Ding Dong....Ding Dong...Ding Dong...
Apakah kau menerima xxxxx sebagai istrimu yang sah ? Yes, I do....
Dengan ini kalian resmi menjadi suami istri...
Dan....dimulailah masa - masa live happily ever after
Akhirnya, ada yang nyuciin baju kalo kotor
Akhirnya, ada yang masakin kalo laper
Akhirnya, ada yang mijetin kalo cape
Akhirnya, ada yang nemenin kalo tidur
Senangnya bisa nikah....
Eppp...tunggu....jangan lempar sendal dulu ato demo ala feminis...
Ini cuman contoh....contoh alasan ato motivasi buat nikah yang salah.
Normalnya...harusnya...bagusnya....pastinya...kalo mau nikah itu supaya bisa selalu bersama dengan orang yang kita sayang sampai kesudahannya kan? Bukan supaya punya pembantu baru? Yang kita inginkan bukan rumah bersih rapi,makanan hangat ato baju bersih kan? Tapi supaya kita bisa menghabiskan waktu bersama?
Yang kita inginkan bukanlah makanan lezat yang selalu tersedia...
Yang kita inginkan bukanlah pembantu – pembantu bersayap
Yang kita inginkan bukanlah rumah megah dengan jalan terbuat dari emas
Ketika tidak ada lagi tetes air mata, itu bukan karena kita akhirnya bisa hidup bagai raja, tapi itu karena akhirnya.....akhirnya...kita bisa bertemu sang Raja...dan menghabiskan waktu bersama sampai selamanya.
Menceritakan surga sebagai tempat dimana kita bisa hidup dengan segala kemewahan tanpa kesusahan itu bagaikan suami yang menyombongkan rumahnya yang selalu terawat tanpa pernah menyinggung sedikit pun tentang istrinya.
Bukankah surga menjadi surga karena Yesus ada di sana?
Dan bukankah neraka menjadi neraka karena..itu berarti....Tuhan tidak ada di sana ?
Ataukah neraka menjadi neraka karena mempunyai koleksi alat – alat penyiksaan terbanyak ?
Apakah neraka menjadi neraka karena...di sana....manusia ditusuk dibakar digiling direbus...?
Duduk termenung sambil menengadah ke atas....menengadah memandang surga
Mungkin....mungkin neraka ini tidak untuk selamanya
Bukankah Tuhan itu baik? Mungkin suatu hari nanti Dia akan datang ke neraka ini dan berkata kalau hukumanku sudah cukup.
Ya..ya...mungkin besok dia datang...mungkin lusa....mungkin minggu depan..bulan depan...tahun....
Tapi...bagaimana kalau seandainya Dia tidak akan pernah datang untuk selamanya ? Bukankah neraka diciptakan untuk kekekalan?
Tapi...mungkin juga Dia datang...
Mungkin hukumanku kurang, mungkin aku harus menebus dosa- dosaku? Mungkin aku harus menghukum diriku sendiri supaya Dia makin cepat datang ?
Hei...ada iblis di sana...mungkin dia bisa membantuku menyiksa dirku sendiri supaya dosaku cepat lunas...
Blis ? i-Blis ? Sini dong.....
Mungkin besok Dia akan datang.....
Tapi...bagaimana kalau Dia tidak akan pernah datang ?
Tapi..Dia kan penuh kasih ? Masa Dia akan membiarkan kita sampai selamanya di sini ?
Tapi bukankah neraka itu untuk selamanya sampai kekekalan ?
Mungkin sebentar lagi pintu itu terbuka dan Dia datang ? Mungkin besok ?
Dan keputusasaan pelan-pelan merayap.....disertai harapan kosong dan doa yang tak akan pernah terjawab.
Frustasi membuatnya meninju tembok...tapi kepalanya tetap dipenuhi suara – suara.
Mungkin kalau kepala dibenturkan ke tembok ?
Mungkin rasa sakit bisa menghilangkan dan membuat lupa akan keputusasaan ini ?
Mungkin kalau kakiku dipatahkan? Atau kuku jariku dicabuti ? Mungkin dibakar ? Apapun asal suara – suara yang menghantui kepalaku ini hilang.....
Mungkin iblis bisa membantuku menyakiti diriku sendiri....i-Blis.......sini dong...
Dalam dunia tanpa Tuhan, kita tidak perlu disiksa. Kita akan menyiksa diri kita sendiri hanya untuk melupakan bahwa kita ada di dunia tanpa Tuhan.
Dalam dunia tanpa Tuhan, harapan yang ada adalah kosong, doa yang dipanjatkan tidak terjawab, penantian yang tak berakhir, kesepian yang tak terpuaskan, dan satu – satuya hal yang nyata adalah penyesalan dan keputusasaan.
Dalam dunia tanpa Tuhan, keinginan untuk masuk ke pesta Tuhan sama beratnya dengan kesadaran kalau tempat kita bukan di pesta itu.
Seperti pengemis yang datang ke pesta para bangsawan, sekalipun dia berusaha bertahan tetap di pesta, pada akhirnya dia tahu tempatnya bukan di sana.
Sekalipun dia bisa menebalkan muka, dia akan selalu tahu kalau dia bukan bagian dari mereka.
Karena dia memakai baju rombeng pendosa dan bungkuk oleh penyesalan yang terlambat sementara para bangsawan anak Raja memakai baju iman dan berdiri tegak karena sukacita.
Baju iman hanya diberikan pada mereka yang percaya walaupun tidak melihat
Tapi saat ini dia sudah melihat surga dan kemuliaan Tuhan, bagaimana dia bisa menerima baju iman ?
Penyesalan yang terlambat, seandainya saat di dunia di mana Tuhan tidak terlihat dia memilih untuk beriman....
Surga ini bukan rumahnya, neraka pun bukan, tapi neraka adalah tempat di mana semua orang yang tidak mempunyai rumah pergi.....
Apakah saya pernah dapat penglihatan tentang neraka ? Ngga...
Atau mungkin pernah diangkat ke surga ? Ngga juga....belum...
Kalau begitu, kenapa saya menulis tentang surga dan neraka walaupun saya ga tahu bentuknya seperti apa ? Karena saya tahu surga menjadi surga karena ada Yesus di sana, bukan karena trotoarnya terbuat dari emas . Dan karena itu, neraka seharusnya menjadi neraka karena Yesus tidak ada di sana.
Apakah neraka tempat penyiksaan dan penghukuman ?
Saya juga ngga tahu, tapi yang saya tahu, dalam dunia tanpa Tuhan kita akan menyiksa diri kita sendiri dengan harapan Tuhan akan memaafkan kita. Atau saat kita sadar kalau itu hanya harapan kosong, kita akan menyakiti diri kita sendiri hanya untuk berusaha melupakan harapan kosong itu dan menggantinya dengan rasa sakit.
Dalam dunia tanpa Tuhan, daging yang terbakar lebih nyaman daripada duduk terdiam dalam kekekalan menatap pintu yang tak akan pernah terbuka dan Sosok yang tak akan pernah hadir.
Kenapa Tuhan tidak berbaik hati dan mengijinkan orang berdosa masuk ke surga ? Bukankah Dia penuh kasih ?
Tentu saja Sang Raja bisa mengijinkan pengemis masuk ke pestaNYA, tapi pengemis itu akan selalu tahu bahwa tempatnya bukan di pesta itu. Berdiri di tengah pesta megah dengan baju compang camping lebih menyakitkan daripada diam di tengah tumpukan sampah. Tak akan ada seorang pun yang bisa bertebal muka di hadapan Raja dan tetap tinggal di pesta selama dia berbaju compang camping.
Tidak bisakan Raja memberikan baju baru ?
Dress code untuk pesta Sang Raja adalah baju yang bernama iman . Iman yang percaya pada penebusanNYA, iman yang percaya pada yang tak terlihat.
Tapi saat orang tak percaya meninggal dan melihat segala kemuliaan Tuhan, bagaimana dia bisa memperoleh iman ? Bagimana dia bisa percaya pada yang tak terlihat sementara dia sudah melihat ?
Apakah tempat sampah adalah kekejaman sang Raja? Mungkin.....
Tapi seandainya berada di pesta dengan baju compang camping lebih menyakitkan, tempat sampah adalah kemurahan hati.
PS :
Sekali lagi, tulisan ini cuma pendapat pribadi saya tentang surga dan neraka. Sepeti apa sebenarnya surga dan neraka itu nanti sama – sama kita lihat kalau kita sudah “ pulang”.