Resep Iga Bakar

Ahhh...
Iga bakar, yang lembut dan wangi, terasa manis dan hangat...
Di saat lapar dan dingin dan kelelahan, iga bakar yang terhidang membawa senyum dan kelegaan.

Ada yang ga suka iga bakar?
Saya sih yakin semua orang pasti suka iga bakar, hanya beberapa orang saja yang karena berbagai alasan tidak bisa menikmati iga bakar.
Dan tulisan hari ini dikhususkan pada topik mengenai iga bakar, resep iga bakar yang, mudah-mudahan, bisa bikin kita semua jadi lebih pinter mengolah iga bakar.
Apakah saya seorang koki?
Hmmm... mungkin bisa dibilang begitu juga sih, walaupun saya sebenernya tukang bikin bakmi dan soal bikin iga bakar ga pinter-pinter amat. Malahan, saya sudah 2 kali gagal masak iga bakar. Jadi, daripada resep bagaimana cara masak iga bakar yang baik, mungkin lebih tepat kalau resep hari ini itu tips supaya iga bakarnya ga hangus.

Yang pertama, tentu saja mencari iga yang baik dan tepat kan?
Ah ya, semua orang juga tahu, kalau mau masak iga bakar yang enak pastinya harus milih iganya yang bagus kan?
Iya sih, tapi masalahnya kebanyakan orang nyari iga di tempat yang salah. Bahkan, kalaupun secara kebetulan mereka nemu iga yang tepat, ternyata mereka sendiri yang belum siap jadi koki. Lah, masak aer aja angus mau coba-coba masak iga bakar, ya rusaklah semua dan iga-nya jadi tersia-sia. Sayang kan?

Logikanya, kalau mau nyari iga yang tepat kemana sih? Toko bahan bangunan? Atau ke tukang jahit?
Koki              :  Mas, beli iga yang bagus 54 kg yah ( berat ideal kira-kira segitu deh )
Penjaga toko :  Oh, ada...ada! Semen Iga R*da 50 kg yak? Mau sama batanya sekalian? Atau cat? Atau kuas?
Koki              :  Iga, mas! Bukan semen,iga yang tulang rusuk itu loh. Gimana sih? Jaga toko kok ga perhatian!!
Penjaga toko :  Yee....situ yang aneh, nyari iga kok ke toko bangunan. Aneh!!

Lah iya, aneh kan kalau nyari iga di toko bangunan. Kalau nyari barang ya di tempatnya. Nyari kucing ya di pohon, masa di sumur? Kalau nyari iga yang tepat ya jangan di pasar yang gelap, kotor, banyak premannya dan tukang dagingnya ga bisa dipercaya. Mau nyari iga yang tepat ya tanya ke Penjual Yang Terpercaya yang mana iganya sudah dibersihin dan udah siap dimasak (makanya sebelum nyari iga, doa dulu yang banyak ma Tuhan Yesus biar ga salah pilih).

Tapi, yang paling penting sebelum nyari iga yang tepat, kita harus udah siap dulu jadi koki.
Masak air masih angus, rebus telor...telornya bisa dipake buat maen golf saking kerasnya, motong sayur ijo jadinya malah potongan sayur warna merah darah. Kalau hal kecil masih kacau balau, sebaeknya jangan mulai jadi koki dulu. Sayang kan kalau iga yang ditemukan dengan susah payah akhirnya malah jadi arang karena kitanya belum siap jadi koki?

Ada juga sih yang mikir, gapapalah gagal juga.Toh namanya juga nyari pengalaman.
Hei... jangan pandang iga hanya sebagai seonggok daging yang bisa dicoba-coba dan dipake maen-maen.
Kalau kita salah masak iganya, kasihan iganya!
Kalau kita salah motong waktu masak, irisan yang dibuat di iga itu ga akan hilang dan perlu koki yang ahli untuk bisa merubah irisan yang salah itu supaya jadi irisan yang tepat.
Apalagi kalau sampai iganya keburu kebakar nafsu... umm... maksudnya api kompor, hanya sedikit koki ahli yang mau repot dan menghabiskan waktu untuk merubah iga yang terbakar tadi menjadi masakan yang lezat.
Percaya deh!
Saya udah pernah gagal motong iga pas mau masak dan nyesel setengah mati karena ninggalin luka irisan di iga itu. Makanya, jangan coba-coba atau main-main yah. Iga juga manusia, bisa sakit hati dan sedih, jadi jangan dilukai.

Sebelum nyari iga yang tepat, lebih baik kita belajar jadi koki yang tepat dulu.
Baca buku soal per-iga-an, bagaimana cara memperlakukan iga dan apa yang dibutuhkan iga, ikut seminar tentang cara memasak iga yang benar, cari informasi soal bumbu–bumbu yang tepat untuk membuat masakan iga kita jadi lebih sempurna, tanya-tanya dan belajar ke koki-koki lain yang sudah berpengalaman puluhan tahun dan sudah berhasil memasak iga bakar yang baik. Tentu saja yang namanya memasak itu bukan cuma sekedar teori, pastinya harus praktek. Tapi mencoba memasak langsung tanpa belajar buku resep terlebih dulu memperbesar kemungkinan gagal masak!

Api kecil dalam waktu yang lama itu lebih baik daripada api yang besar dalam waktu yang singkat. Supaya empuk, iga itu harus direbus dengan api kecil dalam waktu lama. Tapi masak dengan api kecil itu perlu waktu, perlu usaha dan perlu komitmen. Kebanyakan dari kita dari awal langsung pasang api full power dan ga dijaga, tau-tau apinya padam dan pesta pun bubar. Padahal masak iga yang bener tuh perlu api kecil, dijaga dan diperhatiin terus menerus supaya jangan sampai padam. Perlu komitmen yang kuat untuk menjaga api tetap menyala.

Orang jaman dulu kalau masak iga dengan bumbu secukupnya saja, cukup pake garam asal asin dan bisa dimakan ya udah. Tentu saja, di jaman kakek nenek atau ayah ibu kita, masak tujuannya untuk bertahan hidup, bukan untuk dinikmati. Namanya juga dulu jaman susah, mana ada waktu buat masak lama-lama atau milih-milih iga. Asal ada, asal kenyang, asal idup udah cukup.

Tapi jaman sudah berubah, masak bukan lagi hanya untuk hidup tapi juga untuk dinikmati, dan memang seharusnya masak itu dinikmati. Proses memasak seharusnya sesuatu yang indah, berkat dari Tuhan, bukan sekedar tugas yang hanya dijalani untuk tetap hidup.
Kenapa ga kita tambahin bumbu-bumbu yang menarik dalam proses memasak?
Mungkin kita tambahkan beberapa kelopak bunga mawar? Atau coklat? Atau mungkin ice cream di hari yang panas? Mungkin sedikit debu emas dan bubuk berlian di hari istimewa? Atau mungkin sambil memasak kita, para pria, bersih-bersih rumah? Atau mungkin kita nyanyikan lagu cinta untuk iga supaya iganya mellow dan jadi empuk? ^^

Masak iga memang bukan proses yang gampang, tapi kalau berhasil, lezat dan wanginya luar biasa.
Dalam hal ini, Gordon dan Norma Yeager bisa menjadi teladan.
Gordon dan Norma Yeager sudah menikah selama 72 tahun, dan dikaruniai 4 anak.
Gordon dan Norma mempunyai sifat yang sangat berbeda. Gordon seorang yang sosial dan suka bergaul, sementara Norma cenderung pendiam dan perfeksionis. Tentu saja pernikahan mereka tidak selalu bunga dan pelangi, terkadang mereka juga bertengkar, tapi mereka tetap saling mengasihi.
Dan ketika mereka mengalami kecelakaan mobil yang merenggut hidup mereka, kasih mereka tetap nyata. Setelah mobil mereka mengalami kecelakaan, Gordon dan Norma dibawa ke rumah sakit dalam keadaan terluka parah dan ditempatkan bersama-sama di ICU. Walaupun kondisi mereka tidak sadarkan diri, tapi mereka masih tetap berpegangan tangan.

Jam 3 sore, Gordon meninggal terlebih dulu dan menghembuskan nafas terakhir. Tapi, walaupun Gordon sudah berhenti bernafas, jantungnya masih berdetak. Keluarga yang keheranan meminta penjelasan pada suster dan dijelaskan bahwa detak jantung Norma, istrinya yang saat itu masih hidup, tersalurkan lewat tangan mereka yang saling berpegangan dan menggerakkan jantung Gordon. Sejam kemudian, Norma juga meninggal dunia. Sampai akhir hidup mereka, jantung mereka tetap berdetak bersama-sama.

PS :
Saya ga suka hari Valentine! Sekali lagi, saya ga suka valentine! (walaupun saya ga keberatan dikirimin coklat pas hari valentine. Buat info, saya suka coklat yang agak pahit dan isi kismis ^^). Kenapa? Karena saya ga suka warna pink di mana-mana, seandainya warna resmi Valentine itu biru, mungkin saya akan suka!
Eniwei, walaupun saya ga suka hari valentine, tapi ga ada salahnya memakai 1 hari dalam setahun untuk merenung mengenai apa yang terpenting dalam hidup kita.
Kita semua lahir ke dunia sendirian (kecuali yang kembar), tapi ga ada yang berharap suatu hari nanti meninggal sendirian. Kita mencari tulang rusuk kita karena manusia memang tidak diciptakan untuk sendirian. Kita ingin dikelilingi keluarga, anak, cucu, sahabat, dan bila Tuhan mengijinkan, seperti Gordon dan Norma, kita ingin pulang bersama dengan pasangan kita.
Mungkin tidak semua orang mendapat berkat seperti Gordon dan Norma, tapi kita bisa yakin bahwa kita tidak sendirian dan tidak akan pulang sendirian, karena Tuhan memegang tangan kita sampai kesudahannya!