku sebagai raja untuk membuat mereka mematuhimu sebagai penggantiku. Tapi, kau harus tahu, mereka akan mematuhimu bukan karena otoritasmu tapi otoritasku. Mereka akan mematuhimu bukan karena mereka menghormatimu tapi karena kedudukanmu sebagai raja yang kuwariskan”
“ Bagaimana aku bisa meminta mereka untuk menghormatiku?”, tanya petani itu lagi.
“ Kau tidak bisa meminta mereka untuk menghormatimu. Orang terhormat tidak perlu meminta untuk dihormati orang lain. Kalau dia memang orang terhormat, tanpa diminta pun orang akan menghormatinya. Orang yang meminta dihormati bukan orang terhormat, melainkan orang yang gila hormat”
“ Tapi, bukankah kau sendiri yang mengatakan kalau tanpa kepercayaan rakyat tidak akan ada negara? Jangankan menghormatiku, mereka bahkan melemparkan batu ketidakpercayaan padaku. Bagainana aku bisa meminta mereka mempercayaiku?”
“ Betul, mereka tidak percaya lagi padamu. Reruntuhan istana kaca itu adalah bukti yang sangat nyata atas ketidakpercayaan mereka. Kau harus mengerti, kepercayaan bukanlah sesuatu yang diminta dan diberikan. Kepercayaan adalah sesuatu yang harus kau usahakan. Kau tidak meminta seseorang mempercayaimu, kau berusaha menunjukkan kalau kau bisa dipercaya.”
“ Tapi, bagaimana aku bisa membuat mereka mempercayaiku? Apa yang harus kulakukan untuk membuat mereka mempercayaiku lagi?’
“ Kali ini aku tak bisa membantumu, itu sesuatu yang harus kau pikirkan sendiri. Tapi akan kuberi beberapa petunjuk, mengakui kesalahanmu dan meminta maaf adalah langkah awal yang benar. Kegagalanmu akan menyertaimu sepanjang hidupmu dan orang akan selalu membicarakan hal itu. Menutupi hal itu dan berharap orang melupakan sama saja dengan menyiapkan tumpukan batu siap lempar di depan istana kaca yang akan kau bangun”.
“ Dan kau harus melakukan sesuatu yang berharga yang melebihi semua kegagalanmu. Seberapa besar kegagalanmu, sebesar itu jugalah kau harus menanggungnya dan melakukan hal yang melebihi kegagalan itu. Sampai suatu hari nanti orang bisa berkata tentang dirimu bukan lagi “ dia orang gagal” melainkan “ Dulu dia orang gagal, tapi sekarang…..”. Kegagalanmu di masa lalu tak akan pernah hilang, tapi bukan berarti masa kini dan masa depanmu hilang”
Petani itu merenungkan hal itu. Dia tahu kalau dia bisa memilih untuk hidup tenang di pertaniannya atau pergi ke kerajaan lain. Tapi dia juga tahu kalau itu hanya mengubur kegagalannya dan menjauhi takdirnya. Dia tahu apa yang harus dia lakukan sekarang tapi dia juga tahu kesusahan yang akan menimpanya.
Esok harinya, sementara raja tidur di pondoknya, petani ini pergi ke kota untuk melakukan apa yang harus dia lakukan.Tentu saja penduduk kota mengenali bekas raja mereka yang gagal ini dan mereka mengolok-oloknya, beberapa bahkan mencoba mengusirnya pergi. Tapi petani ini tetap pergi ke tempat dia harus pergi, yaitu ke reruntuhan istana kacanya. Istana kacanya yang dulu megah sekarang hanya tersisa puing-puing.
Tanpa mempedulikan penduduk kota yang mengejeknya, petani ini mengambil puing-puing kaca satu demi satu dan merekatkannya kembali. Berhari-hari dia melakukan hal itu, merekatkan pecahan kaca dan membangunnya kembali. Seringkali bangunan yang baru dibangunnya itu kembali harus hancur karena ada penduduk kota yang melempar batu ketidakpercayaan, tapi petani ini mengambil kembali serpihan kaca yang hancur dan merekatkannya.
Sampai tiba harinya dimana kehormatan dipulihkan dan kepercayaan dinyatakan adalah hari dimana istana kaca kembali berdiri. Dan raja sejati memenuhi takdirnya.
PS:
Tadinya judulnya pengen The Glass Castle : Reloaded atau Glass Castle 2 : Revenge of the Farmer tapi karena udah keburu diambil holiwut ya udah jadi ini judulnya.
The Glass Castle
Di suatu negeri yang jauh, tapi mungkin juga tidak terlalu jauh, mungkin juga dekat, atau bahkan mungkin kita tinggal di negeri tersebut, hiduplah seorang petani sederhana. Petani ini adalah seorang yang sangat biasa, bukan petani yang terkenal atau luar biasa, orang biasa seperti teman-teman kita atau keluarga kita atau bahkan seperti diri kita sendiri. Hanya saja, petani ini sangat sering mengomel tentang kehidupannya. Dia selalu berkata,
“ Sendainya aku ini seorang raja yang memerintah negeri ini, pasti hidupku akan luar biasa. Aku akan terkenal, semua orang mengenalku dan aku bisa memerintahkan bawahanku untuk melakukan apa saja”
“ Menjadi raja pasti sangat menyenangkan, tidak ada yang perlu dikuatirkan. Cukup hanya mengeluarkan kata perintah dan semua orang akan menjalankan. Sungguh suatu kehidupan yang sangat mudah”
Petani ini sering sekali mengomel soal mudahnya hidup seorang raja kepada keluarga, teman-temannya atau bahkan orang asing yang baru dia temui di tengah jalan pun dipaksanya untuk mendengar omelannya. Sampai suatu saat omelannya sampai ke telinga raja. Raja yang mendengar hal ini pun mendatangi petani itu ke rumahnya.
Petani yang melihat kedatangan raja di rumahnya tentu saja terkejut. Tapi dia lebih terkejut lagi ketika tahu kalau kedatangan raja ke rumahnya justru untuk mengangkatnya menjadi raja, dengan satu syarat. Syaratnya adalah petani itu harus tinggal di istana raja. Tentu saja petani itu langsung setuju dengan syarat semudah itu. Lagipula bukankah seorang raja memang harus tinggal di istana? Dengan segera dia dan seluruh keluarganya berkemas - kemas untuk pindah ke istana raja.
Keesokan harinya, raja sendiri mengantar petani ini ke kota untuk menempati istananya. Sepanjang jalan petani ini sibuk membayangkan kemegahan rumah barunya. Dan harapannya memang menjadi kenyataan, beberapa kilometer dari kota dia sudah bisa melihat bangunan besar yang berdiri megah dan tampak bersinar mengkilap di bawah sinar matahari. Semakin dekat dia ke istana barunya, semakin kagum petani ini dibuatnya. Ternyata istana yang akan ditempatinya seluruhnya terbuat dari kaca yang dibentuk dengan indah dan sangat bersih mengkilap. Belum pernah dia melihat bangunan seindah, sebersih dan begitu bersinar seperti istana ini. Dengan gembira dia berulangkali mengucapkan terimakasih pada raja. Raja hanya tersenyum dan berkata kalau petani ini membutuhkannya, dia akan ada di rumah petani itu yang dulu.
Sesuai keinginannya, kehidupan sebagai seorang raja memang menyenangkan. Petani ini bisa memerintah semua orang di kerajaannya dengan mudah. Petani ini hidup bermalas-malasan sepanjang hari dan hanya memrintah orang-orang di sekitarnya. Sampai suatu hari dia menyadari kalau kerajaannya tampak sepi, tidak terlihat ada orang yang berlalu lalang di jalan dan semua toko tutup. Dengan heran dia bertanya kepada menterinya apa yang terjadi. Menterinya berkata,
“ Yang mulia, mereka semua sedang tidur dan bersantai di rumah.”
“ Apa? Mereka tidur? Lalu bagaimana dengan pekerjaan mereka? Bagaimana mungkin mereka semua melalaikan pekerjaan mereka? Kenapa mereka bisa semalas itu?”, petani ini berteriak dengan marah.
“ Tapi yang mulia, rakyat hanya melihat kehidupan yang mulia selama ini. Mereka rakyat yang sederhana dan patuh, ketika mereka melihat gaya hidup yang mulia, mereka pun berpikir kalau hidup seperti itulah yang benar dan seharusnya. Tolong jangan hukum kami yang mulia, kami hanya mengikutimu”, jawab menterinya sambil berlutut.
Dan petani itu pun tersadar kalau istananya memang terbuat dari kaca yang berarti semua orang bisa melihat ke dalam istana dan mengamati bagaimana kehidupannya. Dan dengan perasaan sedikit menyesal, esok harinya dia mulai menjalankan tugas-tugasnya sebagai raja dan tidak lagi memerintah orang-orang. Walaupun begitu, petani ini masih menyukai kehidupannya sebagai seorang raja.
Suatu hari, petani ini memperhatikan kalau setiap orang yang melewati istananya selalu berhenti, menunjuk-nunjuk dan saling berbisik-bisisk dengan pejalan lain. Petani ini, yang sekarang sudah belajar dari pengalamannya, langsung memanggil menterinya dan menanyakan apa yang terjadi.
“ Oh, mereka semua membicarakan betapa kotornya istana ini dan betapa joroknya yang mulia sebagai seorang raja”, jawab menterinya.
“ Istanaku kotor? Dimananya yang kotor? Sepengetahuanku istana ini sangat bersih”,
“ Memang betul yang mulia, yang kotor hanya satu jendela saja.”
“ Hanya satu jendela? Kalau begitu kenapa semua orang mempermasalahkan hal itu dan mengataiku sebagai raja yang jorok?”
“ Yang mulia, istana ini terbuat dari kaca yang mengkilap. Bahkan kotoran sedikit saja pun akan langsung terlihat dan semua orang akan langsung memperhatikannya “
Dan petani ini pun tersadar kalau istananya memang terbuat dari kaca yang memang terlihat sangat indah dan mengkilap, tapi sebaliknya kotoran sedikit apa pun yang menempel akan langsung terlihat jelas. Dan esoknya, petani ini beserta semua pegawainya bekerjasama memebersihkan istana. Kali ini, petani ini mulai terganggu dan mulai tidak menyukai istana dan kehidupannya sebagai raja.
Selain harus selalu terlihat rajin, dia juga masih harus selalu menjaga kebersihan setiap jengkal istananya. Semua ini menguras tenaganya dan tanpa disadarinya pekerjaannya semakin terbengkalai dan semakin lama kerajaanya semakin kacau. Rakyat mulai tidak puas pada raja yang baru ini dan protes mulai terdengar dimana-mana. Kemarahan rakyat ini makin lama makin panas sampai suatu hari seorang penduduk yang sangat marah melemparkan batu ke istana kaca sang raja. Dan petani ini melihat dengan ketakutan ketika batu itu dengan mudahnya menghancurkan pintu kaca istananya. Satu batu diikuti batu-batu yang lain dan dalam sekejap istananya yang megah hancur berserakan dimana-mana. Kali ini petani ini tidak tahan lagi dan segera lari meninggalkan istananya untuk mencari raja di rumahnya yang dulu.
Ketika sampai di rumahnya yang dulu, petani ini melihat raja sedang menanami ladangnya dengan muka bahagia. Petani ini dengan segera menghampirinya dan memohon sang raja untuk kembali ke kota dan membereskan semua kekacauan. Raja menatapnya dan bertanya,
“ Kenapa? Bukankah engkau sudah mendapatkan keinginanmu? Kenapa sekarang kau ingin bertukar tempat kembali denganku? Apakah kau tidak menyukai istanamu?”
“ Tidak, aku tidak mau lagi jadi raja dan tinggal di istana kaca. Istana itu memang indah tapi aku tidak mau lagi tinggal di dalamnya. Setiap hari aku harus berhati-hati karena semua orang memperhatikan hidupku. Dan setiap hari juga aku harus mengamati istanaku supaya tidak ada satupun kotoran menempel yang akan membuatku ditunjuk orang lain. Dan bahkan setelah semua yang kulakukan, ketika rakyat tidak puas dan melempari istanaku, dengan mudah istana itu hancur. Aku tidak mau lagi menjadi raja dan tinggal disana.”
“ Tapi, kau tidak bisa menjadi raja tanpa tinggal di istana kaca. Itu adalah syarat semua raja! Menjadi pemimpin berarti membagi hidupmu dengan semua rakyatmu, hidupmu bukan lagi milikmu sendiri. Karena itu seorang pemimpin harus tinggal di istana kaca supaya semua orang bisa melihat kehidupannya dan belajar darinya. Apakah kehidupan itu baik atau buruk akan mempengaruhi semua orang yang dipimpinnya.”
“ Tinggal di istana kaca berarti semua orang akan memperhatikanmu. Sedikit saja kotoran menempel di istanamu, semua orang akan langsung membicarakan hal itu seolah-olah istanamu adalah tempat terjorok di muka bumi. Dan, istana kaca, sama seperti bahan penyusunnya, walaupun terlihat indah mengkilap tapi sangat rapuh. “
“ Suatu kerajaan berdiri karena kepercayaan rakyatnya, tapi ketika rakyat kehilangan kepercayaannya maka batu ketidakpercayaan sangat mudah menghancurkan istana kaca yang megah.”
“ Raja, kembalilah ke kota dan ambillah lagi kedudukanmu. Aku tidak pantas menjadi raja. Aku ingin menjadi raja karena membayangkan betapa enaknya menjadi terkenal, memerintah orang-orang dan punya berbagai hak istimewa. Aku tidak pernah memikirkan tanggung jawab sebagai seorang raja. Aku tidak pantas menjadi raja”
“ Kau sudah mengerti sekarang? Hanya orang-orang yang mengetahui beratnya tanggung jawab menjadi raja dan bersedia memikul tanggung jawab itu seumur hidupnya yang bisa menjadi raja yang baik. Untuk saat ini, kembalilah menjadi petani. Suatu saaat nanti jika kau bisa merasa bahagia melakukan pekerjaan kecil di sudut kerajaan ini, jika kau sudah siap untuk menerima tanggung jawab seorang raja, aku akan memanggilmu kembali untuk menjadi penerusku.”
PS :
Ide dongeng ini sebenarnya berasal dari berbagai sumber.
Yang pertama dari cerita-cerita yang saya baca mengenai kejatuhan pemimpin dan pelayanan Kristen dan kegagalan saya sendiri sebagai seorang pembimbing di gereja.
Yang kedua, dari fabel Yunani kuno , The Sword of Damocles. Dalam cerita ini syarat menjadi raja bukanlah istana kaca tapi duduk di singgasana raja dimana di atasnya tergantung sebatang pedang yang hanya diikat oleh seutas rambut saja. Fabel ini menceritakan bahayanya hidup seorang raja di jaman itu. Bagi pemimpin rohani, kecuali di beberapa tempat di belahan bumi ini, pedang bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan. Tapi integritas dan kehidupan pemimpin yang akan menentukan jatuh bangunnya satu pelayanan. Daripada pedang, pemimpin rohani sekarang lebih sering jatuh karena masalah sex atau uang.
Yang ketiga, mengenai rapuhnya istana kaca, saya dapat dari satu cerita lama dari china yang saya sendiri lupa darimana sumbernya, mungkin dari Tsun Zu. Cerita ini mengenai seorang raja yang bertanya pada satu orang bijaksana mengenai apa yang terpenting bagi kerajaan. Orang bijak ini menjawab, senjata, makanan dan kepercayaan rakyat. Raja ini bertanya lagi apa yang paling penting dan tidak boleh hilang. Orang bijak ini menjawab kalau kepercayaan rakyat tidak boleh hilang. Makanan dan senjata boleh habis, tapi tanpa kepercayaan rakyat tidak ada negara.
Dan ketika pelayan berhenti mempercayai pemimpinnya, yang tersisa hanya organisasi rohani, bukan pelayanan.
Dan yang terakhir, trailer film MuLan, prajurit wanita yang menyamar menjadi pria untuk menggantikan ayahnya ke medan perang. Kalo ga salah kata-kata di trailer itu kaya gini, “ Hidup seorang jendral bukan lagi miliknya sendiri, tapi milik negara dan anak buahnya.”
“ Sendainya aku ini seorang raja yang memerintah negeri ini, pasti hidupku akan luar biasa. Aku akan terkenal, semua orang mengenalku dan aku bisa memerintahkan bawahanku untuk melakukan apa saja”
“ Menjadi raja pasti sangat menyenangkan, tidak ada yang perlu dikuatirkan. Cukup hanya mengeluarkan kata perintah dan semua orang akan menjalankan. Sungguh suatu kehidupan yang sangat mudah”
Petani ini sering sekali mengomel soal mudahnya hidup seorang raja kepada keluarga, teman-temannya atau bahkan orang asing yang baru dia temui di tengah jalan pun dipaksanya untuk mendengar omelannya. Sampai suatu saat omelannya sampai ke telinga raja. Raja yang mendengar hal ini pun mendatangi petani itu ke rumahnya.
Petani yang melihat kedatangan raja di rumahnya tentu saja terkejut. Tapi dia lebih terkejut lagi ketika tahu kalau kedatangan raja ke rumahnya justru untuk mengangkatnya menjadi raja, dengan satu syarat. Syaratnya adalah petani itu harus tinggal di istana raja. Tentu saja petani itu langsung setuju dengan syarat semudah itu. Lagipula bukankah seorang raja memang harus tinggal di istana? Dengan segera dia dan seluruh keluarganya berkemas - kemas untuk pindah ke istana raja.
Keesokan harinya, raja sendiri mengantar petani ini ke kota untuk menempati istananya. Sepanjang jalan petani ini sibuk membayangkan kemegahan rumah barunya. Dan harapannya memang menjadi kenyataan, beberapa kilometer dari kota dia sudah bisa melihat bangunan besar yang berdiri megah dan tampak bersinar mengkilap di bawah sinar matahari. Semakin dekat dia ke istana barunya, semakin kagum petani ini dibuatnya. Ternyata istana yang akan ditempatinya seluruhnya terbuat dari kaca yang dibentuk dengan indah dan sangat bersih mengkilap. Belum pernah dia melihat bangunan seindah, sebersih dan begitu bersinar seperti istana ini. Dengan gembira dia berulangkali mengucapkan terimakasih pada raja. Raja hanya tersenyum dan berkata kalau petani ini membutuhkannya, dia akan ada di rumah petani itu yang dulu.
Sesuai keinginannya, kehidupan sebagai seorang raja memang menyenangkan. Petani ini bisa memerintah semua orang di kerajaannya dengan mudah. Petani ini hidup bermalas-malasan sepanjang hari dan hanya memrintah orang-orang di sekitarnya. Sampai suatu hari dia menyadari kalau kerajaannya tampak sepi, tidak terlihat ada orang yang berlalu lalang di jalan dan semua toko tutup. Dengan heran dia bertanya kepada menterinya apa yang terjadi. Menterinya berkata,
“ Yang mulia, mereka semua sedang tidur dan bersantai di rumah.”
“ Apa? Mereka tidur? Lalu bagaimana dengan pekerjaan mereka? Bagaimana mungkin mereka semua melalaikan pekerjaan mereka? Kenapa mereka bisa semalas itu?”, petani ini berteriak dengan marah.
“ Tapi yang mulia, rakyat hanya melihat kehidupan yang mulia selama ini. Mereka rakyat yang sederhana dan patuh, ketika mereka melihat gaya hidup yang mulia, mereka pun berpikir kalau hidup seperti itulah yang benar dan seharusnya. Tolong jangan hukum kami yang mulia, kami hanya mengikutimu”, jawab menterinya sambil berlutut.
Dan petani itu pun tersadar kalau istananya memang terbuat dari kaca yang berarti semua orang bisa melihat ke dalam istana dan mengamati bagaimana kehidupannya. Dan dengan perasaan sedikit menyesal, esok harinya dia mulai menjalankan tugas-tugasnya sebagai raja dan tidak lagi memerintah orang-orang. Walaupun begitu, petani ini masih menyukai kehidupannya sebagai seorang raja.
Suatu hari, petani ini memperhatikan kalau setiap orang yang melewati istananya selalu berhenti, menunjuk-nunjuk dan saling berbisik-bisisk dengan pejalan lain. Petani ini, yang sekarang sudah belajar dari pengalamannya, langsung memanggil menterinya dan menanyakan apa yang terjadi.
“ Oh, mereka semua membicarakan betapa kotornya istana ini dan betapa joroknya yang mulia sebagai seorang raja”, jawab menterinya.
“ Istanaku kotor? Dimananya yang kotor? Sepengetahuanku istana ini sangat bersih”,
“ Memang betul yang mulia, yang kotor hanya satu jendela saja.”
“ Hanya satu jendela? Kalau begitu kenapa semua orang mempermasalahkan hal itu dan mengataiku sebagai raja yang jorok?”
“ Yang mulia, istana ini terbuat dari kaca yang mengkilap. Bahkan kotoran sedikit saja pun akan langsung terlihat dan semua orang akan langsung memperhatikannya “
Dan petani ini pun tersadar kalau istananya memang terbuat dari kaca yang memang terlihat sangat indah dan mengkilap, tapi sebaliknya kotoran sedikit apa pun yang menempel akan langsung terlihat jelas. Dan esoknya, petani ini beserta semua pegawainya bekerjasama memebersihkan istana. Kali ini, petani ini mulai terganggu dan mulai tidak menyukai istana dan kehidupannya sebagai raja.
Selain harus selalu terlihat rajin, dia juga masih harus selalu menjaga kebersihan setiap jengkal istananya. Semua ini menguras tenaganya dan tanpa disadarinya pekerjaannya semakin terbengkalai dan semakin lama kerajaanya semakin kacau. Rakyat mulai tidak puas pada raja yang baru ini dan protes mulai terdengar dimana-mana. Kemarahan rakyat ini makin lama makin panas sampai suatu hari seorang penduduk yang sangat marah melemparkan batu ke istana kaca sang raja. Dan petani ini melihat dengan ketakutan ketika batu itu dengan mudahnya menghancurkan pintu kaca istananya. Satu batu diikuti batu-batu yang lain dan dalam sekejap istananya yang megah hancur berserakan dimana-mana. Kali ini petani ini tidak tahan lagi dan segera lari meninggalkan istananya untuk mencari raja di rumahnya yang dulu.
Ketika sampai di rumahnya yang dulu, petani ini melihat raja sedang menanami ladangnya dengan muka bahagia. Petani ini dengan segera menghampirinya dan memohon sang raja untuk kembali ke kota dan membereskan semua kekacauan. Raja menatapnya dan bertanya,
“ Kenapa? Bukankah engkau sudah mendapatkan keinginanmu? Kenapa sekarang kau ingin bertukar tempat kembali denganku? Apakah kau tidak menyukai istanamu?”
“ Tidak, aku tidak mau lagi jadi raja dan tinggal di istana kaca. Istana itu memang indah tapi aku tidak mau lagi tinggal di dalamnya. Setiap hari aku harus berhati-hati karena semua orang memperhatikan hidupku. Dan setiap hari juga aku harus mengamati istanaku supaya tidak ada satupun kotoran menempel yang akan membuatku ditunjuk orang lain. Dan bahkan setelah semua yang kulakukan, ketika rakyat tidak puas dan melempari istanaku, dengan mudah istana itu hancur. Aku tidak mau lagi menjadi raja dan tinggal disana.”
“ Tapi, kau tidak bisa menjadi raja tanpa tinggal di istana kaca. Itu adalah syarat semua raja! Menjadi pemimpin berarti membagi hidupmu dengan semua rakyatmu, hidupmu bukan lagi milikmu sendiri. Karena itu seorang pemimpin harus tinggal di istana kaca supaya semua orang bisa melihat kehidupannya dan belajar darinya. Apakah kehidupan itu baik atau buruk akan mempengaruhi semua orang yang dipimpinnya.”
“ Tinggal di istana kaca berarti semua orang akan memperhatikanmu. Sedikit saja kotoran menempel di istanamu, semua orang akan langsung membicarakan hal itu seolah-olah istanamu adalah tempat terjorok di muka bumi. Dan, istana kaca, sama seperti bahan penyusunnya, walaupun terlihat indah mengkilap tapi sangat rapuh. “
“ Suatu kerajaan berdiri karena kepercayaan rakyatnya, tapi ketika rakyat kehilangan kepercayaannya maka batu ketidakpercayaan sangat mudah menghancurkan istana kaca yang megah.”
“ Raja, kembalilah ke kota dan ambillah lagi kedudukanmu. Aku tidak pantas menjadi raja. Aku ingin menjadi raja karena membayangkan betapa enaknya menjadi terkenal, memerintah orang-orang dan punya berbagai hak istimewa. Aku tidak pernah memikirkan tanggung jawab sebagai seorang raja. Aku tidak pantas menjadi raja”
“ Kau sudah mengerti sekarang? Hanya orang-orang yang mengetahui beratnya tanggung jawab menjadi raja dan bersedia memikul tanggung jawab itu seumur hidupnya yang bisa menjadi raja yang baik. Untuk saat ini, kembalilah menjadi petani. Suatu saaat nanti jika kau bisa merasa bahagia melakukan pekerjaan kecil di sudut kerajaan ini, jika kau sudah siap untuk menerima tanggung jawab seorang raja, aku akan memanggilmu kembali untuk menjadi penerusku.”
PS :
Ide dongeng ini sebenarnya berasal dari berbagai sumber.
Yang pertama dari cerita-cerita yang saya baca mengenai kejatuhan pemimpin dan pelayanan Kristen dan kegagalan saya sendiri sebagai seorang pembimbing di gereja.
Yang kedua, dari fabel Yunani kuno , The Sword of Damocles. Dalam cerita ini syarat menjadi raja bukanlah istana kaca tapi duduk di singgasana raja dimana di atasnya tergantung sebatang pedang yang hanya diikat oleh seutas rambut saja. Fabel ini menceritakan bahayanya hidup seorang raja di jaman itu. Bagi pemimpin rohani, kecuali di beberapa tempat di belahan bumi ini, pedang bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan. Tapi integritas dan kehidupan pemimpin yang akan menentukan jatuh bangunnya satu pelayanan. Daripada pedang, pemimpin rohani sekarang lebih sering jatuh karena masalah sex atau uang.
Yang ketiga, mengenai rapuhnya istana kaca, saya dapat dari satu cerita lama dari china yang saya sendiri lupa darimana sumbernya, mungkin dari Tsun Zu. Cerita ini mengenai seorang raja yang bertanya pada satu orang bijaksana mengenai apa yang terpenting bagi kerajaan. Orang bijak ini menjawab, senjata, makanan dan kepercayaan rakyat. Raja ini bertanya lagi apa yang paling penting dan tidak boleh hilang. Orang bijak ini menjawab kalau kepercayaan rakyat tidak boleh hilang. Makanan dan senjata boleh habis, tapi tanpa kepercayaan rakyat tidak ada negara.
Dan ketika pelayan berhenti mempercayai pemimpinnya, yang tersisa hanya organisasi rohani, bukan pelayanan.
Dan yang terakhir, trailer film MuLan, prajurit wanita yang menyamar menjadi pria untuk menggantikan ayahnya ke medan perang. Kalo ga salah kata-kata di trailer itu kaya gini, “ Hidup seorang jendral bukan lagi miliknya sendiri, tapi milik negara dan anak buahnya.”
Langganan:
Postingan (Atom)